#NulisRandom2017
JEJAK YANG TERPILIH
Munculnya Sesosok Bayangan
Day-21
Gerakan Bian yang cepat dan bertenaga itu benar-benar
membuat kaget dan kalang kabut ketiga orang yang semula mengeroyok om Dony. Dua
orang diantara ketiganya segera mengenali Bian sebagai pemuda yang tadi memberi
pelajaran kepada Rudy yang kini tergeletak ditanah.
Tetapi agaknya mereka adalah orang-orang yang sangat berpengalaman
dalam dunia kekerasan. Kalau tadi mereka membiarkan dan bahkan mencegah Rudy
untuk memperpanjang urusan, itu karena mereka sedang tergesa-gesa dalam sebuah
urusan yang sangat penting. Bukan karena gentar atas tindakan Bian terhadap
Rudy, apalagi saat itu Bian hanya seorang diri bersama adik perempuannya.
Segera dua orang diantaranya mengurung dan melayangkan serangan
berbarengan ke arah Bian. Seorang mengincar pelipis Bian dengan ayunan tangan
kanannya yang keras sementara yang seorang lagi mengayunkan kakinya dengan
tendangan sabit yang mengancam perut Bian.
Akan tetapi Bian sama sekali tidak gugup, dengan keyakinan
tinggi tiba-tiba saja ia meloncat maju
justru memapaki tubuh penyerang yang mengancam perutnya dengan tendangan
kaki. Ia sama sekali tidak menghiraukan serangan yang mengincar pelipisnya,
karena dengan meloncat maju sambil memiringkan tubuhnya itu ia otomatis
terhindar dari jangkauan ayunan tangan yang keras itu.
Gerakan Bian sedemikian cepat bahkan mendahului kecepatan
kaki penyerangnya. Sebelum lawannya menyadari keadaan, tubuh miring Bian
langsung menabraknya sambil menyarangkan sebuah totokan keras ke perut lawan. Meski
dilakukan dengan tergesa-gesa, tetapi totokan itu membuat lawannya mengaduh
karena merasakan perutnya bagaikan diaduk. Tubuh orang itu terlontar kebelakang
beberapa langkah dan tanpa sadar ia membungkuk sambil memegangi perutnya dengan
kedua tangannya.
Perhatian Bian langsung beralih dan dengan cepat tubuhnya
melayang dan melancarkan sebuah tendangan dari arah samping justru kepada orang
yang sedang melibat om Dony. Tetapi orang itu melihat serangan yang datang dan
sadar akan datangnya bahaya, ia melompat mundur untuk menghindari kaki Bian dan
mengambil jarak.
“Cepat om, bantu teman om Dony dan tinggalkan mereka bertiga
ini”, - Bian kembali berteriak.
Om Dony yang melihat tandang Bian itu menjadi
berdebar-debar. Bagaimanapun juga ia merasa sangat kuatir mengingat lawan yang
mereka hadapi kali ini sesungguhnya adalah mereka yang sudah berkecimpung dalam
dunia kekerasan cukup lama. Sementara ia mengenal Bian hanya sebatas pemuda
penggemar olah-raga Parkour belaka.
Tetapi ketika matanya sempat mengamati keadaan temannya yang
berkumis tebal, hatinya tercekat bukan main. Temannya itu kini menjadi
bulan-bulanan ketiga lawannya tanpa sempat membalas.
Dalam keadaan seperti itu om Dony memang harus cepat
bersikap.
“Hati-hati Bian, aku akan segera kembali!”
Sambil berteriak tubuh om Dony melesat dan melancarkan
serangan dari arah belakang kepada pengeroyok temannya yang berkumis tebal itu.
Akan tetapi orang itu agaknya merasakan sambaran angin dari
belakang yang mengancam tengkuknya, sehingga dengan sebat ia justru
menggelindingkan tubuhnya serendah mungkin ke depan sehingga terhindar dari
serangan om Dony.
Sementara seorang diantaranya kemudian menyambut serangan om
Dony, dan seorang lagi masih berusaha mengejar dan menekan laki-laki berkumis
tebal itu.
Kini terjadi tiga lingkaran perkelahian. Bian melayani tiga
orang lawannya, om Dony berusaha menekan dua orang pengeroyoknya sementara
laki-laki berkumis itu kini hanya menghadapi seorang lawan sehingga ia mulai
bisa manata perlawanannya dengan lebih baik.
Demikianlah, tiga lingkaran perkelahian itu segera berkobar
dengan sengitnya. Mereka masing-masing bergerak dengan cepat, menyerang,
menghindar ataupun menangkis serangan. Meskipun sudah berjalan sekian lama,
tetapi belum nampak siapa yang lebih unggul dan menguasai pertarungan di
masing-masing lingkaran pertarungan itu.
Beberapa orang yang menonton perkelahian itu dari kejauhan
sama sekali tidak berani ikut campur. Mereka tidak tahu permasalahan dan
sebenarnya juga cukup ngeri melihat pertarungan yang keras itu.
Lukita yang melihat tiga lingkaran perkelahian itu menjadi
sangat tegang. Ia sadar Bian akan mengalami tekanan yang paling berat karena
pengeroyoknya kini berjumlah paling banyak. Terlintas dalam pikirannya untuk
melibatkan diri, tetapi ia ragu-ragu dan kuatir itu nanti justru membuat Bian
mencemaskannya hingga tidak bisa berkonsentrasi. Ia sangat mengenal sifat
kakaknya itu.
Ketika pertarungan semakin memuncak, Lukita merasa serba
salah. Sesungguhnya melihat gerak orang-orang yang begitu keras dan kasar,
hatinya sedikit gentar. Tetapi di saat Bian yang dikeroyok tiga orang –
meskipun saat ini belum terdesak – ia tidak bisa tinggal diam. Segera di
kencangkannya ikat pinggang dan ia bermaksud memasuki arena pertarungan.
Saat itulah muncul sesosok bayangan yang berkelebat cepat memasuki
lingkaran pertarungan!
Salam,
No comments:
Post a Comment