Bayangan itu bergerak tanpa ragu dan langsung mengambil alih salah seorang pengeroyok Bian. Gerakannya cepat dan bertenaga, tangannya mengepal dan terjulur melakukan pukulan lurus ke arah lawan. Ketika lawannya sempat bergeser ke samping dan lepas dari pukulan itu, tiba-tiba kepalan tangan itu terbuka dan melakukan tamparan ke samping dengan cepat.
Lawannya terkejut melihat pola serangan yang berubah dengan cepatnya. Ia tidak sempat menghindar sehingga pelipisnya terpaksa harus menerima tamparan itu yang membuatnya terhuyung-huyung ke samping.
“Andy!”
“Ko Andy!”
Hampir berbarengan Bian dan Lukita meneriakkan sebuah nama.
Bayangan yang dipanggil namanya itu memang Andy Ho, ia berdiri tegak menghadapi lawan yang baru saja di ambilnya dari salah seorang pengeroyok Bian.
Tanpa memalingkan muka, ia berteriak.
“Bian, aku tidak tahu masalahnya. Tetapi bahwa kau di keroyok tiga orang itu sudah cukup alasan buatku untuk ikut campur”
Bian yang mendengar teriakan Andy tidak bisa langsung menjawab karena ia harus menundukkan kepalanya rendah untuk menghindari sebuah tendangan kaki melingkar dari salah seorang pengeroyoknya. Ia kemudian sempat melontarkan dirinya untuk mengambil jarak sebelum kemudian sambil tertawa ia berteriak kepada Andy.
“An, aku juga tidak tahu masalahnya. Aku hanya membantu polisi yang sedang di keroyok oleh enam orang ini. Nah, mari kita berlomba siapa yang lebih cepat bisa menundukkan lawan”
Begitu kalimatnya selesai, tubuh Bian melesat dan melakukan tendangan putar ke arah kedua lawannya secara berurutan, ia mengincar tubuh bagian atas lawan. Sementara kedua lawannya itu bisa merasakan angin yang menyertai tendangan itu begitu keras menampar wajahnya, segera mereka bergerak ke samping agar terhindar dari ayunan kaki yang mengancam kepala mereka.
Dengan merendahkan diri dan menggeser tubuhnya ke samping, keduanya terhindar dari ayunan kaki Bian yang cepat itu. Tetapi satu hal yang tidak mereka duga adalah kecepatan gerak dan serangan lanjutan yang di lancarkan Bian. Begitu kakinya lepas dan hanya menyambar udara kosong, tiba-tiba Bian menundukkan tubuhnya dan bahkan menjatuhkan dirinya ke tanah, kakinya berputar cepat melakukan sapuan menyusuri tanah dan menyambar kaki lawan yang berdiri paling dekat dengannya.
Gerakan itu begitu cepat dan tidak terduga, tanpa sempat menghindar, betis bagian belakang salah seorang pengeroyok itu tersapu ayunan keras kaki Bian dan membuatnya jatuh terjungkal. Punggungnya membentur jalanan beraspal dan terasa nyeri.
Tetapi Bian tidak sempat melakukan serangan susulan karena ia harus bergeser ke samping untuk menghindari serangan lawannya yang lain yang datang membadai mengancam dadanya.
Andy yang melihat semangat Bian menjadi ikut terpacu.
Segera ia melibat lawannya itu untuk bertarung dalam jarak dekat. Tangan Andy menyambar-nyambar sementara kakinya bergeser dengan cepat menyesuaikan gerak tubuhnya. Serangan tangannya terkadang terjulur lurus ataupun menyamping dan disaat yang tidak terduga, tangan atau lengan itu bisa tertekuk dengan cepat sehingga siku tangannya yang justru mengancam tubuh lawan.
Demikian juga tangannya yang terkepal, tiba-tiba saja bisa terbuka dengan cepat dan melakukan sebuah tamparan ke samping yang mengagetkan lawannya.
Bian yang menyaksikan gaya bertarung Andy Ho selintasan segera mengenali gerakan-gerakan itu.
“Wing-Chun!”, - desisnya tanpa sadar.
Ia pernah menyaksikan gaya bertarung seperti yang di tunjukkan Andy itu. Seseorang yang menguasai gaya bertarung itu biasanya selalu di tunjang dengan tangan atau lengan yang sangat kuat. Mereka berlatih menggunakan sarana tiang kayu yang di beri cabang-cabang yang bersilangan. Cabang kayu yang letaknya bersilangan itu mereka pukul menggunakan punggung tangan, siku, kepalan, telapak tangan atau hampir seluruh bagian tangan. Tidak mengherankan, anggota tubuh khususnya bagian tangan mereka yang mempelajari jenis almu bela diri ini terlihat keras dan berotot.
Dengan masuknya Andy Ho yang mengambil alih seorang lawan Bian, maka keseimbangan pertarungan itu menjadi berubah dengan sangat cepat. Ternyata dalam waktu yang pendek Andy langsung bisa memberikan tekanan yang berat ke lawannya yang memang sudah mulai terlihat letih. Sementara Bian menjadi sangat longgar dan kini justru mendesak kedua pengeroyoknya. Beberapa pukulan tangan dan kakinya sempat bersarang di tubuh kedua lawannya dan bahkan seorang lawannya yang tadi terjungkal akibat sapuan kakinya terlihat sudah melemah karena menahan sakit di punggungnya, geraknya terasa melambat.
Sementara itu, pertarungan om Dony yang dikeroyok kedua lawannya masih terlihat seru. Agaknya tenaga mereka sama-sama terkuras karena sudah bertarung sekian lama. Akan tetapi sambaran tangan dan kaki mereka masih cukup kuat dan berbahaya jika mengenai tubuh lawan.
Lukita yang berdiri diluar dan mengamati jalannya pertarungan menjadi agak lega dengan kehadiran Andy Ho. Ia tidak lagi perlu mengkhawatirkan keadaan Bian yang kini justru berbalik mendesak meskipun dikeroyok dua orang.
Tetapi hati Lukita tercekat ketika dilihatnya laki-laki berkumis tebal - teman om Dony - itu ternyata kondisinya semakin lemah. Meskipun kini ia hanya melawan satu orang, tetapi agaknya tenaganya sudah terkuras habis saat menghadapi keroyokan tiga orang sebelumnya. Kebetulan lawannya adalah seorang pemuda yang merupakan teman Rudy ketika mengunjungi café.
Laki-laki berkumis itu seolah kembali menjadi bulan-bulanan tanpa sempat menangkis ataupun membalas serangan.
Saat itulah Lukita sudah tidak bisa menahan diri ataupun membuat pertimbangan-pertimbangan lain. Tanpa berpikir panjang ia segera berkelebat, tubuh dan kakinya miring sejajar seolah ia sedang berbaring dan mengancam dada pemuda teman Rudy itu.
Tubuhnya melesat bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya.
Salam,
No comments:
Post a Comment