Friday, June 2, 2017

SERIAL : JEJAK YANG TERPILIH - Day-3

#NulisRandom2017
SERIAL : JEJAK YANG TERPILIH
Personal Branding
Day-3

“Hmm…..sebenarnya gak ada alasan khusus sih mas. Cuman sekarang yang namanya bisnis kopi kan lagi booming. Mulai yang kelas café hingga warung kopi pinggir jalan terlihat selalu ramai. Modalnya gak gede, hanya ditambahkan wifi gitu aja orang bisa bergerombol datang dan nongkrong hingga ber-jam-jam”

Bian terlihat mengerinyitkan dahinya.

“Lho, tapi bisnis kamu sendiri pakai booth dan hanya menyediakan kursi plastik di ruang terbuka. Memang ada wifi-nya?”

“Gak ada”

“So?”

Lukita terihat menarik nafas dalam-dalam.

“Awalnya kita yakin bahwa kopi buatan kita itu enak, bahkan gak kalah sama yang di café-cafe itu. Makanya dengan harga yang sedikit lebih murah kita berharap bisa ramai. Kita tampilkan booth yang ‘eye-catching’ dan bersih, apalagi disitu kita tunjukkan cara meracik dan kadang bercerita tentang asal-usul atau filosofi kopi. Eh, ramainya hanya sekitar dua minggu pertama saja, habis itu sepi”
Bian mulai bisa memahami alur pikiran adiknya.

“Luk, aku ini cuman arsitek yang baru mulai membangun kepercayaan dari client, aku belum pernah punya pengalaman dalam real-bisnis seperti yang sekarang kamu mulai. Tapi dari buku-buku yang aku baca, aku yakin bahwa bisnis – khususnya kuliner –  tidak hanya mengandalkan harga lebih murah,  rasa lebih enak, gurih atau cocok di-lidah konsumen. Kamu sendiri pernah bilang bahwa Nasi Bebek itu jauh lebih enak dan lebih murah dibandingkan McDonald atau KFC, tapi kenapa restoran fast-food itu selalu lebih ramai dan cabangnya ada dimana-mana? Ada faktor lain yang menjadi nilai tambah dan kemudian melekat dibenak konsumen agar mereka ingin kembali sesering mungkin, itulah yang disebut Branding”

“Itu aku juga tahu mas, tapi kan ini kita baru mulai!”, - tukas Lukita dengan nada mulai naik.

“Dengar dulu, aku tahu membangun branding tidak mudah dan memerlukan waktu yang panjang bahkan teramat panjang. Karena itu kenapa kalian tidak ambil ‘franchise’ saja dari beberapa perusahaan yang brandingnya sudah baik di pasaran?”

“Lhah…mas ini memang  gak ngerti”, - suara Lukita kini benar-benar meninggi - ,” Gak boleh mas, mata kuliah E-2 ini adalah agar mahasiswa ‘create his/her own biz’ – dosennya akan tahu kalau kita ambil franchise dari perusahaan yang sudah ada. Gak mau aku!”

Bian terlihat menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak terlalu gatal.

“ Koq sulit ya, bahkan belum tentu dosennya bisa melakukan ‘start-up biz’ ini jika terlalu banyak aturan dan syarat yang diterapkan”, - otak Bian berputar menganalisa seputar bisnis adiknya ini.

Sementara Lukita mengganti chanel TV ke saluran music. Terdengar mengalun lembut lagu lawas yang disuarakan oleh Simon & Garfunkel.

----------------
I’d rather be a sparrow than a snail
Yes I would
If I could
I surely would
I’d rather be a hammer than a nail
---------------

“Wahh, aku tahu dik!”, - tiba-tiba saja Bian terlonjak.

“Tahu apa?”, - wajah Lukita nampak keheranan.

“Kamu dengar lagu itu Luk…cermati liriknya, intinya ini memang tentang pilihan. Jika memungkinkan kita tentu lebih suka menjadi burung daripada siput, kita tentu lebih memilih menjadi palu daripada menjadi paku. Pertanyaannya adalah bagaimana agar itu semua memungkinkan? Kembali kepada kita sendiri, tentang pilihan kita, tentang keseriusan kita, tentang keuletan kita dan tentang sikap kita untuk membangun hubungan baik dengan teman dan lingkungan alias network kita? Perjuangan dan konsistensi kita hari ini akan menentukan terwujudnya pilihan kita…Yes I would, If I could, I surely would”

Bian mengakhiri kalimat panjangnya dengan bersenandung menirukan lirik lagu.

“Hmm…..bagus sih, tapi gak terlalu nyambung mas!”, - bibir Lukita terlihat mencibir.

“Lhoo…ko’on iku yak opo se Luk? Ini tentang bisnis dan mata kuliah yang dalam hal ini  ternyata sulit dipisah. Juga tentang diri sendiri dan kelompokmu atau orang lain. Nah, bagaimana kalau sementara bisnismu sedang bermasalah, kamu fokuskan usahamu untuk perbaikan diri sendiri, penguatan kelompok dan memberi arah bisnis yang lebih jelas. Tunjukkan bahwa kamu serius, mau belajar dan mampu bekerjasama tanpa mengeluh, helpful and always pay attention to others”

“Itu namanya personal branding mas!”, - tukas Lukita.

“Tuh…tahu!”

“Hmm…..”

“Luk, percaya aku, kalau teman-temanmu hari ini belum atau tidak melihat kebaikan dalam dirimu, maka orang lain atau mudah-mudahan dosenmu akan melihatnya. Kita memang tidak boleh riya’… tetapi kebaikan senantiasa meninggalkan jejak”, - Bian terpaksa menghentikan perkataannya ketika dilihatnya Lukita berjalan hendak masuk ke kamarnya.

“Mas”, - terdengar suara Lukita dengan nada setengah mengejek - ,”Personal branding ini jurus baru mas Bian untuk mendekati mbak Sinta ya? Koq masih gak mempan?”

Lukita buru-buru masuk ke dalam kamar ketika sebuah bantal sofa berwarna biru melayang ke arahnya.


Salam,


No comments:

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...