Friday, June 16, 2017

JEJAK YANG TERPILIH - Day-17

#NulisRandom2017
JEJAK YANG TERPILIH
“Soft Bone”
Day-17


Rudy merasa tulang tangannya sangat nyeri seolah sedang di remas menggunakan jepitan besi. Dengan sekuat tenaga ia mencoba menarik lengannya dan mencoba melawan rasa sakit yang muncul.
Bian yang sengaja mencengkeram lengan Rudy itu segera melepaskan jepitannya secara mendadak sehingga hampir saja badan Rudy terjengkang ke belakang. Bian memang tidak ingin menyakiti pemuda itu, ia hanya berusaha mencegah niat Rudy yang terkesan berangasan dan tidak kenal aturan.
Dengan mengkibas-kibaskan lengan kanannya yang masih terasa sakit mata Rudy terlihat melotot ke arah Bian.
“Siapa kau?”, - tanya Rudy dengan suara bergetar menahan amarah.
“Siapapun aku, berlakulah sopan. Apalagi terhadap seorang wanita!”, - Bian menjawab dengan tenang.
“Apa maksudmu?”, - Rudy masih menyusuli dengan pertanyaan.
Bian mengerutan keningnya, agaknya pemuda bernama Rudy ini kurang memahami etika, sehingga jawabannya yang sudah cukup jelas itupun kurang di pahaminya.
Sementara Lukita yang melihat pembelaan kakaknya yang kini terheran-heran dengan sikap Rudy, tiba-tiba saja timbul sifat usilnya. Wajahnya yang tadi terlihat gelap dan cemberut seolah tersapu angin dengan cepat dan berganti dengan suaranya yang bening penuh kemanjaan.
“Mas Bian, dia itu memang ‘telmi’ alias telat mikir. Mungkin karena terlalu banyak mengkonsumsi narkoba!”, - lengan Lukita sengaja bergelayut di tangan kiri Bian.
Wajah Rudy terlihat merah padam, apalagi ketika dilihatnya sikap Lukita yang begitu manja dengan pemuda yang belum di kenalnya itu. Ia tahu Lukita sengaja melakukannya dan hatinya langsung menjadi panas. Gadis yang selama ini menarik perhatiannya ternyata justru bermanja-manja di depan matanya.
Tanpa berbicara lebih lanjut tiba-tiba saja dengan sekuat tenaga tangannya melayang menghantam kepala Bian dari arah samping.
Hanya saja gerakan itu di mata Bian terlihat lambat dan canggung. Dengan gerak sederhana Bian terhindar dari ayunan tangan yang keras itu, bahkan tiba-tiba saja Bian bergeser dan tanpa diketahui bagaimana kejadiannya tiba-tiba tangan Rudy sudah tertelikung dan terpilin ke belakang. Bian sengaja menelikung dan menekan tangan kanan Rudy itu di punggungnya dengan agak keras sehingga dari mulut pemuda itu terdengar rintih kesakitan.
Sepengetahuan Bian, dalam ilmu psikologi, orang seperti Rudy ini tergolong ke dalam mereka yang di sebut ‘soft-bone’ alias bertulang lunak. Ia selalu ingin dilihat menonjol sebagaimana diperlakukan oleh keluarga dan lingkungannya, sementara secara pribadi ia termasuk ke dalam golongan yang mudah mengeluh dan jauh dari sikap mandiri ataupun ‘fighter’.
Golongan ini sebenarnya sangat mudah di pengaruhi dan di manipulasi.
Karena itu dengan suara di tekan, Bian berbisik tepat di telinga Rudy.
“Jangan sekali-kali mengganggu Lukita. Sekali saja kau mengganggu adikku, maka aku akan mencari dan menghantuimu selamanya”
Sambil mengeluarkan kalimat bernada ancaman, Bian memilin dan menekan lebih keras tangan kanan Rudy, sementara tangan kiri Rudy di cengkeram sehingga sama sekali tidak bisa bergerak. Rudy kini bukan lagi merintih, melainkan mengeluarkan suara keras dan jerit kesakitan.
“Kau mengerti maksudku?”, - Bian mengulangi ucapannya.
Wajah Rudy terlihat merah padam namun juga memucat. Rasa sakit dan malu bercampur menjadi satu, sementara ia sama sekali tidak mampu berbuat apapun. Terpaksa kepalanya kemudian mengangguk tanda mengerti.
Sementara itu, ketiga teman Rudy sudah berdiri dan bahkan mendekat ke arah mereka.
Bian yang tidak ingin berurusan lebih lanjut, ia segera mengarahkan Rudy kepada ketiga temannya itu. Sambil mengendurkan jepitan tangannya, Bian kemudian mendorong badan Rudy ke depan sehingga hampir saja Rudy menabrak ketiga temannya itu.
Salam,

No comments:

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...