Friday, June 9, 2017

JEJAK YANG TERPILIH - Day-10

#NulisRandom2017
JEJAK YANG TERPILIH
The Master Will Appear
Day-10

Lukita menjemput Bian di kantornya meskipun hari masih siang, jam dinding baru menunjukkan pukul 14.12. Tubuh Bian terasa hangat sementara keringat kadang masih mengembun di dahi dan punggungnya.
“Kita ke dokter Arief saja mas”, - tanya Lukita.
“Gak usah Luk, kita pulang saja. Aku hanya perlu beristirahat dan berbaring, lagipula dokter Arief buka-nya kan setelah sholat tarawih”
“Mas Bian mau mokel ta?”
“Ya enggak-lah!”
Lukita yang sudah kenal sekali sifat kakaknya tidak membantah. Segera diarahkannya kendaraan menuju rumah setelah sebelumnya ia mampir ke sebuah apotek untuk membeli beberapa obat dan perlengkapan.
Bian berbaring dan tubuhnya tertutupi selimut rapat. Lukita sengaja menempelkan kain kompres di dahi kakaknya itu dan berharap bisa menurunkan suhu tubuhnya yang masih cukup tinggi. Kedua telapak kaki Bian di olesi minyak angin cap “Kapak” dan kemudian dikenakannya kaos kaki.
Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan karena Bian berkeras untuk tetap melanjutkan puasanya.
Lukita bergeser ke ruang tengah sambil menyalakan laptop-nya dan sejenak kemudian ia sudah tenggelam dalam dunianya.
Sementara di ruang dalam, Bian hanya bisa berbaring sambil berdzikir terus menerus.
“Ya Allah, Tiada yang patut disembah kecuali Engkau. Maha Suci Engkau Ya Allah dan saya adalah hamba-Mu yang dholim”
Hingga menjelang umur 23 tahun ini, Bian tidak pernah mengalami keanehan atau hal-hal yang ganjil dalam hidupnya. Tetapi perjumpaan dengan kakek kurus kering dan berbadan lebar di masjid siang tadi benar-benar membekas dalam ingatannya dan bahkan kini menguras energy psikisnya.
Dipandanginya tiga buah botol kecil yang diletakkan di meja di-samping tempat tidurnya. Tanpa sadar tangannya meraih salah satu dari botol kecil itu lalu membuka tutupnya. Didekatkannya botol yang sudah terbuka tutupnya itu ke hidungnya dan serentak bau wangi yang sangat kuat menerpa seluruh indra penciumannya. Dikenalinya bau itu dengan baik-baik, seolah seluruh syaraf-syaraf tubuhnya sedang berjabatan tangan dengan aroma wangi yang menusuk hidung itu. Sambil memejamkan matanya, Bian menyebut asma Allah dan memohon petunjuk atas apa yang baru saja dialaminya.
Bian menutup botol kecil yang pertama dan kini berganti ke botol yang kedua lalu botol yang ke tiga. Ia melakukan hal yang sama seolah-olah ia sedang memperkenalkan aroma wangi ketiga jenis minyak itu ke dalam bagian-bagian syaraf tubuhnya.
Aroma wangi itu meresap dan menentramkan bawah sadar Bian. Pelan-pelan suhu tubuhnya turun dan ia bisa mengatur debar di dadanya dengan lebih pelan. Sebuah kesadaran seolah merasuk ke dalam benaknya bahwa manusia terpilih adalah mereka yang dibebani tugas yang lebih berat dari manusia yang lain, tetapi ia mau dan mampu menyangganya dengan rasa ikhlas.
Dalam keheningan siang itu, tiba-tiba Bian teringat akan sebuah ungkapan yang pernah disampaikan oleh papanya. Bahkan papanya pernah mencetak ungkapan itu dalah huruf indah dengan ukuran yang besar lalu di tempelkan di dinding catatan kerjanya.
“When the student is ready, the Master will appear”
Bian termangu dalam lamunan, ia tidak yakin bahwa ungkapan itu punya makna untuk dirinya. Hanya saja selama ini ia memang selalu dan selalu belajar untuk memperbaiki diri dalam segala bidang. Apakah kini ia siap dan waktunya untuk menemukan sosok pembimbing baru?
Bian menyibak selimutnya dan bermaksud untuk bangun dari pembaringan. Pada saat yang bersamaan, suara adzan berkumandang yang menandakan masuk waktu Ashar.
Salam,

No comments:

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...