Friday, June 30, 2017

JEJAK YANG TERPILIH - Day-25

#NulisRandom2017
JEJAK YANG TERPILIH
Lemparan Maut
Day-25


Om Dony seolah baru tersadarkan, ia kaget bukan main karena di dalam mobil itulah semua bukti kejahatan berada. Jika mobil itu sempat kabur dan semua barang-barang bukti itu ikut terbawa, maka sia-sialah usahanya untuk menangkap orang-orang ini.
Sambil berteriak keras om Dony segera berlari ke arah mobil itu untuk mencegah pria itu melarikan mobilnya.
Tetapi agaknya gerak pria itu cukup cepat, sambil menutup pintu dengan menekan tombol ‘central lock’ ia segera menyalakan mesin mobil. Meskipun om Dony sudah menyusul dan berusaha membuka paksa pintu itu, tetapi ia tidak berhasil. Dalam sekejab mobil itu justru melesat meninggalkan lokasi dan tubuh om Dony bahkan hampir saja terseret karenanya, tubuhnya terhuyung-huyung hampir saja terjatuh.
Dengan wajah merah menahan amarah om Dony berdiri sambil mengatur nafasnya.
Tetapi Bian yang cukup mengenal daerah itu segera berlari mendekati om Dony sambil mengambil tiga buah batu sebesar telur dari tepi jalan. Ia tahu pasti bahwa di depan adalah jalan buntu, karena jalan ke akses perumahan yang baru belum di buka. Ujung jalan buntu itu berupa gundukan tanah yang cukup tinggi sehingga kendaraan yang melintas harus berputar balik melalui “U-turn” yang ada di ujung.
Jalan di depan mini market itu adalah jalan kembar dan Bian yakin mobil itu akan berputar lalu mengambil jalan di seberang yang dibatasi dengan median taman mini itu.
“Om Dony, mobil itu pasti putar balik!”, - teriak Bian.
Tiba-tiba saja Bian berlari maju kedepan lalu menyeberang melompati media jalan mendahului om Dony. Ia sempat berteriak dan menyuruh agar semua orang yang menonton itu menyingkir.
Sesaat kemudian ia melihat mobil SUV itu sudah berbalik dan melaju kencang ke arahnya yang berdiri di tengah-tengah jalan.
Pengemudi SUV hitam itu agaknya sadar akan adanya seseorang yang menghadangnya dengan berdiri tepat di tengah jalan.
“Agaknya kau sudah bosan hidup!”,
Pengemudi itu mengumpat keras sambil menekan pedal gas sedalam mungkin sehingga mobil itu melesat kencang hendak menabrak tubuh Bian.
Seluruh syaraf di tubuh Bian menegang, adrenalin di tubuhnya terpacu dan menggelegak tak tertahankan. Matanya memandang tajam ke depan tanpa berkedip seolah ia tidak menghiraukan keadaan lain di sekitarnya. Pandangannya hanya terfokus pada satu titik!
Dalam jarak jangkau yang diyakininya, kedua tangan Bian tiba-tiba bergerak dengan sangat cepat. Dari tangan-nya melesat dengan sangat cepat tiga buah batu yang meluncur secara berturut-turut dengan jeda waktu yang sangat tipis.
Lalu tanpa melihat hasil lemparannya, Bian segera melompat ke samping dengan seluruh kecepatan yang ia miliki. Bian berhasil melompati median jalan yang berupa taman mini yang dibatasi gundukan beton setinggi kurang lebih 30 cm itu dan menyeberang ke sisi jalan yang lain.
Sementara itu, batu yang dilemparkan Bian meluncur lurus menghantam kaca mobil yang tepat di depan wajah si pengemudi mobil SUV itu. Terdengar bunyi bagai ledakan keras ketika batu yang pertama itu membentur kaca depan mobil dan membuatnya retak. Batu kedua dan ketiga mempunyai ketepatan arah yang sama persis dengan batu pertama, sehingga ketika kaca mobil itu retak akibat lemparan batu pertama, maka batu kedua mampu memecahkan kaca mobil itu hingga rontok berkeping-keping jatuh ke bawah. Inilah sifat dari kaca Kristal yang kebanyakan di pakai di mobil.
Hal yang tidak di duga oleh pengemudi mobil SUV hitam itu adalah ketepatan luncuran batu yang ketiga. Karena sudah tidak ada penghalang, batu itu melesat melewati kaca dan dengan telak mengenai jidat pengemudi tersebut.
Terasa betapa jidatnya itu bagai dihantam palu besi, sakit dan perih tak tertahankan. Kepalanya langsung pening sementara matanya berkunang-kunang, ia merintih kesakitan dan kehilangan kendali atas mobil yang di kemudikannya. Matanya tiba-tiba saja menjadi gelap.
Mobil itu terlihat oleng ke kanan sebelum kemudian menabrak median jalan. Tetapi agaknya daya luncur mobil itu sangat kencang sehingga setelah menabrak median jalan, ternyata mobil itu masih terseret dan bahkan berputar dua kali lalu menabrak sebuah pagar yang terletak di sisi kiri jalan. Mobil itu baru berhenti meluncur setelah ban bagian kirinya terperosok masuk got terbuka yang lebarnya hampir satu meter.
Posisi mobil itu kini miring ke kiri dengan mesin yang masih menyala. Dari kap depan mobil SUV hitam itu keluar asap yang cukup tebal.
Sementara itu Bian berusaha untuk kembali berdiri tegak. Dadanya berdebar kencang, sementara tubuhnya terasa agak sakit akibat lompatannya yang tergesa-gesa sehingga ia jatuh ke aspal tidak dalam posisi yang baik.
Lukita dan Andy dengan tergesa-gesa mendekati Bian, keduanya menampakkan wajah yang tegang. Tetapi ketika dilihatnya Bian sudah berdiri dan berusaha tersenyum, hati mereka merasa tenang.
“Saiki ko’on sing gendeng mas!”
Salam,

No comments:

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...