Seorang teman datang ke rumah dan mengutarakan niatnya untuk segera resign dari pekerjaannya yang sekarang dan bersemangat untuk memulai bisnis sendiri. Ini kali bukan karena alasan klasik seperti misalnya tidak cocok dengan suasana kantor (yang biasanya saling sikut-sikutan), gaji yang kurang memuaskan ataupun karier yang sudah mentok dll. Alasan yang lebih utama adalah ketidak-cocokan pada jenis pekerjaan (yang menurutnya dari tinjauan ibadah; tidak barokah).
Meskipun saya belum melihat ketegaran hati dan bakat dia dalam berwiraswasta, tetapi saya memang sangat meng-iyakan keinginan dia untuk resign itu dan justru berusaha menebar ‘virus’ wirausaha. Biar dia tambah termotivasi (toh untuk jadi wirausaha tidak harus mengandalkan bakat).Biar dia segera memulai bisnis yang tentu saja pilihan itu nantinya dekat dengan ‘barokah’ sesuai yang diinginkannya. Saya bercerita tentang nikmatnya sebagai seorang pengusaha dan mengisahkan beberapa teman yang sukses dalam berwirausaha. Betapa kita sangat flexible dalam mengatur waktu; betapa ternyata hasil yang kita peroleh bisa berlipat beberapa kali dibanding gaji yang kita dapat sebagai seorang karyawan serta betapa kita bisa meraih keinginan kita dengan lebih cepat dan leluasa.
Berhasil! Dia terlecut untuk segera mulai berwirausaha. Tetapi berhubung kurangnya modal, maka terpaksa dia memulai dan berangkat dari dua kuadran. Sehari-hari tetap sebagai karyawan di perusahaan yang lama, kemudian malam harinya + Sabtu dan Minggu; bersama-sama dengan sang istri dia menjalankan usaha baru di bidang makanan. Mudah2-an berhasil!!
Tetapi memang ada yang tidak saya ceritakan kepada teman saya ini, yaitu kesulitan dan beban pikiran yang disangga seorang wirausaha. Seorang pengusaha terkadang merasa betapa sebaiknya sehari itu lebih dari 24 jam, supaya kita lebih banyak waktu untuk belajar dan bekerja. Seorang pengusaha (apalagi di-awal2), haruslah selalu sehat dan tidak boleh cuti, kalau tidak ingin usahanya digilas pesaing lain yang mulutnya selalu menganga. Seorang pengusahapun harus siap merugi atas keputusan2 bisnis yang padahal sudah dibuat dengan hati2. Kalau dulu, pikiran kita tentram karena akhir bulan pasti terima gaji, maka seorang pengusaha harus mikir terus agar bisa menggaji karyawan dulu sebelum mengambil ‘sisa’nya untuk gaji kita. Betapa seorang pengusaha membenci hari Minggu dan justru mencintai hari Senin. Mungkin wajah kita lebih banyak seriusnya dibanding tersenyum dan tanpa sadar rambut kita lebih cepat rontok (seperti yang sudah dan sedang saya alami hehe…). Ngomong singkatnya, berwirausaha itu sebenarnya sangatlah tidak mudah, banyak beban dan sangat mungkin untuk gagal.
Saya memang kuatir; kalau diceritakan tentang resiko kegagalan, maka orang cenderung takut melangkah. Ketika berpikir tentang rumit dan repotnya suatu usaha, maka orang akan cenderung mundur teratur dan lebih suka bergumul dengan bayang2 keberhasilan semata. Padahal, seperti kata orang bijak; keberhasilan adalah akumulasi dari kegagalan2 kita dimasa lalu. Bukankah kita justru sangat paham arti sehat ketika kita sedang sakit; arti senang ketika kita susah; arti kaya ketika kita miskin dan tentu saja arti keberhasilan ketika kita gagal? Jadi kalau ingin sehat, senang, kaya dan keberhasilan, maka kita tidak boleh takut untuk berkenalan dengan yang namanya sakit, susah, miskin ataupun gagal. No gain without pain, guys!!
Saya sendiri sudah dan masih bergumul dengan banyak kegagalan. Tetapi saya belajar banyak dari kegagalan2 itu dan sekarang sedang berusaha membangun bentuk keberhasilan yang saya impikan. Kegagalan memang tidak untuk disesali, yang harus disesali adalah apabila kita merasa sudah gagal padahal kita belum melakukan apa2; ketakutan dan kekuatiran semacam inilah yang harus kita lawan. Langkah pertama memang serba berat, tetapi bukankah untuk sampai pada jarak/ tujuan yang kita impikan kita harus melangkahkan kaki? Sekecil apapun langkah awal kita, itu akan mendekatkan kita pada tujuan!!
Salam sukses,
Ries
Ada lagi pepatah bijak “Kita tidak perlu hebat untuk memulai sesuatu tetapi kita harus memulai sesuatu untuk menjadi hebat ”. Wasn’t it interesting??!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
BSG - BAB.V - AUP - Babak-16
BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...
-
“ Aku kira memang ini Glugut Pring Wulung “, - Ki Widura menjawab meskipun dengan sedikit ragu,” – memang gejala yang muncul masih belum n...
-
BALADA SWANDARU GENI Bab IV: Hilangnya Seorang Swandaru Geni Babak – 03 Sementara itu langit di bumi Mataram yang sebenarnya cu...
-
Pagi itu Kademangan Sangkal Putung turun hujan meskipun tidak terlalu lebat, bahkan ketika perlahan-lahan sinar mentari mulai menampakkan ...
No comments:
Post a Comment