Sunday, June 18, 2017

JEJAK YANG TERPILIH - Day-19

#NulisRandom2017
JEJAK YANG TERPILIH
Bukan Perempuan Biasa
Day-19


Segera Bian kembali duduk di kursinya dan mulai menyeruput sisa-sisa wedang jahe yang masih belum habis. Ia tersenyum geli melihat wajah Lukita yang bersungut-sungut dan masih menyimpan kegeraman atas sikap Rudy.

Sementara itu Rudy juga sudah duduk bersama teman-temannya dan kembali berbicara diantara mereka dengan suara yang pelan. Beberapa karyawan café dan bahkan petugas security yang tadinya mendekat juga sudah kembali ke tempatnya sehingga suasana yang tadinya tegang berangsur-angsur sudah kembali normal.

“Kita pulang sekarang mas”, - Lukita berkata sambil bibirnya terlipat.

“Husss, kalau kita pulang sekarang, nanti si Rudy itu akan menganggap kita takut dan akan mengganggumu terus di kemudian hari. Tenang saja Luk, kita habiskan dulu minuman kita ini tanpa tergesa-gesa seperti biasanya”, - Bian mencoba menenangkan adiknya - ,” Dalam ilmu psikologi, tindakan kita untuk tidak langsung pulang dan tetap bertindak tenang ini termasuk strategi untuk membuat ciut nyali lawan”

“Mas Bian sok filsuf”

Lukita terdengar masih menggerutu, tetapi ia kemudian bergeser pindah ke kursi sebelah kiri sehingga kini pandangannya lurus keluar ke arah parkiran. Dengan posisi ini ia sedikit membelakangi meja Rudy dan teman-temannya sehingga Lukita kini sama sekali tidak melihatnya.

Bian tersenyum melihat tingkah adiknya.

“Luk, ingat gak nasehat papa? Jangan biarkan orang lain merubah suasana dan keceriaan hatimu. Kitalah yang berhak memelihara suasana hati kita agar senantiasa positif, jangan hiraukan mereka. Kalau nanti suatu saat si Rudy itu menganggumu, aku akan kejar dia”

Lukita terlihat menggigit bibirnya.

“Kalau dia ganggu aku di kampus bagaimana?”

“ Gampar!“

Kini Lukita mencibirkan bibirnya.

“Sebenarnya kalau cuman dia sendiri, aku masih sanggup menghajar dia mas”

“Nah, itu maksudku”, - suara Bian tiba-tiba berubah agak serius - , “Luk, kamu itu sudah belajar silat hampir lima tahun tetapi rasa pede-mu masih kecil. Hari-hari hanya sekedar latihan, padahal sekali-kali boleh lho kamu praktekkan ke orang-orang konyol yang mengganggumu. Percaya aku, typical ‘soft-bone’ seperti Rudy itu dapat kamu kalahkan tanpa banyak kesulitan”

Mata Lukita mendadak berbinar terang, wajahnya cerah dan penuh senyuman, lalu terdengar suaranya riang.

“Nah, itulah alasanku mengapa setiap hari aku selalu mengenakan celana panjang dan sepatu kets tanpa memiliki koleksi rok atau sepatu high-heel. Itu karena aku selalu berjaga-jaga dari macam-macam gangguan yang mendera gadis secantik aku mas. Bukan karena aku tomboy!”

Hampir saja tenggorokan Bian tersedak mendengar perkataan Lukita. Dengan sekuat tenaga ia menahan rasa tertawanya dan bergeser menjauh ketika tangan Lukita hendak menjangkaunya untuk menyarangkan sebuah cubitan.

Adiknya itu seolah sedang menemukan sebuah alasan pembenaran atas kebiasaannya selama ini yang tidak pernah mau menggunakan rok ataupun high-heel. Ia lebih sering berpenampilan sporty dengan celana jeans yang dipadu dengan kaos dan sepatu sport.

“Aku percaya Luk, kau memang bukan perempuan biasa”, - sahut Bian dengan mimik lucu.



Salam,

No comments:

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...