Monday, November 26, 2007

The Exotic Bromo Mt.











Sebenarnya malu juga mau nulis tentang gunung Bromo ini. Bukan apa2 sih, tetapi sebagai orang Jawa Timur dan sampai seumuran seperti ini saya baru sekali pergi kesana dan itupun baru sebulan yang lalu waktu libur Lebaran.

Setelah check-in di Bromo Cottage, siang menjelang sore itu saya dan anak2 jalan2 di halaman belakang. Pas saat itu para petani sedang panen wortel dan sayuran kubis/ kol, sehingga momen itu kita manfaatkan untuk berbelanja sayur sekalian. Model tawar-menawarnya sih seperti di pasar tradisional; satu kilo berapa pak? Boleh kurang tidak? Mau beli berapa kilo sih? And so on…and so on gitu….
Tapi, giliran membungkus barang, pak tani itu ternyata tidak punya timbangan, jadi akhirnya ya model kira2 saja (dan kayaknya mereka sudah terbiasa dengan model kira2 itu; he..he… mudah2an timbangannya tidak kurang J). Yang pasti - ini setelah kita coba di rumah – sayur kubisnya sangat renyah dan wortelnya ada rasa manis. Sehat banget!

Yang juga dapat kita nikmati adalah pesona aneka bunga yang jarang dapat kita temukan di kota. Baik dari jenis bunga yang baru maupun bunga yang sama tetapi mempunyai warna yang cerah dan lebih menarik.

Esok paginya pukul 03.45 kita kumpul di lobby dengan pakaian yang serba brukut. Kaos dalam rangkap tiga ditambah kaos sweater tebal, ditambah lagi jaket tebal plus tutup kepala ala orang kutub sono. Tidak lupa juga kaos kaki dan kaos tangan yang tebal. Secangkir teh panas yang kita nikmati pagi itu rasanya belum bisa menghangatkan badan yang menggigil.

Kata petugas hotel, pagi ini suhunya sekitar 9 drajat Celcius dan ini saat yang baik untuk melihat Bromo, karena bulan2 Desember – Januari biasanya suhunya lebih jahat hingga mencapai minus – belum lagi ditambah angin yang dipastikan tidak ramah.

Sekitar pukul 04.05 kita berangkat menggunakan jip ‘4-wheel drive’ yang memang menjadi kendaraan khusus untuk acara pendakian itu. Selain ketrampilan mengendarai mobil, pengenalan medan jalan sungguh sangat penting disini, karena kalau tidak bisa2 kendaraan kita bukannya naik tapi malah ‘nglondor’ turun he..he… Saran saya, kalau tidak yakin jangan bawa kendaraan MPV biasa deh, apalagi sewaktu di medan pasir, takutnya mobil slip dan banyak terselip pasir2 di mesin mobil.

Nah, pesona pertama adalah di Penanjakan Mount. Ada serombongan wis-dom berlogat Jakarta, yang mulutnya terus berdecak dan kemudian berbisik ke anaknya: “ Coba kokomu ikut…Ini tidak kalah dengan Swiss”

He..he.. saya jadi mikir, memang Swiss hebat ya? Saya memang sudah pernah lihat pegunungan Alpen yang kesohor itu, tetapi gambarnya doang…

Ketika terpana dengan pesona didepan, tiba2 orang-orang pada ribut dan teriak2: Sun-rise…sun-rise, ….cepat…. dari sini” Saya jadi ikut2an mencari posisi yang pas untuk menikmati matahari terbit dan bisa mengambil gambarnya. Momen fantastis yang hanya tidak lebih dari 5 menit itupun serasa membekas panjang di ingatan….

Setelah dari Gunung Penanjakan, kita turun dan menyusuri “Sea of Sand” dan saat seperti inilah kendaraan Jip-4 Wheel Drive mengambil peran. Dengan gagah menerjang hamparan pasir.

Pengalaman mengendarai kuda dan naik ratusan tangga mungkin anak2 yang lebih terkesan. Sementara anak yang besar sudah membalap di depan, saya yang mendampingi si kecil yang baru pertama kali naik kuda sempat mendengar dia bertanya pada pemandunya; “ Pak, kudanya namanya siapa”.
Sang pemandu menjawab dengan pendek:”Wage“

Sayang, kawah Bromo tidak bisa dilihat dasarnya. Terlebih lagi aroma belerang begitu kuat sehingga kita tidak bisa berlama-lama diatas.

Tetapi pesona Bromo memang luar biasa. Hati siapa yang tidak tersentuh oleh indahnya kawah Bromo yang mengeluarkan asap belerang, sementara disampingnya tegak dengan manisnya Gunung Batok dengan goresan2 fantantis di badannya.

Ketika badan dan rambut penuh debu, ternyata hati justru penuh haru.

Salam pesona,
Ries

Thursday, September 20, 2007

" Ayat-ayat Cinta "

Bulan puasa ini disamping bacaan wajib sebagai umat muslim (AQ), saya cenderung memanjakan hobby membaca novel2 sastra yang sempat saya tinggalkan karena berganti buku2 tentang bisnis, motivasi dan pengembangan diri.

Setelah menyelesaikan tiga buku tetralogi Laskar Pelangi yang luar biasa mempesona itu, kemarin lusa ‘hati saya gerimis’ ketika melahap dan menyelesaikan bukunya Habiburrahman El Shirazy, yang berjudul Ayat-Ayat Cinta.

Mungkin sebagian dari sahabat akan berkomentar bahwa saya ini terlalu melankolis; setiap baca buku selalu terkagum-kagum dan tersentuh hingga memberi pujian setinggi langit.

Duh… enggak deh.

Ini buku yang baik dan layak dibaca. Ini buku yang mengajarkan akhlak, budi pekerti dan keimanan seorang muslim dalam menghadapi belantara kehidupan sekuler di jaman sekarang ini. Buku ini tidak membosankan karena tidak menggurui dan saking mengasyikannya, saya menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 2 malam.
Bahkan ada komentar menarik yang berbunyi: “…..sebaiknya anda jangan berumah tangga dulu sebelum membaca buku ini”

Saya tidak tahu apakah cerita ini merupakan ‘true story’ dari tokoh pengarangnya atau sekedar rekaan fiksi semata. Tetapi seandainya tokoh seperti Fachri itu ada, betapa bangga kedua orangtuannya. Betapa bangga teman2 dan sahabat dekatnya dan mestinya betapa bangga Indonesia. Terlebih seandainya tokoh seperti Aisya’ juga benar2 ada – atau bahkan banyak di bumi Islam – maka saya tidak meragukan lagi bahwa kerukunan umat akan cepat tercapai dan kejayaan Islampun hanya tinggal menunggu waktu yang tidak lama.

Sahabat2 penasaran? Cepetan... baca deh, jangan ditunda.

Kita merindukan tokoh2 dan pemimpin2 yang berakhlaqul karimah seperti Fachri.

Salam cinta,
Ries

Monday, September 17, 2007

" Laskar Pelangi "

Tadi malam kami sekeluarga tidak sahur;

“Papa sih, pokoknya nanti kalau gak kuat saya mau buka waktu Dhuhur saja!” demikian si kecil menyalahkan saya dan merajuk pada pagi harinya.

Saya hanya bisa minta maaf dan benar-benar merasa salah. Gara-gara menyelesaikan bukunya Andrea Hirata tadi malam saya tidur larut. Akibatnya ketika jam 03.00 alarm HP meraung-raung, saya tetap terlena tidur atau mungkin setengah sadar saya bangun dan mematikan alarm – tetapi kemudian tidur lagi. Tanpa ingat bahwa seharusnya kita bangun untuk sholat tahajud dan kemudian menikmati makan sahur. Akhirnya, seluruh rumah puasa tanpa sahur.

Mungkin sebagian sahabat akan mencela saya dan berkata sinis; “Duh…. Ketinggalan sekali. Hari gini baru baca Laskar Pelangi?”

Ya, mau bagaimana lagi? Saya memang terlambat informasi tentang buku heboh ini. Tetapi buku tetralogi “Laskar Pelangi” ini memang sangat memukau. Jalinan kata-kata yang tersusun indah mengukuhkan bahwa tidak salah jika julukan seniman kata melekat pada diri pengarangnya. Lihatlah caranya menggambarkan situasi; begitu memikat. Terlebih penggambaran karakter dari para tokohnya begitu kuat membuat kita begitu bersimpati atas perjuangan masing-masing tokohnya.

Betapa kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi para tokohnya untuk maju dan menggapai mimpi2-nya. Betapa dibalik kebodohan dan sifat lugu masih sering ditemukan sifat tulus setia kawan yang membuat hati ini terharu.

Sejujurnya, saya banyak tersenyum dan bahkan terpingkal-pingkal membaca novel ini. Rasa humor yang halus dipaparkan dengan jalinan situasi dan kata yang indah dan memiliki efek filosofis yang beresonansi terus menerus. Disamping itu Andrea begitu pintar membangkitkan rasa trenyuh yang membuncah pada kita; ketika melihat nasib tokohnya si Bintang dan Mahar yang akhirnya harus terdampar arah dan melupakan sekolah, terlebih ketika mengenal Harun atau memahami pengorbanan si lugu Jibron ketika menyerahkan dua “celengan kudanya” untuk sahabatnya si tokoh utama Ikal dan Arai.

Mulai dari serial pertama “Laskar Pelangi”, “Sang Pemimpi” hingga serial ketiga “Edensor” perasaan saya begitu penuh warna; senyum, tawa terpinkal-pingkal dan juga rasa trenyuh yang mengharu biru.

Hampir tidak ada bagian yang sia-sia yang dituliskan dalam ketiga buku diatas. Jalinan2 plot cerita saling sambung-menyambung dalam susunan mosaik2 yang lucu, indah, menggelitik dan mengharukan.


Buku yang bercerita tentang pendidikan, kemiskinan dan mimpi2 ini sangat menggunggah nurani. Agar memandang kemiskinan dari sudut yang lain dan menyadari bahwa bagian kecil apapun dari peristiwa yang pernah kita alami dalam kehidupan ini adalah merupakan kumpulan2 mosaik yang akan membentuk kehadiran kita disaat ini dan saat nanti.

Two tumbs up for Andrea!! Saya tidak sabar untuk membaca Maryamah Karpov ….

Banyak salam,
Ries

Monday, August 27, 2007

" Jalur Prestasi "

Sewaktu remaja saya pernah dan sering sekali mendapat nasehat dari orang-orang terdekat agar focus dan memiliki keahlian/ kelebihan khusus. Tidak masalah, apakah kelebihan khusus itu terkait dengan pelajaran2 di sekolah ataukah kelebihan yang diterapkan diluar jalur pendidikan resmi.

Kini, nasehat itu saya dengungkan kembali di telinga anak2 saya, karena saya yakin bahwa nasehat baik semacam ini sifatnya up to date seiring berubahnya/ perkembangan jaman. Ini terkait dengan kenyataan bahwa dalam pendaftaran siswa/ mahasiswa baru yang saya ikut repot2 bulan kemarin, ternyata system PMDK (oleh PT/ UNAIR) menerapkan dua jalur, yaitu jalur Prestasi dan Umum.

Yang bisa mendaftar melalui jalur prestasi tentu saja mereka2 yang memang telah berprestasi dalam bidangnya. Selain prestasi akademis di sekolah, tercatat kemampuan/ prestasi yang diakui antara lain dalam bidang seni, olahraga, juara olimpiade, science dll.
Saya tidak ingin nulis banyak tentang jalur ini karena memang saya juga tidak tahu banyak tentang system penerimaan siswa/ mahasiswa baru sekarang ini.

Hanya saya memang ‘mengompori’ anak2 saya untuk lebih focus dan tekun pada bidang-bidang yang mereka sukai. Apapun itu, jangka pendek, menengah dan panjang pasti akan membawa manfaat secara langsung maupun tidak langsung.

Alhamdulillah, anak saya yang besar sedikit banyak dapat menangkap dan mencoba menerima setiap kesempatan yang memungkinkan untuk berkembang. Meski pada dasarnya pemalu, tetapi dia sudah bisa dan berani menepis rasa malu atau ragu ketika secara aklamasi terpilih sebagai ketua kelas (dan kemudian juga sebagai pengurus OSIS). Dengan banyaknya kegiatan dan interaksi dengan teman sebaya, tentu perkembangannya lebih positif.

Yang membuat dada saya sedikit menggelembung, adalah peristiwa hari Minggu kemarin (26-8-2007). Dalam “Kompetisi Musik Pelajar Sidoarjo” - dimana keinginan ikut mendaftar adalah dari dirinya sendiri tanpa saya saran apalagi paksa – dia meraih prestasi yang sungguh membanggakan. Terpilih sebagai Best Drummer (juara-1) dan juga sebagai Best Bassist Guitar (juara-3).

“ Pa, besok2 saya bisa ikut jalur prestasi, masuk SMA favourit” desisnya lirih. Oh,… ternyata dia ingat cerita/ nasehat saya dan sudah mulai membangun pondasi masa depannya. Meskipun saya belum tahu apakah prestasi semacam ini bisa secara langsung mendukung keinginannya, tetapi saya tersenyum lebar menyetujui. Terlebih, kegiatan ini salah satu pendukung dan penyelenggaranya (Juri) adalah juga dari Kantor DikNas.

Pokoknya bangga deh…

“ Sibuklah dengan kelebihanmu dan jangan hiraukan kekuranganmu…...”

Saya pernah menanyakan dan mendiskusikan kalimat bijak diatas dengan Bpk. Mario Teguh karena saya mikir kapan kemudian kita memperbaiki kelemahan kita. Ternyata beliau 100% menyetujui. Bahkan beliau mempertegas; ……jangan hiraukan kelemahan, karena kelemahan kita akan tertutup oleh kelebihan2 yang kita bangun setiap hari.

Mari ajak keluarga kita untuk focus pada kelebihan…..

Salam prestasi,
Ries

Thursday, August 16, 2007

" Mimpi "

kemarin malam aku bermimpi
uang 11 digit itu sudah ada direkeningku
rumah maha luas itu sudah kumasuki dengan rasa haru
bisnis dan anak2-kupun bertumbuh dengan pencapaian terbaru

ada bidadari yang tersenyum menyambutku
ada binar terang yang terus mengeilingiku
semua keinginan seolah telah mewujud
dalam bingkai keinginan yang telah tertuang dalam angan dan doa2ku

tadi malam karena tidak mimpi lagi, aku merenung
betapa lemah diri ini dihadapanMu
bersimpuhpun serasa masih terlalu tinggi
disisa umur ini, mampukah kujangkau ampunan dan rahmatMu?

kubungkus doaku dengan niat dan ketulusan
tetapi pikiranku masih digelayuti nafsu belaka
ketika doa masih tercampur pikiran kotor duniawi
masihkan Engkau berkenan mengabulkannya?

mimpiku telanjang, penuh ketidaksadaran
tak terbungkus niat ataupun nafsu duniawi
tetapi kuperoleh apa yang kuminta dalam doa
sayang, hanya di alam mimpi…..bukan kenyataan

“mungkin tindakanku masih belum mencerminkan keinginan seperti dalam angan & doaku
juga niat baik dan ketulusan masih sebatas untuk kepentingan diri dan keluarga”

“mungkin alam bawah sadarku belum tersetting selaras dengan keinginan dan doa2ku
sehingga alam masih enggan merealisasikan mimpi2ku dalam kenyataan”

aku masih mencari
adakah rahasia yang masih tersembunyi?
Ikhlas?

salam ikhlas,
Ries

Wednesday, August 8, 2007

"Leverage"

“Ketika saya menantang Ben Johnson untuk adu lari, tentu saja semua orang tertawa dan akan bilang saya pasti kalah, dan sayangnya itu memang betul! Tetapi sebenarnya saya masih bisa menang, dengan catatan; si Ben berlari dengan sekuat tenaga seperti biasanya (karena dia memang atlit lari) sementara saya meluncur menaiki Ferrari. Mobil Ferrari inilah Leverage Factor saya”

Ilustrasi ini dikemukakan oleh salah seorang pembicara dari Singapore (saya lupa namanya) dalam Seminar Internet Marketing sekitar sebulan lalu.

Leverage, yang dalam bahasa Indonesia biasa kita terjemahkan sebagai “daya-ungkit” begitu menggema akhir-akhir ini. Sederhananya, digambarkan bahwa jika hanya mengandalkan tenaga kita tentu susah atau bahkan tidak mampu untuk menggeser batu seberat 500 kg atau lebih. Tetapi dengan bantuan ‘pengungkit’ – apakah itu terbuat dari sebatang kayu atau sepotong besi - maka batu itu akan dengan mudah tergeser.

Itu semua kita tahu, apalagi saya juga pernah belajar ilmu Mekanika Teknik dimana banyak pembahasan tentang hal2 semacam itu.

Menariknya, sekarang ini prinsip2 semacam itu mulai diterapkan dalam bisnis pemasaran. Saya jadi ingat sewaktu Boss dari McDonald memberi kuliah di sebuah PT ternama dan kemudian memberi pertanyaan:
“Apakah anda tahu, saya menjadi sekaya itu karena bisnis apa?”
Dan para mahasiswa itu semua pada tertawa serta serempak menjawaban seragam; “You’re kidding, tentu saja anda kaya dari bisnis burger, fried-chicken, hotdog dll”

Tetapi boss MD ini justru menggeleng keras, dan para mahasiswa itu jadi mikir.

“Memang, tentu saja bisnis MD ini membuat saya kaya, tetapi sesungguhnya bisnis tanah/ property-lah yang membuat saya lebih cepat kaya”

Belakangan, dia bercerita bahwa seiring dengan bertumbuhnya gerai MD diseluruh Amerika – bahkan dunia – maka dia jauh2 hari sudah mengincar dan ber-investasi tanah/ bangunan di lokasi2 yang strategis. Di lokasi2 inilah kelak akan didirikan gerai MD yang baru. Berikutnya, bisa ditebak, ketika ada calon Franchisee yang berniat membuka gerai MD, dia dengan keyakinan tinggi merekomendasikan lokasi tanah/ bangunannya dan tentu saja menjualnya dengan harga yang sangat2 tinggi.

Ada juga cerita lokal yang menurut pengamatan saya sangat menarik dan unik.

Sekitar dua tahun yang lalu, mungkin masyarakat kita masih belum terbiasa atau bahkan awam dengan yang dinamakan ‘Kebab’. Mungkin hanya sebagian dari kita yang sering pergi ke tanah Arab atau sewaktu berhaji sempat akrab dengan makanan ini (atau mungkin di kampung Arab, semacam Ampel gitu hehe..).

Nah, sekarang ini lihatlah; hampir di setiap sudut kota – khususnya Surabaya - bertebaran gerobak warna kuning yang menjual makanan ‘burger dari Arab’ ini. Harganya juga tidak murah, tetapi bahwa jumlah gerainya terus bertambah itu paling tidak mengindikasikan bahwa penggemarnya cukup banyak. Fenomena ini juga mengilhami makanan/ roti sejenis yang juga berasal dari Arab yaitu Roti Maryam.

Saya memang sedikit banyak mengikuti sepak terjang mas Hendy (pemilik dan pendiri Kebab Turki Baba Rafi) yang luar biasa ini. Profil muda ini juga menambah bukti bahwa meski DO dan tidak menamatkan kuliahnya, tetapi kesuksesannya sungguh layak diacungi jempol. Tidak heran dia kemudian menerima banyak penghargaan (termasuk dari Majalah Business Week sebagai Asia's Best Entrepreneur Under 25 dan juga dari Majalah SWA yang bergengsi itu).

Berbekal semangat dan kejelian, dia mengembangkan makanan Kebab ini mulai dari nol. Dia cukup dekat dengan media sebagai sarana berpromosi. Terlebih lagi kemudian dia mewaralabakan bisnis penjualan Kebab ini dengan system yang sangat mudah dilaksanakan, yaitu dengan menggunakan gerobak (nah ini daya ungkitnya).

Jumlah gerainya melonjak, penjualanpun tentunya meningkat tajam.

Berbekal nama baik seperti itu, dia memanfaatkan untuk merambah gerainya ke seluruh Indonesia (dengar2 kalau tidak salah jumlah gerainya sudah lebih dari 140 buah dan ada di 30 kota2 besar di Indonesia). Hebatnya lagi, Franchise Fee-nya juga tidak murah lho.

Saya juga sedang mikir untuk menciptakan ‘daya ungkit’ dalam bisnis saya. Saya senantiasa ingat nasehat seorang teman;

“Dalam bisnis sekarang ini yang diperlukan adalah revolusi – bukan evolusi. Penjualan naik per-tahun 10-20% itu nothing. Kalau naiknya bisa 500-1000% per tahun itu baru something”

Dia pantas mengatakan itu karena dia sudah membuktikan.

Sekarang ini giliran KITA!


Salam ungkit,
Ries

Tuesday, August 7, 2007

"Berburu Sekolah"

“Maaf pak, bagian pendaftaran sedang tidak ada di tempat”

“Mmm…biayanya masih belum ada keterangan pak, tetapi mungkin masih sama dengan tahun lalu”

“Bapak datang saja kesini sambil melihat kampusnya”


Suara2 dari seberang telpon itu terdengar ramah tetapi kadang ada juga yang serasa datar.

Saya memang sedang mencari-cari kampus swasta untuk keponakan yang kemarin ternyata gagal di SPMB. Setelah berburu di internet, ternyata tetap saja saya harus menelpon ke kampus terkait, karena rata2 data yang ada di internet kurang lengkap dan bahkan “terkesan asal-asalan”.
Macam-macam kekurangan data yang ada di website masing2 Perguruan Tinggi, dan yang terbanyak adalah data atau informasi yang tidak update serta tidak lengkap.

Bulan2 ini adalah masa berburu bagi sebagian besar orangtua dan murid untuk mencari sekolah/ kampus yang sesuai. Saat ini PT Swasta seolah berlomba menjaring mahasiswa baru dengan promosi2 yang lumayan menarik. Sayangnya data/ informasi, persyaratan dan bahkan jadwal pendaftaran yang tersedia di website tidak di update alias masih yang tahun lalu. Dengan terpaksa saya harus telpon ke kampus terkait dan jawaban2 seperti diataslah yang terdengar.

“Begitu pentingkah sekolah/ kuliah saat ini?”

Saya jadi ingat bukunya Robert T. Kiyosaki dalam “Rich Dad Poor Dad”, yang begitu gencar menyerang keburukan sistem pendidikan sekolah yang ada saat ini. Bahwa sekolah cenderung mencetak mahasiswanya mempunyai daya pikir yang terpola gaya-gaya lama dan tidak pernah mengajarkan pola pikir modern yang “think out of the box”. Sukses tidak harus diraih melalui jalur pendidikan formal di sekolah2.

Buktinya;

Bill Gate tidak lulus kuliah, tetapi menjadi orang kaya nomor-1 di dunia

Dan tidak usah jauh2 deh….

Pak Purdi S. Chandra, meski sempat kuliah di UGM tapi DO, dan sekarang malah menjadi milyarder dalam bisnis pendidikan. Dia juga yang dikenal sebagai penyebar virus ke-wirausahaan

Pak Andrei Wongso, kabarnya bahkan tidak lulus SD tetapi sekarang menjadi Motivator nomer -1 di Indonesia

Orangtua teman baik saya, meski dia tidak lulus SD, tetapi sebagai juragan soto ayam, penghasilannya sudah jauh diatas gaji Manager perusahaan bonafid yang saya kenal. Bayangkan, ada banyakkah level Manager yang berpenghasilan hingga 40 jt/ bulan? kalaupun ada saya yakin jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Tetapi teman saya juga membantah; bahwa ciri bangsa yang maju salah satunya ditentukan oleh tingkat pendidikan rakyatnya. Lihatlah Amerika, Jerman juga Jepang, mereka sangat maju karena pendidikan dikelola dengan baik. Apalagi bangsa Jepang - yang dikenal sebagai bangsa inovativ – itu semua karena mereka maju dalam pendidikan. Pendidikan yang baik menciptakan kualitas manusisa2 yang super.

Saya memang tidak menyangkal. Apalagi saat ini saya memang masih yakin bahwa sekolah itu penting.

Kembali ke masalah sekolah, khususnya di Jakarta sekarang ini sudah begitu gencar dengan system baru yang dinamakan ‘Home Schooling’. Hebatnya lagi, yang menerapkan system baru ini justru kalangan2 atas yang notabene sebelumnya punya tingkat pendidikan yang tinggi/baik. Sebutlah para expartriate, pengusaha2 ternama hingga merembet ke para artis.

Saya jadi ikut gelisah.

Ketika saya buka website beberapa Perguruan Tinggi ternama, sebutlah UNAIR, UGM, UI, STAN dll, terlihat websitenya memang dikelola dengan baik dan professional. Semua informasi sudah ada disana dan kalaupun saya telpon lagi itu semata-mata ingin konfirmasi ulang saja atau sekedar tanya detail lokasinya.

Sayang, keponakan saya tidak diterima di PT diatas.

Sementara, saya tidak bisa membayangkan bahwa dijaman sekarang ini dan untuk sebuah institusi pendidikan (Perguruan Tinggi) ternyata banyak juga yang pengelolaan websitenya tidak bisa berjalan dengan baik. Apakah mereka berpikir bahwa asal sudah punya website itu artinya mereka sudah tergolong favourite?. Lalu bagaimana kira2 kualitas/ output mahasiswanya?

Ah, bagaimanapun juga kita harus ber-positif feeling.

Salam super,
Ries

Monday, August 6, 2007

"Kesurupan"

Saya yakin sebagian dari kita paling tidak tahu, atau bahkan pernah mengalami hal2 yang bersifat gaib. Sewaktu kecil, saya ingat sekali pernah beberapa kali ikut ‘permainan’ orang dewasa, yaitu bermain Jailangkung.

Permainannya di tengah ladang terbuka dan diwaktu tengah malam pula. Proses pemanggilan roh dilakukan oleh tetua kampung/ orang yang kita anggap pintar meski bukan Kiai. Layaknya, roh yang dipanggil akan merasuk pada benda bikinan kita yang dibuat menyerupai orang2-an. Tetapi, bila proses pemanggilan roh tidak lancar, alih2 merasuki orang2-an yang kita sediakan, roh ini bisa menyusup pada penonton di sekitarnya.

Akibatnya, penonton yang kesurupan tersebut berteriak-teriak serta meronta-ronta tanpa kendali. Sang tetua kemudian membaca doa2 atau mantra2 yang kemudian ditiupkan dengan keras ke wajah penonton yang kesurupan tadi. Selesai!
Permainan pemanggilan roh dilakukan lagi (yang biasanya bermaksud untuk menanyakan “Nomor Undian” untuk arena berjudi)

Tidak disangka, setelah kurang lebih 25 tahun berlalu, minggu lalu saya menjumpai peristiwa kesurupan ini lagi.

Pagi hari saya berbicara dengan supervisor saya, yang melaporkan bahwa akhir2 ini meski bisnis baik tetapi perasaannya kurang enak, seolah ada yang mengganggunya (tetapi dia juga tidak tahu itu apa). Saya mencoba menenangkannya bahwa semua akan baik2 saja sepanjang dia juga berprasangka baik. Tetapi jika dia terus memikirkan hal2 yang mengganggunya dan tidak baik itu, maka saya jamin hal yang tidak baik itu akan muncul dengan segera. Saya memang mencoba menerangan hukum2 dalam LOA (Law Of Attraction) dengan bahasa sesederhana mungkin. Dia sih kelihatan manggut2, tetapi saya tahu bahwa dia belum bisa menerima nasehat saya dan tetap gelisah. Bahkan dia minta dan berharap kalau bisa dipindahkan ke divisi lain asal tidak disini.

Siangnya sekitar jam 14.00 - ketika saya sedang dijalan – supervisor saya ini telpon dan bicara dengan gugup. Katanya ada karyawan dapur, yang tadinya bekerja tanpa ada keluhan apa2 tiba2 berteriak-teriak keras, meronta-ronta tanpa kendali dan bahkan menyerang siapapun yang mendekat. “Dia kesurupan mas, bagaimana ini?”., kata supervisor saya ini dengan gugup.

“Wah…..ini hukum LOA sedang berlaku” pikir saya.

Sebagai umat muslim, saya memang percaya bahwa hal2 gaib itu ada. Tetapi pada saat yang sama, saya juga meyakini bahwa sepanjang kita mampu menjaga keteguhan iman dan kebersihan pikiran, maka kita tidak akan terganggu.

Memang, setelah kita sadarkan, ketahuan bahwa karyawan ini mempunyai masalah keluarga yang cukup pelik. Akibatnya, meski jarang kita pergoki, tetapi karyawan ini sering melamun dan pikirannya cenderung kosong. Saya sndiri tidak bisa membantu menyelesaikan masalahnya. karena ini terkait dengan orangtuanya.

Subhanallah…kita sedang diuji.

“Makanya, jangan sering berpikiran dan berperasaan negative. Hal2 kecil seperti ini mestinya justru tambah memperkuat iman maupun kemampuan kita dalam mengarungi kehidupan/ pekerjaan. Saya kira kita harus menguatkan bisnis ini dan tidak boleh menghindar serta memilih tempat lain yang sudah nyaman. Bekerja itu harus ikhlas, tidak boleh menghindari masalah dan memilih yang enak2 saja” kata saya kepada supervisor.

Lepas dari apakah si supervisor saya ini memang peka, ataukah memang hukum LOA bekerja dsini; saya memang berperasaan baik. Bahwa Allah sedang menguji kita dengan hal2 baru agar kita lebih kuat.

“Mudah2an semuanya berjalan lebih baik” bisik saya lirih.

Salam ikhlas,
Ries

Thursday, August 2, 2007

"Quantum Ikhlas"

Sudah sekian lama saya mengagumi dan senantiasa mencoba mempraktekkan pemikiran2 yang dikemukakan banyak motivator tentang pengembangan diri dan ‘berpikir positif/ positif thinking’. Betapa mengagumkan tulisan2 (yang berdasarkan pengalaman hidup) dari Anthony Robin, Bradley Sugar serta motivator lokal seperti Tung Desem Waringin, Andrey Wongso, Mario Teguh dll.

Semuanya masuk akal dan terbukti membawa keberhasilan.

Kemudian beberapa bulan yang lalu – seperti juga saya yakin terjadi pada banyak orang di belahan bumi ini – saya terhenyak dengan hukum Law of Attraction yang ditulis Rhonda Byrne dalam bukunya berjudul The Secret. Terlebih kalau kita sempat juga melihat versi film-nya yang begitu heboh.

Saya jadi begitu bersemangat dalam mengelola dan memanfaatkan otak/ daya pikir. Beberapa kejadian saya yakini merupakan hasil dari hukum daya tarik-menarik dan karenanya saya menjadi lebih hati2 dalam hal berprasangka.

Tetapi, betapa tiba2 saya tertunduk dan merenung panjang ketika membaca dan menyelesaikan bukunya pak Erbe Sentanu yang berjudul Quantum Ikhlas. Sangat menyentuh dan lebih membuka simpul2 syaraf spiritual kita. Apa2 yang sudah kita yakini tentang “positif thinking” masih tidak berarti dibanding kalau kita ber”positive feeling”. Target2 yang kita canangkan dalam “Goal Setting” serasa kurang dan kecil dalam pencapaian bilamana kita mau focus pada apa yan dinamakan “Goal Praying”

Semua juga masuk akal, tetapi kelebihan dari cara2 yang diuraikan dan diajarkan Pak Erbe adalah; ada nilai ke-ikhlas-an dan adanya campur tangan Tuhan dalam langkah2 kita. Serasa lebih religius dan sejuk.

Kalau kita cermati lebih dalam, disini tampak sekali bahwa Pak Erbe adalah pendukung dari hukum Law of Attraction. Semua keinginan dan hasil adalah bersumber pada pikiran/ perasaan manusia.

Semua yang ada di alam ini pada awalnya adalah terbuat dari hal/ materi yang sama. Ketika kita belah sebuah benda, maka drajat susunan benda tersebut terdiri dari molekul. Lebih kecil lagi adalah atom, kemudian partikel, quanta dan pada akhirnya ilmu fisika quantum mendapati bahwa semua benda awalnya adalah berupa/ berasal dari Energi Vibrasi.

Bertitik tolak dari sinilah kemudian ilmu fisika quantum menemukan bahwa semua yang menjadi keinginan kita dapat kita arahkan dengan cara menyetel/ mengarahkan energi vibrasi yang ada pada otak/ pikiran kita (sebagaimana tulisan saya sebelumnya tentang hukum LOA). Diyakini bahwa pikiran dan perasaan (kesadaran) manusia memiliki tingkat vibrasi yang paling tinggi.

Bila benar, ini sungguh penemuan yang luar biasa mengingat begitu bayak tokoh2 sukses (termasuk Albert Einstein) yang meyakini kebenaran dan adanya hukum ini…. (makanya baca n lihat filmnya deh, kalau tidak pasti rugi)

Dalam penjelasannya, hukum LOA ini menjadi gamblang dan lebih mudah kita pahami baik dari sudut ilmu pengetahuan yang sederhana maupun dalam applikasinya terkait status kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Bahwa semua langkah-langkah kita haruslah mengacu pada fitrah kita sebagai manusia yang sempurna dan karenanya haruslah melekat pada aturan2 yang Allah (tentang keikhlasan).

Keyakinan kita bahwa untuk sukses diperlukan kerja keras dan variable waktu hampir semua terbantahkan disini (kecuali kerja pintar). Untuk mengejar keinginan kita cukup mengarahkan potensi pikiran dan perasaan kita, dan menariknya dalam ilmu fisika kuantum ini ‘tidak mengenal konsep waktu’ – dengan kata lain, apa yang kita inginkan bisa langsung terwujud.

Bingung ya… makanya baca hehe…

Saya sendiri sudah sempat mengikuti pelatihan Mind Focus-nya pak Erbe Sentanu dan sempat berdiskusi dengan beliau. Sangat menarik!

Ada empat langkah utama dalam mengarahkan pikiran/ perasaan kita ini. Yaitu;
Alphamatic ; pengkondisian pikiran
Affirmasi ; terkait keyakinan diri
Visualisasi ; penguatan dengan cara penggambaran
Syukur ; mempercepat terkabulnya keinginan kita oleh Allah SWT

Lankah2nya bagaimana?

Sekali lagi baca deh…. Buku Pak Erbe ini lebih detail n sangat mencerahkan.

Salam Ikhlas,
Ries

Sunday, July 29, 2007

"The Secret"

Buku ini begitu mengguncang dunia! Begitu fenomenal!
Terlebih disertai film dengan judul yang sama dengan judul bukunya. ‘The Secret’, seolah menghentak dunia dan betapa banyak atau bahkan semua guru motivator – khususnya di Indonesia – yang kemudian membahas dan menjadikannya sebagai rujukan dalam banyak seminar2 motivasi.

Intisari pembahasan dalam buku ini adalah tentang rahasia besar kehidupan yaitu; hukum daya tarik menarik (LOA – Law Of Attraction). Dikatakan bahwa pikiran itu bersifat magnetis dan pikiran mempunyai frekuensi. Ketika kita berpikir, maka sinyal pikiran2 itu akan dikirim ke alam semesta dan secara magnetis pikiran akan menarik semua hal yang serupa yang berada di frekuensi yang sama (di alam semesta).

Likes attract likes.

Hukum ini mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan. Maka segala sesuatu yang dikirim keluar akan tertarik kembali kesumbernya yaitu KITA. Kita diibaratkan seperti menara penyiaran Televisi, yang memancarkan frekuensi dengan pikiran2 kita. Sedang gambar yang ada dilayar monitor TV kita itu tidak ubahnya adalah warna atau apa yang kita alami dalam kehidupan kita saat itu.

Ketika kita sedang berpikir negative, maka gelombang frekuensi yang tertangkap di layar monitor adalah hal2 yang juga bersifat negative. Jika kita ingin mengubah warna kehidupan kita, maka kita harus mengubah frekuensi kita yaitu dengan merubah apa yang ada dalam pikiran2 kita. Apa yang kita pikirkan saat ini akan menciptakan kehidupan kita dimasa mendatang.

Ringkasnya ; Berpikirlah positif, maka anda akan banyak menarik hal2 yang positif ke dalam diri anda. Bersikaplah seolah-olah sukses (meski mungkin belum), maka kesuksesan itu akan benar2 menghampiri anda.
Makanya disitu juga dianjurkan untuk melakukan Affirmasi dan juga Visualisasi agar kita dapat lebih kencang menarik apa yang menjadi keinginan kita.

LOA ini adalah hukum alam dan tak ubahnya seperti hukum gravitasi. Tak perduli apakah kita mempercayainya, tetapi hukum LOA ini akan tetap berjalan, sebagaimana berjalannya hukum gravitasi (dimana semua barang yang kita lempar keatas – tidak perduli niat kita yang ingin agar barang itu tersimpan di ruang/ bagian atas dan diam disana dll – maka barang tersebut pasti akan sempat tertarik oleh gaya gravitasi bumi, sebelum akhirnya diam/ jatuh ditempatnya).

Beberapa teman – terutama yang memang sudah mempunyai keimanan hati yang kuat – menolak uraian dalam LOA ini.

Memang, buku yang ditulis Rhonda Byrne – yang notabene warga USA, non muslim – lebih banyak mengupas kekuatan Semesta dan bukan kuasa Allah SWT. Inti uraiannya adalah betapa kita bisa menciptakan semua hal sesuai kemauan kita asalkan kita bisa menyetel atau mengatur PIKIRAN kita. Fungsi dan kekuatan otak/ pikiran begitu dominan, sementara keyakinan kita adalah bahwa otak manusia itu terbatas dan betapa kita sangat tidak mampu memikirkan apalagi mengetahui besarnya kuasa Allah akan kejadian2 di alam kehidupan kita ini.

Saya pribadi harus jujur bahwa apa yang dipaparkan buku ini memang sangat gamblang dan alurnya rata2 banyak yang sudah saya alami dan buktikan. Betapa dulu sewaktu kecil, hati saya sangat ingin melihat dan pergi keluar negeri untuk urusan bisnis dll. Juga betapa saya pernah sangat ingin mengungguli orang yang menyepelekan saya dalam hal kekayaan dan pengaruh.

Perasaan itu dulu begitu kuat, tetapi kemudian tertutup oleh kesibukan/ kegiatan lain2. Nah, disini hukum LOA tetap bekerja. Pikiran yang kuat akan terwakili oleh perasaan kita dan dari sini sinyal/ frekuensinya akan memendar dan menarik dari semesta apa yang kta inginkan. Saya memang lupa kapan tepatnya, tetapi ternyata saya sudah mencapai semua itu, hanya kurang menyadarinya.

Makanya, dalam satu ringkasannya Rhonda Byrne menulis;

“Ciptakan hari anda terlebih dulu dengan memikirkan wujud peristiwa yang anda inginkan, maka anda akan menciptakan hidup anda dengan sengaja”

Memang menurut ajaran agama kita; tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini.

Betapa dahsyat apabila aplikasi teori ini digabungkan dengan ritual dalam kita beribadah. Dan jawabnya sudah ada; yaitu di buku dan pelatihannya Pak Erbe Sentanu “QUANTUM IKHLAS”.

Saya akan menulisnya lusa.

Salam Fantastic,
Ries

Tuesday, July 24, 2007

Kilas Balik

Tadi malam saya menerima sms dari seorang teman SD (dari kampung asal) yang mungkin sudah hampir 20 tahun lebih tidak pernah bertemu. Teman ini sungguh membuat saya teringat kenangan atas masa kecil yang kemudian bergulir hingga saat-saat menginjak remaja dan bahkan masa2 beberapa tahun berselang

Masa ketika temanku ini belajar menjadi pawang ular dan selalu menakutiku dengan hewan kesayangannya itu. Yang kemudian mengingatkan saya betapa akhirnya guru yang mengajarkannya menjadi pawang ular itu justru meninggal karena digigit ular piaraannya. Saya teringat betapa nakalnya teman saya ini, tetapi dia juga sangat loyal dan setia kawan. Ketika geng kita bermasalah dengan geng lain, dialah yang pertama kali maju dan berkelahi dengan heroik hehe… :-)

Wah banyak deh,… kenangan atas teman ini. Yang tadinya dia merupakan jagoan kampung - baik karena keberanian maupun ketampanannya saat remaja – juga karena merupakan anak dari keluarga yang serba cukup.
Tapi, tahukah sahabat kenapa dia menghubungi (sms) saya? Alasannya simple dan bagi saya sangat membuat hati ini trenyuh :-( ) dia minta diisikan pulsa hp, karena sekarang sedang tidak ada uang!!

Subhanallah… saya tercenung.

Betapa banyak hal-hal baru dan perubahan dalam hidup ini. Saya sadar bahwa masa ketika kita kecil, tidak selalu dapat mencerminkan akan jadi apa ketika kita dewasa nantinya. Mudah2an kita tidak sampai terlambat untuk senantiasa waspada dengan semua langkah2 kita. Betapa kita harus benar2 mempersiapkan anak2 kita dan membekalinya dengan sebaik mungkin.

Saya tidak ingat kapan puisi dibawah ini saya tulis, mungkin 7-8 tahun silam. Ketika itu hati sedang gundah karena pekerjaan yang belum mapan, dan berharap datangnya perubahan;


QUOTE

hidup sungguh penuh ujian dan pasang surut
aku takut akan terlarut
aku takut ikut terhanyut
andai… tak ada pilihan dalam hidup

mengapa…..?
saat hati penuh gelora taqwa, justru bisnis serasa rentan tiada makna?
mengapa…..?
saat gejolak kerja begitu membara, justru terlalu sering kita meninggalkan kuwajiban2 atas-Nya?
andai… hati nurani dan emosi senantiasa berjalan beriring bersama

ya Robb-ku….
begitu banyak airmata penyesalan yang hamba tumpahkan
begitu banyak pula ampunan dan rahmat yang Engkau limpahkan
andai….. hamba tahu kapan waktuku

UNQUOTE

Saya yakin, pertanyaan dan pernyataan semacam puisi diatas ada banyak tertanam di benak para sahabat. Terlebih kemudian sudah digemakan oleh group band “UNGU” dalam album religinya (Andai ku tahu).

Kita memang mahluk yang serba terbatas, tersungkur dihadapan kuasa Allah yang tiada batas.

So, what are We proud of?

Salam trenyuh,
Ries

Monday, July 16, 2007

Sibuk yang Asyik...

“Jadilah praktisi dan jangan hanya bergulat dengan bermacam teori serta ide-ide yang hanya berhenti di kepala. Take action!” (PR)

“Lebih baik menjadi orang berhasil karena ide-ide biasa, daripada menjadi orang biasa dengan ide-ide hebat” (MT)

Ada beberapa dan bahkan banyak kata2 bijak yang serupa diatas yang senantiasa mengingatkan saya untuk tidak terpaku disatu titik. Itulah alasan mengapa sudah lebih dari satu bulan saya tidak menulis di blog ini.

Bulan Juni lalu rasanya merupakan bulan yang sungguh penuh warna bagi saya. Mungkin sebagian teman2 tahu bahwa sudah hampir 4-5 bulan ini saya mempunyai bisnis tambahan yaitu memproduksi dan menjual kue donut kentang. Awalnya bisnis Franchise ini operasionalnya saya serahkan ke salah satu family yang memang dia bisa full terlibat di bisnis ini. Saya sendiri cenderung tidak terlibat dan hanya sekali-kali mampir untuk melihat perkembangannya.

Kenyataannya, selama periode itu bisnis ini bisa dikatakan jalan ditempat saja, tidak juga berkembang. Support dari Franchisor-pun bisa dibilang minim, sehingga saudara saya ini seolah-olah pengemudi yang tidak mempunyai peta jalan. Memang, bagaimanapun juga keberhasilan tetap tergantung pada kita selaku Franchisee, apalagi jika merk yang kita usung belum terlalu menasional.

Tadinya saya pikir bisnis ini bagi saya pribadi tidak terlalu menguntungkan dan cenderung lebih banyak ngrepoti. Tetapi terdorong oleh semangat memberdayakan karyawan yang ada (total ada 17 karyawan), saya jadi mengalah untuk kemudian komit bahwa saya harus terlibat secara lebih intens dan pasang target bahwa bisnis ini harus sudah bisa berkembang serta mandiri paling tidak hingga akhir tahun ini.


Dari empat komponen marketing (4 P) yang kita ketahui, maka dua P pertama saya yakini sudah bagus, yaitu; (Produk) kue donut kentang ini enak, empuk dengan topping yang cukup unik. Kemudian (Price), relative terjangkau masyarakat kelas menengah – atas. Kendala utama yang harus serius ditangani adalah 2P yang terkahir, yaitu (Place) dan (Promotion).

Hampir semua UKM memang terkendala di 2P yang terakhir ini. Akibatnya, sayapun ikut muter-muter nyari tempat yang bagus, juga bikin fliers dan brosur2 yang baru yang kemudian kita sebarkan ke konsumen serta promosi ke teman2. Alhamdulillah, dalam 2 minggu ada 2 (dua) Sub Franchisee yang bergabung dan kemudian membuka counter di lokasi yang sangat strategis, yaitu di Pasar Atom dan Alfa Supermarket.

Lebih lanjut, dengan memanfaatkan jaringan teman-teman di SEC (Surabaya Entrepreneurs Club) produk donut kentang kami di shooting JTV dan saya sendiri ikut tayang pada acara talk-show “Kupas UKM” di TV lokal Jawa Timur tersebut (Rabu, 27-Juni-2007). Dalam acara itu saya bersama Bpk. Harry Wibisono (MM HM Sampoerna) dan juga Mas Deddy Hartanto (Dosen UK Petra) yang mengulas tentang display dan packaging.

Wah…pokoknya hari-hari penuh dengan promosi deh…

Hasilnya?

Dalam rentang waktu hampir 1.5 bulan ini terjadi lonjakan penjualan hampir 3-4 kali lipat dibanding bulan2 sebelumnya. Karyawan dapur (yang kerjanya mulai jam 3 pagi) sudah teriak2 tidak kuat – harus nambah orang. Demikian juga bagian delivery terlihat pontang-panting melayani pengiriman ke counter maupun pemesanan2 pribadi.
Tidak ingin terjadi keluhan kelambatan, maka semua tenaga kita manfaatkan untuk kerja dapur serta delivery sambil wawancara calon karyawan baru. Akibatnya, kerja administrasinya menumpuk dan tertunda (wah saya jadi teringat kondisi Negara China; ketika banyak investor masuk dan booming industri, ternyata energy yang tersedia tidak bisa memenuhi seluruh pemintaan). Mungkin inilah yang dalam ilmu ekonomi disebut ‘over-heating’.

Masih banyak yang pingin saya tulis terkait pengembangan usaha kue donut kentang ini. Tetapi alarm di hp saya sudah meraung-raung pertanda saya harus jemput anak2 di sekolah.

Meski sibuk tapi asyik…. Sangat menyenangkan, asyik dalam kesibukan….

Salam asyik…
Ries

Sunday, May 13, 2007

" Financial Revolution "

Dahsyat!! Ungkapan ini sering terlontar dan digemakan oleh Pak Tung ( Tung Desem Waringin)yang juga pengarang buku dengan judul diatas. Pendapat pibadi saya sendiri (dengan tidak) terpaksa harus mengakui bahwa apa yang ditulis Pak Tung dibuku itu memang benar2 dahsyat. Kata ini tidak berlebihan untuk menggambarkan betapa tulisan2 Pak Tung bisa membangkitkan, menggelorakan dan bahkan membakar semangat untuk lebih berani, lebih mandiri dan lebih optimis dalam berwirausaha. Ini buku (pengarang) lokal yang membuat semangat dan motivasi saya kembali berdegup kencang.

Meskipun mungkin tidak banyak hal2 baru yang ditulis dalam buku itu, tetapi gaya dan cara memprovokasi pak Tung benar2 membuka mata kita untuk lebih peka terhadap fenomena sekitar. Dengan gamblang pak Tung menjabarkan bahwa pameo “uang bukan segala-galanya” terbantahkan oleh kenyataan bahwa “meskipun uang bukan segala-galanya, tetapi segalanya perlu uang”
Apa yang nomor satu dalam hidup kita ini? Beribadah? Keluarga? Karier? Teman? Kesenangan dan hobby? Atau apapun, semuanya adalah pilihan kita. It’s a matter of choices!

Kenyataan bahwa anugrah waktu yang 24 jam sehari itu kalau diringkas kita manfaatkan untuk 3 ranah kegiatan, yaitu:

Pertama : tidur (7-8 jam)
Kedua : bekerja 8 – 10 jam (bahkan masih ada yang rela lembur)
Ketiga : kegiatan keluarga, bersantai, sex, hobby dll (6 – 7 jam)

Bekerja menghabiskan waktu terlama (8-10 jam) yang tujuannya satu/ sama yaitu “mencari uang”. Bahwa uang itu nantinya adalah untuk kebutuhan keluarga, hobby, berlibur dan seterusnya, itu adalah azas manfaat setelah memiliki uang. Jadi uang tetaplah nomor satu.
Tentu saja tetap ada pengecualian khususnya terkait hubungan kita dengan Allah Sang Maha Pencipta alam semesta, dimana meski tidak memiliki uang, kita tetap bisa beribadah dengan baik. Tetapi sesungguhnya, dengan memiliki uang kita bisa beribadah dengan lebih baik, yaitu melalui pintu amal. Bagaimanapun juga, ketika kita bicara pada level yang sama; sama2 sholeh, sama2 khusu’ dll, maka muslim yang kaya akan lebih banyak bisa berbuat amal melalui hartanya. Kalau ada pilihan, kita tentu memilih sebagai hambaNya yang sholeh dan kaya daripada hambaNya yang sholeh dan miskin. Betul sahabat? ;-)

Sekarang ini saya mencanangkan target yang lebih jelas dalam bisnis. Juga setiap saat senantiasa meng-affirmasi diri untuk menjaga dan meningkatkan semangat dan motivasi. Bahwa; setiap hari tambah sehat – setiap hari tambah kuat – setiap hari tambah kaya. Hehe…. ;-)

Sebagai murid Anthony Robin, Pak Tung memang ahli motivasi dan pembicara nomor satu (dan sudah kaya) di Indonesia saat ini. Seminarnya selalu membakar semangat dan senantiasa mampu membangun optimisme peserta. Terlebih ada yang bertemakan “Awaken The Giant Within”. Dahsyat!! Ketika mengikuti seminar atau setelah melihat VCD-nya, saya selalu bisa mengangkat dada dan berkata “Saya pasti bisa. Saya hanya perlu mencari cara dan jalan yang benar”

Pada saat yang sama, saya bersyukur punya teman2 yang senantiasa mengingatkan/ menasehatkan pentingnya proses dalam bekerja. Bahwa uang menjadi nomor satu boleh2 saja, tetapi hakekat nomor satu tentulah terkait penggunaan uang itu sendiri. Sudahkah diperoleh dengan cara yang halal? Sudahkah dibelanjakan sesuai jalan yang diridhoi Allah? Uang memang perlu dan bahkan penting. Tetapi hakekat hidup adalah untuk beribadah kepada Allah.

Memang betul, ketika mati kita tidak akan membawa uang. Tetapi kalau boleh memilih, selain meninggalkan ilmu, amal dan anak yang sholeh/sholehah, ketika mati saya ingin meninggalkan warisan; UANG!! ;-)

Salam Dahsyat,
Ries

Thursday, May 3, 2007

"A Loving-Punishment"

Sambil berolah-raga, tadi pagi saya mendengarkan dialog di radio “Smart FM” tentang etos kerja. Ada yang menarik diungkapkan oleh “Guru Etos” Indonesia pak Johnson S., yaitu tentang “punishment”.
Diceritakan seorang kepala sekolah di sebuah SMA, yang memberikan hukuman atas ulah nakal para muridnya. Alih-alih menerapkan hukuman fisik ‘ala IPDN’, beliau justru membawa semua murid terhukum ini masuk ke Perpustakaan. Kemudian masing2 murid diwajibkan untuk membaca buku dan kemudian meringkas atau membuat sypnosis-nya. Sang kepala sekolah ikut menunggui kerja murid2 terhukum ini. Ketika bel sekolah berdentang tanda istirahat/makan siang, maka yang belum selesai dilarang keluar dan tetap kerja hingga selesai. Hebatnya, sang kepala sekolah tetap nunggu dan ikut menunda makan siangnya hingga semua murid2 terhukum ini selesai semua dengan pekerjaannya.

Betapa beberapa tahun kemudian, anak2 terhukum itu baru dapat memahami dan sangat merasakan makna hukuman itu serta kemudian menaruh hormat pada sang kepala sekolah yang sekarang sudah pensiun. Bahwa hukuman yang diberikan adalah semata-mata atas dasar cinta. Bahwa hukuman yang diberikan adalah tetap dalam kerangka mendidik anak2 kita agar tetap berjalan/ berkembang maju meski dengan sedikit tekanan (lembut).

Saya jadi teringat masa kecil dulu. Rasanya banyak dari kita pernah mengalaminya, yaitu ketika terlambat masuk kelas kita harus berdiri dipojok dengan kaki terangkat satu. Meski capek, tetapi yang lebih terasa dan membekas adalah rasa malu yang besar karena semua tatapan mata tertuju kekita. Ada yang tertawa-tawa sinis, ada pula tatap mata kasihan yang sebetulnya tidak perlu. Kita berjanji untuk lain kali tidak mengulanginya. Tapi sudahkah kita menyadari atau adakah makna dari hukuman itu? Apakah kita lebih pintar kemudian kita lebih menaruh rasa hormat pada guru kita akibat hukuman itu?

Dunia pendidikan memang berkembang, ilmu psikologi dengan berbagai aspeknya juga menemukan banyak teori baru yang lebih mengena subyek didik saat ini. Semuanya serba berubah, dan kitapun sedang dan harus berubah. Seandainya saat ini saya berbuat salah dan boleh memilih, saya ingin hukumanya adalah seperti yang diberikan bapak kepala sekolah SMA itu; “ a loving-punishment”

Loving you all as always,
Salam,
ries

Wednesday, April 25, 2007

"Anda Luar Biasa (2)"

Saya sudah membaca bukunya Eny Kusuma dengan judul diatas. Betapa saya tadinya sangat penasaran, gerangan apakah yang ditulis oleh mantan TKW dalam buku ini sehingga membuat begitu banyak orang2 pintar mengacungkan ‘two thumbs up’.

Tetapi hingga separo lebih dari isi buku ini saya baca, saya masih belum menemukan sesuatu yang saya anggap baru ataupun sesuatu yang membuat saya terkagum-kagum.
Ya, saya biasanya bisa terkagum-kagum ketika membaca sebuah buku yang menarik. Ada dua buku yang membuat saya terguncang ketika pertama kali saya membacanya (bahkan ketika beberapa kali saya baca ulang, saya masih saja terpana oleh isi maupun gaya penulisan/ gaya memprovokasinya). Dua buku ini pula yang mengubah jalan hidup saya, dan membuat saya nekat keluar sebagai karyawan dan berusaha ber-wirausaha.
Buku pertama adalah ‘Who Move My Cheese’ karya Spencer Johnson dan buku yang kedua – seperti juga banyak orang – adalah ‘Rich Dad Poor Dad’-nya Robert T. Kiyosaki.

Nah, kembali ke bukunya Eny Kusuma ini, saya terpaksa berpikir ulang; apa yang membuat para tokoh motivator itu mengacungkan dua jempol atas buku ini? Sampai akhirnya, saya jeda dulu dan sempatkan buka lagi situs http://pembelajar.com/ serta membaca ulang komentar2 mereka. Saya yakin, tidak mungkin mereka para tokoh ini asal2-an memberi komentar.
Saya menemukan sesuatu!!

Ya, saya kira para tokoh Motivator itu sangat komprenhensif dalam menanggapi dan memberikan komentar. Mereka tidak semata-mata menilai isi dan pesan dari buku ini, melainkan juga latar belakang si penulis serta kejelian penulis dalam memberikan contoh lugas atas dasar pengalamannya sehari-hari. Terlebih pencapaian seorang Eny Kusuma dengan latar belakang seorang TKW – yang gagap dimasa kecilnya - hingga memiliki kemampuan penulisan seperti sekarang ini memang belum pernah dicapai oleh satu orangpun. Bahwa dia memilih menulis dalam bidang motivasi adalah juga sesuatu yang tidak umum. Inilah yang mungkin bisa dianggap dahsyat, luar biasa dan komentar positif lainnya.

Meski tidak istimewa tetapi membaca dan memiliki buku ini tidaklah rugi. Siapa tahu, ini adalah langkah awal dari seorang Eny Kusuma sebelum – mudah-mudahan - dia membuat ‘further giant steps’ atau bahkan ‘giant jump’ di masa2 mendatang. Semoga!

Salam sukses,
ries

Thursday, April 12, 2007

"Khilaffiyah"(?)

Kemarin sore, dari Gramedia saya ngebut mau jemput anak di sekolah, maklum jalanan agak kosong n saya takut terlambat. Buku-nya Eny Kusuma yang saya cari ternyata belum ada di Gramedia mana2.
Syukur2 gak terlambat dan ketika ketemu anak saya yang kecil, dia mengutarakan niatnya untuk mengikuti lomba melukis di acara “Student Fair” disekolahnya. Saya tentu saja mendukung!
Sore hingga malamnya, seperti biasa dia duduk sambil terus latihan menggambar di kertas HVS kosong yang memang saya sediakan khusus untuk hobby-nya itu. Dari dulu dia memang tidak suka jika harus menggambar langsung di buku gambar, karena kalau di kertas HVS ketika merasa gambarnya kurang sreg, dia bisa langsung robek2 dan buang kertas itu.
Malam ini, tidak seperti biasanya, yang dia robek2 sebelum gambarnya selesai serasa lebih banyak dari biasanya. Juga kali ini banyak keluh kesah ketidakpuasan yang keluar dari mulutnya.
Ketika saya intip, ternyata dia berusaha menggambar sesuatu yang memang tidak biasa dia gambar. Anak saya ini memang ada bakat melukis. Meskipun sekarang sudah tidak ikut sanggar lukis lagi, tetapi coretan2-nya cukup membuat saya dan kakaknya senang dan sering memujinya. Hanya saja, yang selama ini dia gambar (hampir 100%) adalah tokoh-tokoh kartun dari Jepang. Dari hobby nonton film kartun di TV, itu (Tokyo Mew-Mew; Retsu n Go, Conan dll), dia mampu menggambar tokoh2nya dalam berbagai situasi dan terkadang membuat serial pendek (semacam komik Jepang/ manga).
Nah, tadi malam ternyata dia merasa tidak ‘mood’ dan merasa bodoh alias tidak pinter nggambar. Ketika saya perhatikan, ternyata dia sedang menggambar situasi yang menunjukkan nuansa Islami. Tokoh perempuannya memakai jilbab dan yang pria tentu saja menggunakan peci alias kopyah. Belum lagi penggambaran suasana sekitarnya yang memang sepertinya tidak memberi keleluasaan dia dalam ber-ekspressi.
Selama ini, tokoh kartun yang digambarnya bisa dalam posisi yang bebas sesukanya; sedang jingkrak2, berkelahi, sedang terbang atau lainnya. Banyak pula aksesories yang menempel di badan serta model rambut pada tokoh yang digambarnya itu yang kadang2 tidak sempat saya pikirkan. Tetapi dia bisa menggambarnya dan penilaian saya sih bagus (hehe maklum,…. Papanya!).
Nah kali ini, yang digambarnya adalah beberapa gadis cilik dengan busana muslimah, yang saling berdiri dan saling menasehati. Dibelakangnya ada ustadz yang mengawasi. Dia bingung, sekitarnya diberi apalagi? Wah, gambar dan coretannya jadi terkesan jelek dan kaku. Gak ada rambut yang bergelombang, gak ada pita ataupun sepatu dengan tali2 yang terjuntai. Yang ada Cuma sedikit renda pada baju muslimahnya. Ketika saya sarankan: Gak apa-apa nak, besok kalau lomba, adik nggambar seperti biasanya saja, komik kartun2 Jepang itu”
Dengan tegas dia menolak, menurutnya gambarnya nanti ya harus tidak boleh kelihatan aurot-nya. Saya tanya, kenapa? Apa ada aturan dari sekolah begitu? Dia menggeleng, tetapi ngotot bahwa yang digambar di sekolah nanti harus yang tertutup aurotnya. “Kalau begitu ya jangan berharap menang nak” saya tidak sadar keceplosan ngomong. Tapi dengan santai dia jawab:”Gak papa pa, gak menang gak papa koq”
Wah,.. saya jadi termangu-mangu. Apa sebaiknya sekarang saja saya arahkan dia agar tidak mengambar makhluk yang bernyawa? Apa sebaiknya sekarang juga saya arahkan dia agar tidak lagi bermain musik? Saya jadi lebih kepikiran; disekolah busana muslim diwajibkan, tetapi musik diperbolehkan. (?)
Masalah khilafiyah sungguh tidak mudah!!

Salam hati2,
ries

Wednesday, April 11, 2007

"Anda Luar Biasa"

Judul diatas bukanlah pujian untuk anda meskipun seandainya anda memang luar biasa. Saya sedang terbelalak dan tekagum-kagum pada sosok ‘Eny Kusuma’ sang penulis buku dengan judul diatas; “Anda Luar Biasa”.
Mungkin sebagian sahabat sudah ada yang membaca buku diatas. Buku yang ditulis oleh seorang TKW yang sedang bergelut mencari nafkah di belantara kota Hong Kong. Yang sehari-hari bergelut dengan pekerjaan yang kita anggap serba remeh i.e.; mengepel lantai, mencuci piring, setrika baju, gantiin popok anak majikan yang ngompol dll. Yahh…ngomong singkatnya pekerjaan yang tidak menuntun/ mengajari kita untuk memperoleh kecerdasan intelektual (padahal sebagian dari kita menganggap bahwa menulis adalah pekerjaan intelek). Belum lagi tekanan2 atau hardikan dari majikan yang biasanya membuat ciut nyali.
Saya belum bisa nulis banyak tentang buku maupun sosok Eny Kusuma ini, kenyataannya saya memang belum membaca bukunya. Kenyataan bahwa dia menulis buku tentang 'Motivasi' itu saja menurut saya sudah luar biasa bagus. Tetapi kalau seorang Tung Desem Waringin berkomentar ‘DAHSYAT’ atas buku ini, seorang Andrie Wongso mengucapkan "Salam Sukses Luar Biasa" dan banyak ahli motivator merekomendasikan untuk membaca buku ini (bahkan pengantar buku ini ditulis oleh seorang Jenny S. Bev yang menyatakan kebanggaanya atas prestasi sahabatnya yang TKW tsb); wah..saya jadi tidak ragu untuk segera bergegas memiliki dan membacanya.
Saya kepingin hari cepat pagi dan bergegas ke Gramedia. Untuk para sahabat yang belum sempat beli bukunya bisa mengenal sosok Eny terlebih dahulu di www.pembelajar.com

Salam sukses
Ries

" Cinta-3 "

Setengah bercanda, sahabat saya itu menuduh bahwa saya sepertinya sedang jatuh cinta, koq akhir2 ini banyak bicara/ nulis tentang cinta. Wahh....
---------------------------------------------------------------

untuk menulis cinta kita tidak harus sedang bercinta/
karena ketika bercinta, kita justru sering lupa segalanya/
mungkin sebagian orang ingin berendam dalam lautan cinta/
mereguk indah dan nikmatnya cinta/
saya gak../
kalau harus berendam cinta, saya takut terlena/
kalau harus mereguk cinta, saya kuatir kehabisan makna cinta/
saya ingin/
cinta ada sebagai ungkapan nafas semata/
yang menyemangati hati ketika kita melangkahkan kaki/
yang memberi dorongan arti ketika kita terjatuh dan merasa sendiri/
saya ingin/
cinta menuntun kita untuk memperbaiki kualitas diri/
agar semakin dekat dengan rahmat Illahi yang mengucur tiada henti/
adakah itu makna cinta yang hakiki?/
saya ingin/
cinta sejati ada pada setiap hati/
yang tulus tanpa berharap pamrih duniawi/
saya ingin/
cinta/

salam hangat penuh cinta,
ries

Tuesday, April 10, 2007

" Cinta-2 "

Seorang sahabat bertutur-kata tentang cinta. Sayapun cenderung meng-iyakannya, meski dengan cara yang berbeda dan cenderung bercanda. Kita semua memang berharap banyak akan cinta.
-----------------------------------------------------------

cinta/
satu kata yang mengandung jutaan rasa serta makna/
yang membawa hidup penuh duka n gelak tawa/
yang membuat kita pasrah ataupun bergairah/
cinta/
sebenarnya kamu ini milik siapa?/
semua orang mengagungkanmu/
semua orang tertunduk oleh pesonamu/
tapi kamu koq meradang saja, seolah semua orang bisa memilikimu/
cinta/
kamu dimana sih?/
semua orang mencarimu/
semua orang merindukanmu/
tapi koq kamu seolah sembunyi n sekedar menjadi bayang2 semu/
cinta/
kalau aku menghamba padamu/
masihkah kau berikan duka dan kesedihan?/
kalau aku bermohon untuk memilikimu/
masihkah kau sembunyi untuk tidak menghampiriku?/
kenapa kalau mencinta harus siap menderita/
kenapa kalau berharap kebahagiaan kau anggap aku memanfaatkan?/
kenapa ketika memberi kau anggap itu investasi?/
cinta/
kamu koq susah diraba sih/
katanya kamu ini ada pada setiap orang/
orang kaya ataupun miskin, orang cantik atau jelek, orang tua atau muda/
mestinya kamu sederhana saja dong/
jangan mbulet begini/
cinta/
Shakeasper pernah berteriak apalah arti sebuah nama/
seandainya namamu diganti bukan lagi cinta/
masihkah orang2 itu menyanjungmu?/
masihkan orang2 itu tergiur pesonamu?/
cinta/
teman diskusiku marah2/
cinta itu menyangkut makna bukan hanya nama, teriaknya/
digantikan apapun namanya, makna cinta tetap tak berubah selamanya/
wah,.. teman saya ini memang penyanjung cinta/
(saya takut jangan2 nanti dia jadi penjaja cinta juga)
tapi..../
dia tidak bisa mencinta kalau tidak memiliki/
karena itu namanya cuman persahabatan bukan percintaan/
dia juga tidak bisa bercinta kalau ada sahabat/
(hehe...kalau ini jelas ya)/
cinta/
kepalaku jadi pusing mikirin kamu/
koq kamu diam?/
cinta..../
jawab dong../

salam hangat penuh cinta,
ries

Sunday, April 8, 2007

"Semangat Ber-wirausaha"

Seorang teman datang ke rumah dan mengutarakan niatnya untuk segera resign dari pekerjaannya yang sekarang dan bersemangat untuk memulai bisnis sendiri. Ini kali bukan karena alasan klasik seperti misalnya tidak cocok dengan suasana kantor (yang biasanya saling sikut-sikutan), gaji yang kurang memuaskan ataupun karier yang sudah mentok dll. Alasan yang lebih utama adalah ketidak-cocokan pada jenis pekerjaan (yang menurutnya dari tinjauan ibadah; tidak barokah).
Meskipun saya belum melihat ketegaran hati dan bakat dia dalam berwiraswasta, tetapi saya memang sangat meng-iyakan keinginan dia untuk resign itu dan justru berusaha menebar ‘virus’ wirausaha. Biar dia tambah termotivasi (toh untuk jadi wirausaha tidak harus mengandalkan bakat).Biar dia segera memulai bisnis yang tentu saja pilihan itu nantinya dekat dengan ‘barokah’ sesuai yang diinginkannya. Saya bercerita tentang nikmatnya sebagai seorang pengusaha dan mengisahkan beberapa teman yang sukses dalam berwirausaha. Betapa kita sangat flexible dalam mengatur waktu; betapa ternyata hasil yang kita peroleh bisa berlipat beberapa kali dibanding gaji yang kita dapat sebagai seorang karyawan serta betapa kita bisa meraih keinginan kita dengan lebih cepat dan leluasa.
Berhasil! Dia terlecut untuk segera mulai berwirausaha. Tetapi berhubung kurangnya modal, maka terpaksa dia memulai dan berangkat dari dua kuadran. Sehari-hari tetap sebagai karyawan di perusahaan yang lama, kemudian malam harinya + Sabtu dan Minggu; bersama-sama dengan sang istri dia menjalankan usaha baru di bidang makanan. Mudah2-an berhasil!!

Tetapi memang ada yang tidak saya ceritakan kepada teman saya ini, yaitu kesulitan dan beban pikiran yang disangga seorang wirausaha. Seorang pengusaha terkadang merasa betapa sebaiknya sehari itu lebih dari 24 jam, supaya kita lebih banyak waktu untuk belajar dan bekerja. Seorang pengusaha (apalagi di-awal2), haruslah selalu sehat dan tidak boleh cuti, kalau tidak ingin usahanya digilas pesaing lain yang mulutnya selalu menganga. Seorang pengusahapun harus siap merugi atas keputusan2 bisnis yang padahal sudah dibuat dengan hati2. Kalau dulu, pikiran kita tentram karena akhir bulan pasti terima gaji, maka seorang pengusaha harus mikir terus agar bisa menggaji karyawan dulu sebelum mengambil ‘sisa’nya untuk gaji kita. Betapa seorang pengusaha membenci hari Minggu dan justru mencintai hari Senin. Mungkin wajah kita lebih banyak seriusnya dibanding tersenyum dan tanpa sadar rambut kita lebih cepat rontok (seperti yang sudah dan sedang saya alami hehe…). Ngomong singkatnya, berwirausaha itu sebenarnya sangatlah tidak mudah, banyak beban dan sangat mungkin untuk gagal.
Saya memang kuatir; kalau diceritakan tentang resiko kegagalan, maka orang cenderung takut melangkah. Ketika berpikir tentang rumit dan repotnya suatu usaha, maka orang akan cenderung mundur teratur dan lebih suka bergumul dengan bayang2 keberhasilan semata. Padahal, seperti kata orang bijak; keberhasilan adalah akumulasi dari kegagalan2 kita dimasa lalu. Bukankah kita justru sangat paham arti sehat ketika kita sedang sakit; arti senang ketika kita susah; arti kaya ketika kita miskin dan tentu saja arti keberhasilan ketika kita gagal? Jadi kalau ingin sehat, senang, kaya dan keberhasilan, maka kita tidak boleh takut untuk berkenalan dengan yang namanya sakit, susah, miskin ataupun gagal. No gain without pain, guys!!
Saya sendiri sudah dan masih bergumul dengan banyak kegagalan. Tetapi saya belajar banyak dari kegagalan2 itu dan sekarang sedang berusaha membangun bentuk keberhasilan yang saya impikan. Kegagalan memang tidak untuk disesali, yang harus disesali adalah apabila kita merasa sudah gagal padahal kita belum melakukan apa2; ketakutan dan kekuatiran semacam inilah yang harus kita lawan. Langkah pertama memang serba berat, tetapi bukankah untuk sampai pada jarak/ tujuan yang kita impikan kita harus melangkahkan kaki? Sekecil apapun langkah awal kita, itu akan mendekatkan kita pada tujuan!!

Salam sukses,
Ries

Ada lagi pepatah bijak “Kita tidak perlu hebat untuk memulai sesuatu tetapi kita harus memulai sesuatu untuk menjadi hebat ”. Wasn’t it interesting??!!

"Disharmony"

Hari Minggu ini ada undangan konser musik untuk kedua anak saya yang memang tergabung dalam sebuah group-band. Dalam undangan tertera bahwa konser tersebut adalah dalam rangka pembukaan gerai computer di sebuah Plaza (yang juga sebagai penyelenggara acara). Dua hari sebelum konser (Jum’at+Sabtu) anak-anak latihan dengan semangat dan beberapa lagu telah mereka persiapkan.
Sesuai undangan, siang tadi seluruh anggota band hadir di lokasi acara pada jam yang ditentukan. Tetapi semuanya pada terbengong-bengong ketika melihat dekorasi panggung menunjukkan bahwa itu adalah untuk acara peluncuran produk kosmetik – bukan pembukaan gerai computer sesuai undangan untuk anak2 – mekipun acaranya ada di depan gerai computer. Disebelah panggung terkumpul puluhan anak2 berikut orang-tuanya yang ternyata sedang mengikuti lomba melukis/ mewarnai.
Om Rahman yang menjadi manager band jadi sibuk dan berusaha menghubungi panitia plaza untuk mencari kejelasan. Ternyata ada miskomunikasi didalam internal manajemen plaza. Antara bagian marketing dengan pelaksana acara2 internal ternyata komunikasinya tidak nyambung. Saya yang memang mengantar anak2 dan melihat suasana musical di hati anak2 jadi ikut2-an membatin; dalam sebuah orkestra, bilamana tidak ada komunikasi antara pemain gitar, bass, drum maupun keyboard maka hasilnya adalah nada-nada sumbang yang menyakitkan telinga. Terjadi disharmony dalam bermusik.
Demikian pula dalam internal manajemen suatu perusahaan yang bisa diibaratkan sebuah orkestra juga. Bilamana komunikasi tidak nyambung antar bagian yang terkait, maka terjadilah disharmony dalam operasional perusahaan. Padahal pada masa sekarang ini, bukankah servis menjadi salah satu andalan untuk menarik pelanggan? Bukankah banyak usaha yang terfokus pada ‘customer satisfaction’ sekedar untuk mempertahankan pelanggan? Bahkan kadang-kadang perusahaan terpaksa mengorbankan sedikit keuntungan dengan memberikan iming2 diskon. Semuanya untuk pelanggan!!
Lalu bagaimana mungkin usaha dan pengorbanan yang berat seperti itu terpaksa harus pupus hanya karena tidak adanya/ tidak nyambungnya komunikasi ‘internal’ diantara kita/ perusahaan? Sungguh ini patut disayangkan!!
Sementara, Om Rahman juga tidak ingin melihat anak2-nya kecewa sehingga dia minta tanggung-jawab dari manajemen terkait. Setelah berunding hampir 90 menit, disepakati bahwa konser terpaksa dialihkan tempatnya disebuah café. Tidak lagi untuk mengisi acara pembukaan gerai computer – yang kelihatanya juga batal – melainkan sekedar memenuhi tuntutan Om Rahman dan agar anak2 tidak kecewa.
Bagi saya (dan mungkin juga bagi anak2);

  • meskipun bukan pertama kali, tetapi bermain di kafe memang serasa lebih representative dan lebih nyaman, mengingat fasilitas dan sound system yang tersedia lebih baik. Anak2 bermain dengan lepas dan memperoleh makanan yang relative lebih enak. Tetapi, satu yang tetap membuat mereka kecewa adalah tidak adanya penonton (selain keluarga dan teman2 mereka), padahal mereka sudah membayangkan banyaknya penonton yang memadati panggung
  • terlihat bahwa manajemen berusaha bertangungjawab untuk tidak membuat (meskipun kami bukan) pelanggan kecewa. Saya jadi ikut berhitung, berapa dana ekstra (alias kerugian) yang harus mereka keluarkan untuk menyewa kafe serta makanan untuk anak2 akibat kesalahan seperti ini. Dijaman sekarang ini sekecil apapun kesalahan itu, kerugian image sangatlah berarti sehingga harus dijaga sebaik mungkin, tetapi ternyata tidak berhenti disitu, karena memang ujung-ujungnya adalah kerugian materi juga

Kita memang perlu belajar untuk bisa lebih mendengar dan memposisikan diri dalam suatu komunitas. Agar tercipta komposisi yang indah. Agar tercipta ritme-ritme kehidupan yang harmonis dan selaras dengan tujuan dan langkah hidup kita.

Salam harmonis,
Ries

Tuesday, April 3, 2007

" Cinta "

anakku yang besar berteriak dan bernyanyi tentang cinta
padahal dia masih SMP
anakku yang kecil berlagu tentang cinta
padahal ia masih SD
adakah mereka tahu makna cinta?

meski tidak teriak, aku berbisik juga tentang cinta
tentang kenikmatan dan kepahitan cinta
tentang rasa bangga serta sepi yang menggoda
di-usiaku yang sudah kepala empat
pasti aku sangat tahu tentang cinta

cinta akan Robb Yang Maha Kuasa
cinta antara pria dan wanita
cinta pada keluarga
cinta atas harta dan juga tahta

kenyataannya

sejauh ini….
ibadahku masih belum juga kencang
sejauh ini…
belum sempat juga membahagiakan wanita yang kucinta
sejauh ini…
masih sekedar semboyan bahwa keluarga adalah yang utama
sejauh ini…
terus mengejar kepuasan ala duniawi semata

aku jadi ragu
diusiaku yang sudah kepala empat
adakah aku tahu makna cinta sesungguhnya?

Salam cinta,
Ries

Monday, April 2, 2007

Prioritaskan Batu Besar

Sore tadi saya ringkes2 dan menata buku2 + catatan2 yang berserakan dan memang sudah agak lama tidak terurus. Tidak sengaja saya menemukan kartu nama dan catatan/ cerita pendek dari seorang teman. Sangat inspirative;

Quote:
Dalam sebuah kuliah tentang manajemen waktu, seorang dosen berdiri didepan kelas dan dengan semangat berkata: “Okay, sekarang saatnya untuk quiz” Kemudian ia membawa dan meletakkan sebuah ember kosong diatas meja. Ia mengisi ember itu dengan batu2 yang besarnya sekepalan tangan. Ia mengisi terus batu itu ke dalam ember sehingga tidak ada lagi ruang yang cukup untuk memasukkan batu sekepalan tangan tersebut. Ia bertanya kepada kelas: “ Apakah menurut kalian ember ini sudah penuh?” Seluruh kelas menjawab serentak: “Ya, penuh”. Sang dosen ini mengerinyitkan dahi dan berkata:”Sungguhkan demikian?” Kemudian dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil2 kecil dan menuangkannya ke dalam ember tersebut serta mengocoknya, sehingga kerikil2 kecil itu turun ke bawah dan mengisi celah2 kosong diantara batu2 itu. Kemudian sekali lagi ia bertanya kepada kelas:” Nah, sekarang apakah ember ini sudah penuh?”. Kali ini para mahasiswa terdiam dan berpikir:”Mungkin belum”. Sang dosen tersenyum:”Bagus sekali”. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya kedalam ember. Pasir itupun berjatuhan dan mengisi ruang2 kosong diantara batu dan kerikil. Sambil tersenyum dosen itu bertanya lagi:”Baiklah, sekarang apakah ember ini sudah penuh?”. “Belum” jawab para mahasiswa dengan serentak. Kini sang dosen tertawa:”Bagus, bagus sekali” Kemudian ia meraih sebotol air dan menuangkannya hingga memenuhi bibir ember.
“Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?” tanya sang dosen. Seorang mahasiswa dengan semangat dan optimis menjawab:” Maksudnya adalah, tidak perduli seberapa padat jadwal kita, tetapi bila kita mau berusaha sekuat kemampuan kita dan mau berpikir, maka kita akan bisa menyelesaikan pekerjaan kita”
Unquote

Sampai disini kalau kita analisa, jawaban si mahasiswa – meskipun tidak tajam - tidaklah terlalu salah terutama dalam kontek manajemen waktu (sesuai judul kuliah). Tetapi, mari kita dengar jawaban sang dosen.

“Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi itu mengajarkan pada kita bahwa; bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu maka anda tidak akan bisa memenuhi dan memasukkan semuanya kedalam ember”
Apa yang dimaksud “batu besar” dalam hidup kita? Anak2 kita; Pasangan kita; Pendidikan kita; Hal-hal yang penting dalam hidup kita; Menolong dan mengajarkan sesuatu kepada orang lain; Kesehatan kita; Hobby kita; Teman kita; dan semuanya yang begitu beharga;

Ingatlah untuk selalu memasukkan “batu besar” pertama kali; atau kita akan kehilangan semuanya. Bila kita mengisinya dengan hal2 kecil semacam pasir dan kerikil terlebih dahulu, maka hidup kita akan dipenuhi dengan hal2 kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian kita tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya kita perlukan untuk melakukan hal-hal yang besar dan penting. Karena itu, setiap malam akan berangkat tidur dan setiap pagi ketika bangun, tanyakanlah pada diri kita sendiri:” Apakah “batu besar” dalam hidup saya?” Lalu kerjakan itu pertama kali!

Salam serba besar,
Ries

Friday, March 23, 2007

"Business Breakthrough"

Kemarin sore sepulang sekolah, anak perempuan saya yang kecil menangis tersedu-sedu karena kakinya yang sebelumnya digigit semut - akibat main ‘bekel’ dilantai - tiba2 bengkak dan bahkan ber-nanah. Anak saya yang memang jarang atau mungkin belum pernah melihat ‘nanah’ (baca: darah putih) merasa jijik, apalagi melihat kakinya yang bengkak. Akibatnya, dia terus menangis dan menangis dan saya hanya bisa mengoleskan minyak gosok ‘tjap-tawon’ tanpa berhasil menenangkannya.
Malamnya, ketika dia sudah tidur, saya mengambil jarum dan kapas untuk kemudian ‘menyudet’ luka bernanah di kakinya (padahal sebelumnya dia sudah minta saya bersumpah untuk tidak disudet). Darah putihnya mengucur dan segera saya seka dengan kapas. Tidak ada tangisan ataupun jerit kesakitan seperti yang ditakutkan. Ia tetap tidur dengan nyenyak dan luka itupun dengan cepat mengering.
Pagi hari ketika bangun, anak saya sudah senyum2 sambil mengelus-elus kakinya yang sudah hampir balik normal. Kakaknya yang masih tidur disampingnya menggoda dan bercerita bahwa tadi malam kakinya itu disudet memakai pisau operasi.

Saya membayangkan:

  • Betapa ada, bahkan banyak hal-hal yang kita kuatir dan takutkan hanya karena tidak tahu dan takut akan bayangan
  • Kata ‘sudet’ ini mengingatkan saya pada istilah ‘business break-through’. Adakah jalan/ terobosan yang instant yang dapat menyembuhkan dan menggairahkan bisnis yang sedang sakit atupun lesu? Tanpa banyak kekuatiran ataupun rasa sakit .

Ada banyak pebisnis yang sukses dengan terobosan-terobosan baru yang mencengangkan. Ada banyak pula pebisnis yang jatuh bahkan gulung tikar gara-gara terbelenggu pada pola2 lama sehingga terlindas mereka yang inovatif.

Adalah mereka semua itu pernah menderita luka bernanah dan kemudian ‘disudet’?

Salam breakthrough,
Ries

Wednesday, March 21, 2007

Tentang ke-Hati2-an!!

Dalam sebuah pengajian di PUSDA - YDSF minggu lalu, ada uraian dari Ustadz penyaji yang patut kita catat dan garis-bawahi. Menjawab pertanyaan dari peserta pengajian, beliau menegaskan bahwa dimensi ibadah itu nantinya tujuan utamanya hanya mengarah ke dua tujuan. Semua amalan2 baik yang dikerjakan karena Allah dengan niat ibadah dan yang sesuai dengan tuntunan serta contoh dari Rosullulloh SAW, maka akan tertampung dalam kotak pertama, yaitu pahala dan ridho dari Allah SWT.
Sedangkan amalan2 yang dikerjakan bukan karena Allah - atau yang niat awalnya karena Allah tetapi proses ibadahnya tidak sesuai dengan isi Al-Qur’an dan sunnah Rosul, apalagi amalan jelek – maka otomatis akan tertampung pada kotak kedua yang dikelola oleh syaiton alias setan. Tidak ada kotak ketiga. Sebagaimana kita juga yakini bahwa kelak diakherat hanya ada dua tempat sebagai balasan untuk kita; surga dan neraka!

Yang saya tangkap disini bahwa Ustadz sangat menekankan sikap hati-hati dalam beribadah agar kita tidak gampang terjerumus. Ini sangat krusial, mengingat banyak orang merasa benar – karena telah berbuat baik – tetapi dia tidak sadar bahwa ia sedang melakukan bid’ah. Saya sungguh tidak berani mengupas tentang hal ini (bid’ah) mengingat hal ini biasanya akan memunculkan perdebatan panjang – sementara pengetahuan dan bekal saya tentang agama sungguh masih sangat minim.

Saya justru sedang membayangkan dan menarik hubungan dari uraian ustadz dengan pekerjaan yang kita geluti sehari-hari. Penjelasan tentang dimensi ibadah diatas sungguh terang benderang, bagaikan dua pilihan antara hitam dan putih. Bahwa bekerja adalah ibadah, maka hasil bekerja kitapun nantinya akan masuk ke salah satu dari dua kotak diatas.

Tetapi pada kenyataannya, dalam bekerja – bahkan bermasyarakat - kita sering menjumpai yang kita sebut ‘grey area’. Mungkin saja munculnya istilah ini adalah juga karena ada niat kita untuk ‘excuse’ atau mencari pembenaran agar tidak dianggap terlalu bersalah. Ambil contoh kecil tentang budaya dimasyarakat kita;>,- ketika kita ditangkap polisi karena “dianggap” melanggar lalu-lintas, maka agar tidak bertele-tele “kita berinisiatif” untuk memberikan salam tempel dan penyelesaian ditempat saat itu juga kepada pak polisi – toh uang kecil. Sayangnya, polisipun menyambut dan berkenan dengan solusi ini. Beres, semua selesai tanpa merasa sakit hati terlalu berlebihan.

Kita akan berkata; saya memberikan salam tempel karena sebenarnya saya tadi itu tidak bersalah. Polisinya saja yang sok teliti dan terlalu mencari-cari kesalahan. Kalau harus ke pengadilan kan repot, makan waktu, bertele-tele dan pasti juga tetap didenda/ bayar. Belum lagi kemungkinan bahwa uang denda yang kita bayarkan ternyata juga bisa dikorupsi, kan sama saja. Daripada repot ngurusi itu, mending waktunya saya pakai kerja dan ibadah di masjid. Jadi kita memang harus praktis.

Polisi akan berkata; wong saya tidak minta, dia sendiri yang memberi salam tempel sebagai rasa bersalah. Wajar saja kalau orang bersalah - tetapi tidak ingin repot – mengeluarkan biaya penyelesaian seperti ini. Saya juga tidak akan makan sendiri dan mungkin akan sumbangkan sebagian dari salam tempel ini ke pengemis atau masjid.

Nah lo…

Masalah diatas memang sudah dianggap selesai (didunia).

Tetapi dari dimensi ibadah, akankah tindakan kita dan pak polisi itu masuk ke kotak yang kedua? Kalau kotak pertama rasanya gak mungkin ya – ataukah kalau memang tidak ada kotak ketiga – adakah amalan yang mengambang untuk kemudian – setelah final calculation - masuk ke salah satu dari dua kotak yang ada?

Tetapi Ustadz sudah menegaskan; tidak ada amalan yang mengambang!! Pada akhirnya kita akan dihadapkan pada dua pilihan akhir;>,- putih-hitam, halal–haram dan surga- neraka.

Padahal contoh diatas adalah hal yang biasa kita anggap sepele Sementara dalam berbisnis kita banyak menjumpai hal-hal yang jauh lebih besar, yang melibatkan banyak pihak dan yang celakanya solusinya adalah dengan berkompromi. Kata ‘kompromi’ sekarang ini konotasinya sering bermakna meng-akomodasi kepentingan orang lain yang cenderung negative – ataukah selangkah akan sama dengan kolusi(?)

Bukan main, kita memang harus lebih berhati-hati!!

Salam dari hati,
Ries

Monday, March 19, 2007

Kejelian itu...

Ada kisah yang cukup inspiratif (bagi saya) yang ditulis Khaled Hossaini dalam bukunya ‘The Kite Runner’ yang sempat jadi best seller di US itu. Inti cerita dari Amir Agha – yang notabene terpelajar dan dari keturunan ningrat – itu singkatnya mengisahkan seorang pria miskin yang menemukan cangkir ajaib. Ajaib, karena ia tahu bahwa kalau dia menangis dihadapan cangkir itu, maka air mata yang jatuh kedalam cangkir itu akan berubah menjadi butiran-butiran mutiara.
Tetapi, meskipun selalu hidup dalam kemiskinan, pria itu senantiasa bahagia dan jarang meneteskan air mata. Jadi dia berusaha menemukan berbagai cara untuk membuat dirinya bersedih sehingga airmatanya bisa membuatnya kaya. Seiring dengan bertambah tingginya tumpukan mutiara, keserakahannya-pun bertambah besar. Kisah ini berakhir dengan si pria yang duduk diatas tumpukan mutiara - dengan pisau penuh darah ditangan – menangis sejadi-jadinya diatas cangkir itu sambil memeluk tubuh istri tercintanya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Sang Amir Agha yang bangga dengan ide cerita itu kemudian tersendak dan tidak bisa menjawab ketika ditanya oleh seorang ‘hazara’ miskin dan buta huruf; Cerita itu memang sangat mengharukan, tetapi mengapa pria itu harus membunuh istrinya? Mengapa dia harus merasa sedih untuk mengucurkan airmatanya? Bukankah lebih mudah kalau dia menghirup aroma bawang merah saja?

Sungguh, pemikiran kitapun mungkin terlalu terbawa-bawa sebagaimana ide cerita diatas. Bahwa kesuksesan atau keberhasilan itu harus dicapai dengan kerja keras dan melakukan sesuatu yang besar. Kitapun siap mengorbankan waktu, tenaga dan semua yang kita miliki (sebagai modal) agar kita bisa ‘kaya’. Untuk menjadi kaya mestinya kita punya pabrik dengan ratusan/ ribuan karyawan. Kalau kita karyawan, paling tidak kita harus menduduki jabatan yang cukup tinggi agar punya wewenang yang besar serta datangnya penghormatan karena jabatan kita itu. Mungkin juga kita harus berangkat pagi2 (atau mungkin siang) tetapi biasanya pulang larut malam (meskipun mungkin itu sekedar untuk memperluas network dengan acara2 dinner atau yang lain2). Pokoknya harus berkorban dan kerja keraslah!!

Seorang teman menyanggah, bukankah itu memang yang benar adanya dan memang harus dilakukan, lalu dimana salahnya?

Ya, sayapun sepakat bahwa itu adalah benar dan bahkan sedang saya lakukan!!

Tetapi kisah diatas mengingatkan saya akan adanya pepatah : “Work smarter not (only) harder”. Terlebih beberapa waktu yang lalu saya sempat mengorek dapur/penghasilan dari seorang penjual ‘soto ayam’ yang berjualan mulai jam 07.00 s/d 14.00. Dalam satu hari rata-rata omzet adalah 1.5 – 2 jt. Dengan asumsi net-profit sekitar 30%, maka keuntungan bersihnya minimal 13.5 jt/ bulan!! Sebagai pemilik usaha (meskipun hanya soto ayam) dia cukup mengawasi saja dan tidak harus kerja keras – apalagi berkorban!! Belum lagi kalau kita amati beberapa orang yang mengelola ‘niche’ market yang ada. Sebutlah (lagi2) Ahira – Internet Marketer - yang milyarder itu, lalu Gunawan bos-nya “Godong Ijo” yang sukses menjalankan bisnis hobbinya, ada lagi Keith Wilson dengan ‘Anything Left-Handed’ yang mengkhususkan diri untuk menjual barang2 khusus untuk orang2 kidal. Mereka memang smart dan menjalankan pekerjaan dengan santai tetapi jeli.

Kejelian tiap orang memang tidak sama, tetapi sangat mungkin untuk bisa kita tangkap sesuai dengan porsi kita. Nah, ketika kejelian itu tertangkap, masihkan kita HARUS bekerja keras?

Kejelian itu luar biasa.

Salam jeli,
ries

Thursday, March 15, 2007

(my first) Take Action !!

Assalamua'alaikum wr wb.

Sungguh tidak mudah untuk memulai ini. Saya yang dasarnya memang 'gaptek' dan tidak paham komputer, sekarang memberanikan diri untuk membuat blog ini. Serasa masuk dalam belantara hutan, yang meskipun didalamnya terdapat beraneka rambu, tetapi masih juga membuat saya ragu dan sering termangu.

Berawal dari ekpos yang bombastis tentang perkembangan internet marketing di Indonesia. Wah...benar gak sih dari internet lahir seorang milyarder seperti Anne Ahira itu? Sejauh ini, saya hanya menggunakan internet sebatas untuk email saja (maklum jenis pekerjaan juga masih tradisional sih). Gak lebih. Koq seorang Ahira - yang katanya juga berawal dari 'nol puthul' -sekarang bisa masuk dalam jajaran Top 10 Internet Marketing dunia?

Ya sudah,..katanya pak Tung Desem Waringin yang ahli motivator itu, selain membaca/belajar maka tahap yang juga sangat penting adalah 'take action'. Tak perduli seberapa jelek dan banyak kesalahan yang kita buat pada awalnya, tetapi setelah melangkah kita bisa menilai dan memperbaiki kekurangan2 yang ada. Dengan 'take action' proses belajar jadi bisa lebih cepat.
Makanya, tulisan awal ini mungkin tidak banyak bermakna, tetapi saya sangat berharap akan ada perbaikan dikelak kemudian hari. Itu karena saya juga sangat meyakini pepatah bijak; "no action, nothing happen; take action, miracle happen; only action can bring us closer to our dream".

Mungkin juga 'title' bog ini serasa 'kemelipen' (ketinggian), tetapi memang saya berharap bahwa dengan media ini akan ada interaksi dengan teman-teman seprofesi, sehobby, seiman dan se...se... yang lain. Kita bisa menulis apa saja tentang ketertarikan kita dalam pekerjaan, lingkungan, ibadah atau yang lainnya sehingga kita bisa mendekati 'goal setting' kita i.e.: "Enhancing The Quality of Life"

Wassalam,
ries

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...