#NulisRandom2017
JEJAK YANG TERPILIH
Bukan Perempuan Biasa
Day-19
Segera Bian kembali duduk di kursinya dan mulai menyeruput sisa-sisa
wedang jahe yang masih belum habis. Ia tersenyum geli melihat wajah Lukita yang
bersungut-sungut dan masih menyimpan kegeraman atas sikap Rudy.
Sementara itu Rudy juga sudah duduk bersama teman-temannya
dan kembali berbicara diantara mereka dengan suara yang pelan. Beberapa
karyawan café dan bahkan petugas security yang tadinya mendekat juga sudah
kembali ke tempatnya sehingga suasana yang tadinya tegang berangsur-angsur
sudah kembali normal.
“Kita pulang sekarang mas”, - Lukita berkata sambil bibirnya
terlipat.
“Husss, kalau kita pulang sekarang, nanti si Rudy itu akan
menganggap kita takut dan akan mengganggumu terus di kemudian hari. Tenang saja
Luk, kita habiskan dulu minuman kita ini tanpa tergesa-gesa seperti biasanya”,
- Bian mencoba menenangkan adiknya - ,” Dalam ilmu psikologi, tindakan kita
untuk tidak langsung pulang dan tetap bertindak tenang ini termasuk strategi
untuk membuat ciut nyali lawan”
“Mas Bian sok filsuf”
Lukita terdengar masih menggerutu, tetapi ia kemudian
bergeser pindah ke kursi sebelah kiri sehingga kini pandangannya lurus keluar ke
arah parkiran. Dengan posisi ini ia sedikit membelakangi meja Rudy dan
teman-temannya sehingga Lukita kini sama sekali tidak melihatnya.
Bian tersenyum melihat tingkah adiknya.
“Luk, ingat gak nasehat papa? Jangan biarkan orang lain
merubah suasana dan keceriaan hatimu. Kitalah yang berhak memelihara suasana
hati kita agar senantiasa positif, jangan hiraukan mereka. Kalau nanti suatu
saat si Rudy itu menganggumu, aku akan kejar dia”
Lukita terlihat menggigit bibirnya.
“Kalau dia ganggu aku di kampus bagaimana?”
“ Gampar!“
Kini Lukita mencibirkan bibirnya.
“Sebenarnya kalau cuman dia sendiri, aku masih sanggup
menghajar dia mas”
“Nah, itu maksudku”, - suara Bian tiba-tiba berubah agak serius
- , “Luk, kamu itu sudah belajar silat hampir lima tahun tetapi rasa pede-mu
masih kecil. Hari-hari hanya sekedar latihan, padahal sekali-kali boleh lho
kamu praktekkan ke orang-orang konyol yang mengganggumu. Percaya aku, typical ‘soft-bone’
seperti Rudy itu dapat kamu kalahkan tanpa banyak kesulitan”
Mata Lukita mendadak berbinar terang, wajahnya cerah dan
penuh senyuman, lalu terdengar suaranya riang.
“Nah, itulah alasanku mengapa setiap hari aku selalu
mengenakan celana panjang dan sepatu kets tanpa memiliki koleksi rok atau
sepatu high-heel. Itu karena aku selalu berjaga-jaga dari macam-macam gangguan
yang mendera gadis secantik aku mas. Bukan karena aku tomboy!”
Hampir saja tenggorokan Bian tersedak mendengar perkataan
Lukita. Dengan sekuat tenaga ia menahan rasa tertawanya dan bergeser menjauh
ketika tangan Lukita hendak menjangkaunya untuk menyarangkan sebuah cubitan.
Adiknya itu seolah sedang menemukan sebuah alasan pembenaran
atas kebiasaannya selama ini yang tidak pernah mau menggunakan rok ataupun
high-heel. Ia lebih sering berpenampilan sporty dengan celana jeans yang dipadu
dengan kaos dan sepatu sport.
“Aku percaya Luk, kau memang bukan perempuan biasa”, - sahut
Bian dengan mimik lucu.
Salam,
No comments:
Post a Comment