“Ketika saya menantang Ben Johnson untuk adu lari, tentu saja semua orang tertawa dan akan bilang saya pasti kalah, dan sayangnya itu memang betul! Tetapi sebenarnya saya masih bisa menang, dengan catatan; si Ben berlari dengan sekuat tenaga seperti biasanya (karena dia memang atlit lari) sementara saya meluncur menaiki Ferrari. Mobil Ferrari inilah Leverage Factor saya”
Ilustrasi ini dikemukakan oleh salah seorang pembicara dari Singapore (saya lupa namanya) dalam Seminar Internet Marketing sekitar sebulan lalu.
Leverage, yang dalam bahasa Indonesia biasa kita terjemahkan sebagai “daya-ungkit” begitu menggema akhir-akhir ini. Sederhananya, digambarkan bahwa jika hanya mengandalkan tenaga kita tentu susah atau bahkan tidak mampu untuk menggeser batu seberat 500 kg atau lebih. Tetapi dengan bantuan ‘pengungkit’ – apakah itu terbuat dari sebatang kayu atau sepotong besi - maka batu itu akan dengan mudah tergeser.
Itu semua kita tahu, apalagi saya juga pernah belajar ilmu Mekanika Teknik dimana banyak pembahasan tentang hal2 semacam itu.
Menariknya, sekarang ini prinsip2 semacam itu mulai diterapkan dalam bisnis pemasaran. Saya jadi ingat sewaktu Boss dari McDonald memberi kuliah di sebuah PT ternama dan kemudian memberi pertanyaan:
“Apakah anda tahu, saya menjadi sekaya itu karena bisnis apa?”
Dan para mahasiswa itu semua pada tertawa serta serempak menjawaban seragam; “You’re kidding, tentu saja anda kaya dari bisnis burger, fried-chicken, hotdog dll”
Tetapi boss MD ini justru menggeleng keras, dan para mahasiswa itu jadi mikir.
“Memang, tentu saja bisnis MD ini membuat saya kaya, tetapi sesungguhnya bisnis tanah/ property-lah yang membuat saya lebih cepat kaya”
Belakangan, dia bercerita bahwa seiring dengan bertumbuhnya gerai MD diseluruh Amerika – bahkan dunia – maka dia jauh2 hari sudah mengincar dan ber-investasi tanah/ bangunan di lokasi2 yang strategis. Di lokasi2 inilah kelak akan didirikan gerai MD yang baru. Berikutnya, bisa ditebak, ketika ada calon Franchisee yang berniat membuka gerai MD, dia dengan keyakinan tinggi merekomendasikan lokasi tanah/ bangunannya dan tentu saja menjualnya dengan harga yang sangat2 tinggi.
Ada juga cerita lokal yang menurut pengamatan saya sangat menarik dan unik.
Sekitar dua tahun yang lalu, mungkin masyarakat kita masih belum terbiasa atau bahkan awam dengan yang dinamakan ‘Kebab’. Mungkin hanya sebagian dari kita yang sering pergi ke tanah Arab atau sewaktu berhaji sempat akrab dengan makanan ini (atau mungkin di kampung Arab, semacam Ampel gitu hehe..).
Nah, sekarang ini lihatlah; hampir di setiap sudut kota – khususnya Surabaya - bertebaran gerobak warna kuning yang menjual makanan ‘burger dari Arab’ ini. Harganya juga tidak murah, tetapi bahwa jumlah gerainya terus bertambah itu paling tidak mengindikasikan bahwa penggemarnya cukup banyak. Fenomena ini juga mengilhami makanan/ roti sejenis yang juga berasal dari Arab yaitu Roti Maryam.
Saya memang sedikit banyak mengikuti sepak terjang mas Hendy (pemilik dan pendiri Kebab Turki Baba Rafi) yang luar biasa ini. Profil muda ini juga menambah bukti bahwa meski DO dan tidak menamatkan kuliahnya, tetapi kesuksesannya sungguh layak diacungi jempol. Tidak heran dia kemudian menerima banyak penghargaan (termasuk dari Majalah Business Week sebagai Asia's Best Entrepreneur Under 25 dan juga dari Majalah SWA yang bergengsi itu).
Berbekal semangat dan kejelian, dia mengembangkan makanan Kebab ini mulai dari nol. Dia cukup dekat dengan media sebagai sarana berpromosi. Terlebih lagi kemudian dia mewaralabakan bisnis penjualan Kebab ini dengan system yang sangat mudah dilaksanakan, yaitu dengan menggunakan gerobak (nah ini daya ungkitnya).
Jumlah gerainya melonjak, penjualanpun tentunya meningkat tajam.
Berbekal nama baik seperti itu, dia memanfaatkan untuk merambah gerainya ke seluruh Indonesia (dengar2 kalau tidak salah jumlah gerainya sudah lebih dari 140 buah dan ada di 30 kota2 besar di Indonesia). Hebatnya lagi, Franchise Fee-nya juga tidak murah lho.
Saya juga sedang mikir untuk menciptakan ‘daya ungkit’ dalam bisnis saya. Saya senantiasa ingat nasehat seorang teman;
“Dalam bisnis sekarang ini yang diperlukan adalah revolusi – bukan evolusi. Penjualan naik per-tahun 10-20% itu nothing. Kalau naiknya bisa 500-1000% per tahun itu baru something”
Dia pantas mengatakan itu karena dia sudah membuktikan.
Sekarang ini giliran KITA!
Salam ungkit,
Ries
Wednesday, August 8, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
BSG - BAB.V - AUP - Babak-16
BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...
-
“ Aku kira memang ini Glugut Pring Wulung “, - Ki Widura menjawab meskipun dengan sedikit ragu,” – memang gejala yang muncul masih belum n...
-
BALADA SWANDARU GENI Bab IV: Hilangnya Seorang Swandaru Geni Babak – 03 Sementara itu langit di bumi Mataram yang sebenarnya cu...
-
Pagi itu Kademangan Sangkal Putung turun hujan meskipun tidak terlalu lebat, bahkan ketika perlahan-lahan sinar mentari mulai menampakkan ...
No comments:
Post a Comment