Friday, June 30, 2017

JEJAK YANG TERPILIH - Day-24

#NulisRandom2017
JEJAK YANG TERPILIH
Tendangan Menyusur Tanah
Day-24


Tepat di saat suara suitan itu menggema, serangan Andy dengan dahsyat melanda lawannya. Tangan kanan dan kirinya secara bergantian memberikan pukulan-pukulan telak di dada lawan. Terkadang tangan itu mengepal lalu berubah dengan telapak tangan terbuka dan jari yang merapat. Demikian berulang-ulang dan bergantian menghantam dada, sebelum kemudian sebuah tamparan keras mengenai kening lawannya yang membuatnya mengaduh dan terlempar.
Pria yang menjadi lawan Andy itu merasakan betapa dadanya bagaikan di pukul menggunakan palu serta lembaran besi yang teramat keras secara bergantian. Dadanya menjadi sesak dan agaknya pukulan-pukulan itu sudah melampaui daya tahan tubuhnya, sehingga ia ambruk dan terduduk di atas aspal.
Bian berseru kagum melihat gerakan Andy yang sedemikian efektif dalam menjatuhkan lawan. Tetapi belum sempat ia menyatakan kekagumannya, dilihatnya dua pria yang masih bertarung melanda om Dony serentak dan dengan serangan yang mematikan. Om Dony terpaksa melompat mundur untuk menghindar dan mengambil jarak.
Saat itulah tiba-tiba kedua pria itu justru berbalik dan berlari meninggalkan arena pertarungan menyusul pria pertama yang lolos setelah melepaskan diri dari Bian.
“Minggir!”
Sambil berteriak keras mengancam orang yang mengelilingi arena pertarungan itu, kaki mereka bergerak cepat.
Semua kejadianitu berlangsung dalam waktu yang teramat cepat. Om Dony, Bian maupun Andy merasa terlambat beberapa langkah seandainya harus mengejar kedua orang itu.
Salah seorang diantaranya menyusup diantara dua mobil yang terparkir di pinggir jalan sebelum kemudian ia melompat pagar dan melintasi halaman sebuah gedung pemerintahan. Halaman itu hanya diterangi lampu yang temaram sehingga sesaat kemudian bayangan pria itu sudah hilang tertelan gelap malam.
Tetapi agaknya tidak demikian yang terjadi dengan pria terakhir yang hendak melarikan diri itu. Ketika orang-orang yang mengelilingi arena pertarungan itu menyibak, ia segera menerobos dan berlari cepat ke depan. Perhatiannya terampas ke jalan dan kondisi di depannya sehingga ia tidak sadar ketika ada sepasang kaki yang meluncur rendah menyusuri tanah. Sepasang kaki yang di bungkus celana jeans itu bergerak sangat cepat dan dengan sengaja membidik kaki pria yang hendak kabur itu saat kaki kirinya terangkat. Pada saat yang tepat kedua kakinya justru menghantam kaki kanan pria itu sehingga ia sama sekali kehilangan tumpuan. Pria itu terjungkal dan jatuh di jalanan beraspal.
Saat itulah Bian bergerak cepat, tubuhnya melesat cepat sambil melancar sebuah tendangan berputar yang rendah dan langsung menghantam dada pria yg baru terjatuh di aspal itu. Terdengar pria itu mengeluh pendek dan kemudian terdiam tanpa bisa bangkit lagi. Pingsan.
Sementara itu Bian langsung mendekati seseorang yang baru saja melakukan tendangan menyusur tanah dan menghalangi kaburnya pria terakhir lawan om Dony itu. Dengan wajah dan nada kuatir ia berseru keras.
“Gendeng ko’on iku Luk. Kenapa ikut-ikutan”
Adalah Lukita yang ternyata telah menghambat lari pria itu dengan melakukan tendangan rendah menyusur tanah. Ia bangkit tetapi wajahnya justru terlihat cerah dan berseri-seri.
“Mas, tadi itu maksudku akan melakukan jurus ‘gunting melipat’, cuman melihat larinya yang cepat dan tenaganya yang besar aku kuatir justru aku yang terpelanting”, - jawabnya tanpa menghiraukan kekuatiran Bian.
Pengalaman barusan membuat rasa kepercayaan dirinya melambung tinggi.
Andy yang sudah berada di dekat mereka ikut menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Gendeng temen ko’on iku Luk. Tadi itu bahaya sekali”, - desis Andy.
Sementara itu om Dony terlihat mengumpulkan ke-empat pria yang tidak bisa melarikan diri dan menempatkannya di depan halaman mini-market. Kedua tangan mereka masing-masing di ikat dengan segel sementara berwarna putih yang di tarik dengan keras sehingga bahkan menyakiti kulit luar tangan mereka. Setelah menelpon dan menunggu bantuan dari kantor polisi, om Dony segera melangkah mendekati Bian, Andy dan Lukita, sementara ia minta agar pria berkumis lebat itu mengawasi ke-empat tawanan itu.
Tetapi sebelum om Dony menyatakan rasa terimakasih dan kekagumannya kepada anak-anak muda itu, Bian justru menggamit tangan om Dony sambil tangannya menunjuk ke arah sebuah mobil SUV warna hitam. Saat semua perhatian orang terampas dengan hasil pertarungan itu, seseorang nampak sedang mlipir pelan-pelan lalu menempelkan badannya tepat di pintu mobil. Agaknya ia sengaja tidak membuka menggunakan remote control yang bisa memancing perhatian.
Sejenak kemudian orang itu sudah masuk ke dalam mobil.
“Om, gerak-gerik orang itu mencurigakan!”, - bisik Bian.
Salam,

No comments:

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...