Tuesday, June 20, 2017

JEJAK YANG TERPILIH - Day-21

#NulisRandom2017
JEJAK YANG TERPILIH
Munculnya Sesosok Bayangan
Day-21


Gerakan Bian yang cepat dan bertenaga itu benar-benar membuat kaget dan kalang kabut ketiga orang yang semula mengeroyok om Dony. Dua orang diantara ketiganya segera mengenali Bian sebagai pemuda yang tadi memberi pelajaran kepada Rudy yang kini tergeletak ditanah.

Tetapi agaknya mereka adalah orang-orang yang sangat berpengalaman dalam dunia kekerasan. Kalau tadi mereka membiarkan dan bahkan mencegah Rudy untuk memperpanjang urusan, itu karena mereka sedang tergesa-gesa dalam sebuah urusan yang sangat penting. Bukan karena gentar atas tindakan Bian terhadap Rudy, apalagi saat itu Bian hanya seorang diri bersama adik perempuannya.

Segera dua orang diantaranya mengurung dan melayangkan serangan berbarengan ke arah Bian. Seorang mengincar pelipis Bian dengan ayunan tangan kanannya yang keras sementara yang seorang lagi mengayunkan kakinya dengan tendangan sabit yang mengancam perut Bian.

Akan tetapi Bian sama sekali tidak gugup, dengan keyakinan tinggi tiba-tiba saja ia meloncat maju  justru memapaki tubuh penyerang yang mengancam perutnya dengan tendangan kaki. Ia sama sekali tidak menghiraukan serangan yang mengincar pelipisnya, karena dengan meloncat maju sambil memiringkan tubuhnya itu ia otomatis terhindar dari jangkauan ayunan tangan yang keras itu.

Gerakan Bian sedemikian cepat bahkan mendahului kecepatan kaki penyerangnya. Sebelum lawannya menyadari keadaan, tubuh miring Bian langsung menabraknya sambil menyarangkan sebuah totokan keras ke perut lawan. Meski dilakukan dengan tergesa-gesa, tetapi totokan itu membuat lawannya mengaduh karena merasakan perutnya bagaikan diaduk. Tubuh orang itu terlontar kebelakang beberapa langkah dan tanpa sadar ia membungkuk sambil memegangi perutnya dengan kedua tangannya.

Perhatian Bian langsung beralih dan dengan cepat tubuhnya melayang dan melancarkan sebuah tendangan dari arah samping justru kepada orang yang sedang melibat om Dony. Tetapi orang itu melihat serangan yang datang dan sadar akan datangnya bahaya, ia melompat mundur untuk menghindari kaki Bian dan mengambil jarak.

“Cepat om, bantu teman om Dony dan tinggalkan mereka bertiga ini”, - Bian kembali berteriak.

Om Dony yang melihat tandang Bian itu menjadi berdebar-debar. Bagaimanapun juga ia merasa sangat kuatir mengingat lawan yang mereka hadapi kali ini sesungguhnya adalah mereka yang sudah berkecimpung dalam dunia kekerasan cukup lama. Sementara ia mengenal Bian hanya sebatas pemuda penggemar olah-raga Parkour belaka.

Tetapi ketika matanya sempat mengamati keadaan temannya yang berkumis tebal, hatinya tercekat bukan main. Temannya itu kini menjadi bulan-bulanan ketiga lawannya tanpa sempat membalas.

Dalam keadaan seperti itu om Dony memang harus cepat bersikap.

“Hati-hati Bian, aku akan segera kembali!”

Sambil berteriak tubuh om Dony melesat dan melancarkan serangan dari arah belakang kepada pengeroyok temannya yang berkumis tebal itu.

Akan tetapi orang itu agaknya merasakan sambaran angin dari belakang yang mengancam tengkuknya, sehingga dengan sebat ia justru menggelindingkan tubuhnya serendah mungkin ke depan sehingga terhindar dari serangan om Dony.

Sementara seorang diantaranya kemudian menyambut serangan om Dony, dan seorang lagi masih berusaha mengejar dan menekan laki-laki berkumis tebal itu.

Kini terjadi tiga lingkaran perkelahian. Bian melayani tiga orang lawannya, om Dony berusaha menekan dua orang pengeroyoknya sementara laki-laki berkumis itu kini hanya menghadapi seorang lawan sehingga ia mulai bisa manata perlawanannya dengan lebih baik.

Demikianlah, tiga lingkaran perkelahian itu segera berkobar dengan sengitnya. Mereka masing-masing bergerak dengan cepat, menyerang, menghindar ataupun menangkis serangan. Meskipun sudah berjalan sekian lama, tetapi belum nampak siapa yang lebih unggul dan menguasai pertarungan di masing-masing lingkaran pertarungan itu.

Beberapa orang yang menonton perkelahian itu dari kejauhan sama sekali tidak berani ikut campur. Mereka tidak tahu permasalahan dan sebenarnya juga cukup ngeri melihat pertarungan yang keras itu.

Lukita yang melihat tiga lingkaran perkelahian itu menjadi sangat tegang. Ia sadar Bian akan mengalami tekanan yang paling berat karena pengeroyoknya kini berjumlah paling banyak. Terlintas dalam pikirannya untuk melibatkan diri, tetapi ia ragu-ragu dan kuatir itu nanti justru membuat Bian mencemaskannya hingga tidak bisa berkonsentrasi. Ia sangat mengenal sifat kakaknya itu.

Ketika pertarungan semakin memuncak, Lukita merasa serba salah. Sesungguhnya melihat gerak orang-orang yang begitu keras dan kasar, hatinya sedikit gentar. Tetapi di saat Bian yang dikeroyok tiga orang – meskipun saat ini belum terdesak – ia tidak bisa tinggal diam. Segera di kencangkannya ikat pinggang dan ia bermaksud memasuki arena pertarungan.

Saat itulah muncul sesosok bayangan yang berkelebat cepat memasuki lingkaran pertarungan!



Salam,

No comments:

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...