Kemarin sore, dari Gramedia saya ngebut mau jemput anak di sekolah, maklum jalanan agak kosong n saya takut terlambat. Buku-nya Eny Kusuma yang saya cari ternyata belum ada di Gramedia mana2.
Syukur2 gak terlambat dan ketika ketemu anak saya yang kecil, dia mengutarakan niatnya untuk mengikuti lomba melukis di acara “Student Fair” disekolahnya. Saya tentu saja mendukung!
Sore hingga malamnya, seperti biasa dia duduk sambil terus latihan menggambar di kertas HVS kosong yang memang saya sediakan khusus untuk hobby-nya itu. Dari dulu dia memang tidak suka jika harus menggambar langsung di buku gambar, karena kalau di kertas HVS ketika merasa gambarnya kurang sreg, dia bisa langsung robek2 dan buang kertas itu.
Malam ini, tidak seperti biasanya, yang dia robek2 sebelum gambarnya selesai serasa lebih banyak dari biasanya. Juga kali ini banyak keluh kesah ketidakpuasan yang keluar dari mulutnya.
Ketika saya intip, ternyata dia berusaha menggambar sesuatu yang memang tidak biasa dia gambar. Anak saya ini memang ada bakat melukis. Meskipun sekarang sudah tidak ikut sanggar lukis lagi, tetapi coretan2-nya cukup membuat saya dan kakaknya senang dan sering memujinya. Hanya saja, yang selama ini dia gambar (hampir 100%) adalah tokoh-tokoh kartun dari Jepang. Dari hobby nonton film kartun di TV, itu (Tokyo Mew-Mew; Retsu n Go, Conan dll), dia mampu menggambar tokoh2nya dalam berbagai situasi dan terkadang membuat serial pendek (semacam komik Jepang/ manga).
Nah, tadi malam ternyata dia merasa tidak ‘mood’ dan merasa bodoh alias tidak pinter nggambar. Ketika saya perhatikan, ternyata dia sedang menggambar situasi yang menunjukkan nuansa Islami. Tokoh perempuannya memakai jilbab dan yang pria tentu saja menggunakan peci alias kopyah. Belum lagi penggambaran suasana sekitarnya yang memang sepertinya tidak memberi keleluasaan dia dalam ber-ekspressi.
Selama ini, tokoh kartun yang digambarnya bisa dalam posisi yang bebas sesukanya; sedang jingkrak2, berkelahi, sedang terbang atau lainnya. Banyak pula aksesories yang menempel di badan serta model rambut pada tokoh yang digambarnya itu yang kadang2 tidak sempat saya pikirkan. Tetapi dia bisa menggambarnya dan penilaian saya sih bagus (hehe maklum,…. Papanya!).
Nah kali ini, yang digambarnya adalah beberapa gadis cilik dengan busana muslimah, yang saling berdiri dan saling menasehati. Dibelakangnya ada ustadz yang mengawasi. Dia bingung, sekitarnya diberi apalagi? Wah, gambar dan coretannya jadi terkesan jelek dan kaku. Gak ada rambut yang bergelombang, gak ada pita ataupun sepatu dengan tali2 yang terjuntai. Yang ada Cuma sedikit renda pada baju muslimahnya. Ketika saya sarankan: Gak apa-apa nak, besok kalau lomba, adik nggambar seperti biasanya saja, komik kartun2 Jepang itu”
Dengan tegas dia menolak, menurutnya gambarnya nanti ya harus tidak boleh kelihatan aurot-nya. Saya tanya, kenapa? Apa ada aturan dari sekolah begitu? Dia menggeleng, tetapi ngotot bahwa yang digambar di sekolah nanti harus yang tertutup aurotnya. “Kalau begitu ya jangan berharap menang nak” saya tidak sadar keceplosan ngomong. Tapi dengan santai dia jawab:”Gak papa pa, gak menang gak papa koq”
Wah,.. saya jadi termangu-mangu. Apa sebaiknya sekarang saja saya arahkan dia agar tidak mengambar makhluk yang bernyawa? Apa sebaiknya sekarang juga saya arahkan dia agar tidak lagi bermain musik? Saya jadi lebih kepikiran; disekolah busana muslim diwajibkan, tetapi musik diperbolehkan. (?)
Masalah khilafiyah sungguh tidak mudah!!
Salam hati2,
ries
Thursday, April 12, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
BSG - BAB.V - AUP - Babak-16
BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...
-
“ Aku kira memang ini Glugut Pring Wulung “, - Ki Widura menjawab meskipun dengan sedikit ragu,” – memang gejala yang muncul masih belum n...
-
BALADA SWANDARU GENI Bab IV: Hilangnya Seorang Swandaru Geni Babak – 03 Sementara itu langit di bumi Mataram yang sebenarnya cu...
-
Pagi itu Kademangan Sangkal Putung turun hujan meskipun tidak terlalu lebat, bahkan ketika perlahan-lahan sinar mentari mulai menampakkan ...
No comments:
Post a Comment