Wednesday, April 25, 2007

"Anda Luar Biasa (2)"

Saya sudah membaca bukunya Eny Kusuma dengan judul diatas. Betapa saya tadinya sangat penasaran, gerangan apakah yang ditulis oleh mantan TKW dalam buku ini sehingga membuat begitu banyak orang2 pintar mengacungkan ‘two thumbs up’.

Tetapi hingga separo lebih dari isi buku ini saya baca, saya masih belum menemukan sesuatu yang saya anggap baru ataupun sesuatu yang membuat saya terkagum-kagum.
Ya, saya biasanya bisa terkagum-kagum ketika membaca sebuah buku yang menarik. Ada dua buku yang membuat saya terguncang ketika pertama kali saya membacanya (bahkan ketika beberapa kali saya baca ulang, saya masih saja terpana oleh isi maupun gaya penulisan/ gaya memprovokasinya). Dua buku ini pula yang mengubah jalan hidup saya, dan membuat saya nekat keluar sebagai karyawan dan berusaha ber-wirausaha.
Buku pertama adalah ‘Who Move My Cheese’ karya Spencer Johnson dan buku yang kedua – seperti juga banyak orang – adalah ‘Rich Dad Poor Dad’-nya Robert T. Kiyosaki.

Nah, kembali ke bukunya Eny Kusuma ini, saya terpaksa berpikir ulang; apa yang membuat para tokoh motivator itu mengacungkan dua jempol atas buku ini? Sampai akhirnya, saya jeda dulu dan sempatkan buka lagi situs http://pembelajar.com/ serta membaca ulang komentar2 mereka. Saya yakin, tidak mungkin mereka para tokoh ini asal2-an memberi komentar.
Saya menemukan sesuatu!!

Ya, saya kira para tokoh Motivator itu sangat komprenhensif dalam menanggapi dan memberikan komentar. Mereka tidak semata-mata menilai isi dan pesan dari buku ini, melainkan juga latar belakang si penulis serta kejelian penulis dalam memberikan contoh lugas atas dasar pengalamannya sehari-hari. Terlebih pencapaian seorang Eny Kusuma dengan latar belakang seorang TKW – yang gagap dimasa kecilnya - hingga memiliki kemampuan penulisan seperti sekarang ini memang belum pernah dicapai oleh satu orangpun. Bahwa dia memilih menulis dalam bidang motivasi adalah juga sesuatu yang tidak umum. Inilah yang mungkin bisa dianggap dahsyat, luar biasa dan komentar positif lainnya.

Meski tidak istimewa tetapi membaca dan memiliki buku ini tidaklah rugi. Siapa tahu, ini adalah langkah awal dari seorang Eny Kusuma sebelum – mudah-mudahan - dia membuat ‘further giant steps’ atau bahkan ‘giant jump’ di masa2 mendatang. Semoga!

Salam sukses,
ries

Thursday, April 12, 2007

"Khilaffiyah"(?)

Kemarin sore, dari Gramedia saya ngebut mau jemput anak di sekolah, maklum jalanan agak kosong n saya takut terlambat. Buku-nya Eny Kusuma yang saya cari ternyata belum ada di Gramedia mana2.
Syukur2 gak terlambat dan ketika ketemu anak saya yang kecil, dia mengutarakan niatnya untuk mengikuti lomba melukis di acara “Student Fair” disekolahnya. Saya tentu saja mendukung!
Sore hingga malamnya, seperti biasa dia duduk sambil terus latihan menggambar di kertas HVS kosong yang memang saya sediakan khusus untuk hobby-nya itu. Dari dulu dia memang tidak suka jika harus menggambar langsung di buku gambar, karena kalau di kertas HVS ketika merasa gambarnya kurang sreg, dia bisa langsung robek2 dan buang kertas itu.
Malam ini, tidak seperti biasanya, yang dia robek2 sebelum gambarnya selesai serasa lebih banyak dari biasanya. Juga kali ini banyak keluh kesah ketidakpuasan yang keluar dari mulutnya.
Ketika saya intip, ternyata dia berusaha menggambar sesuatu yang memang tidak biasa dia gambar. Anak saya ini memang ada bakat melukis. Meskipun sekarang sudah tidak ikut sanggar lukis lagi, tetapi coretan2-nya cukup membuat saya dan kakaknya senang dan sering memujinya. Hanya saja, yang selama ini dia gambar (hampir 100%) adalah tokoh-tokoh kartun dari Jepang. Dari hobby nonton film kartun di TV, itu (Tokyo Mew-Mew; Retsu n Go, Conan dll), dia mampu menggambar tokoh2nya dalam berbagai situasi dan terkadang membuat serial pendek (semacam komik Jepang/ manga).
Nah, tadi malam ternyata dia merasa tidak ‘mood’ dan merasa bodoh alias tidak pinter nggambar. Ketika saya perhatikan, ternyata dia sedang menggambar situasi yang menunjukkan nuansa Islami. Tokoh perempuannya memakai jilbab dan yang pria tentu saja menggunakan peci alias kopyah. Belum lagi penggambaran suasana sekitarnya yang memang sepertinya tidak memberi keleluasaan dia dalam ber-ekspressi.
Selama ini, tokoh kartun yang digambarnya bisa dalam posisi yang bebas sesukanya; sedang jingkrak2, berkelahi, sedang terbang atau lainnya. Banyak pula aksesories yang menempel di badan serta model rambut pada tokoh yang digambarnya itu yang kadang2 tidak sempat saya pikirkan. Tetapi dia bisa menggambarnya dan penilaian saya sih bagus (hehe maklum,…. Papanya!).
Nah kali ini, yang digambarnya adalah beberapa gadis cilik dengan busana muslimah, yang saling berdiri dan saling menasehati. Dibelakangnya ada ustadz yang mengawasi. Dia bingung, sekitarnya diberi apalagi? Wah, gambar dan coretannya jadi terkesan jelek dan kaku. Gak ada rambut yang bergelombang, gak ada pita ataupun sepatu dengan tali2 yang terjuntai. Yang ada Cuma sedikit renda pada baju muslimahnya. Ketika saya sarankan: Gak apa-apa nak, besok kalau lomba, adik nggambar seperti biasanya saja, komik kartun2 Jepang itu”
Dengan tegas dia menolak, menurutnya gambarnya nanti ya harus tidak boleh kelihatan aurot-nya. Saya tanya, kenapa? Apa ada aturan dari sekolah begitu? Dia menggeleng, tetapi ngotot bahwa yang digambar di sekolah nanti harus yang tertutup aurotnya. “Kalau begitu ya jangan berharap menang nak” saya tidak sadar keceplosan ngomong. Tapi dengan santai dia jawab:”Gak papa pa, gak menang gak papa koq”
Wah,.. saya jadi termangu-mangu. Apa sebaiknya sekarang saja saya arahkan dia agar tidak mengambar makhluk yang bernyawa? Apa sebaiknya sekarang juga saya arahkan dia agar tidak lagi bermain musik? Saya jadi lebih kepikiran; disekolah busana muslim diwajibkan, tetapi musik diperbolehkan. (?)
Masalah khilafiyah sungguh tidak mudah!!

Salam hati2,
ries

Wednesday, April 11, 2007

"Anda Luar Biasa"

Judul diatas bukanlah pujian untuk anda meskipun seandainya anda memang luar biasa. Saya sedang terbelalak dan tekagum-kagum pada sosok ‘Eny Kusuma’ sang penulis buku dengan judul diatas; “Anda Luar Biasa”.
Mungkin sebagian sahabat sudah ada yang membaca buku diatas. Buku yang ditulis oleh seorang TKW yang sedang bergelut mencari nafkah di belantara kota Hong Kong. Yang sehari-hari bergelut dengan pekerjaan yang kita anggap serba remeh i.e.; mengepel lantai, mencuci piring, setrika baju, gantiin popok anak majikan yang ngompol dll. Yahh…ngomong singkatnya pekerjaan yang tidak menuntun/ mengajari kita untuk memperoleh kecerdasan intelektual (padahal sebagian dari kita menganggap bahwa menulis adalah pekerjaan intelek). Belum lagi tekanan2 atau hardikan dari majikan yang biasanya membuat ciut nyali.
Saya belum bisa nulis banyak tentang buku maupun sosok Eny Kusuma ini, kenyataannya saya memang belum membaca bukunya. Kenyataan bahwa dia menulis buku tentang 'Motivasi' itu saja menurut saya sudah luar biasa bagus. Tetapi kalau seorang Tung Desem Waringin berkomentar ‘DAHSYAT’ atas buku ini, seorang Andrie Wongso mengucapkan "Salam Sukses Luar Biasa" dan banyak ahli motivator merekomendasikan untuk membaca buku ini (bahkan pengantar buku ini ditulis oleh seorang Jenny S. Bev yang menyatakan kebanggaanya atas prestasi sahabatnya yang TKW tsb); wah..saya jadi tidak ragu untuk segera bergegas memiliki dan membacanya.
Saya kepingin hari cepat pagi dan bergegas ke Gramedia. Untuk para sahabat yang belum sempat beli bukunya bisa mengenal sosok Eny terlebih dahulu di www.pembelajar.com

Salam sukses
Ries

" Cinta-3 "

Setengah bercanda, sahabat saya itu menuduh bahwa saya sepertinya sedang jatuh cinta, koq akhir2 ini banyak bicara/ nulis tentang cinta. Wahh....
---------------------------------------------------------------

untuk menulis cinta kita tidak harus sedang bercinta/
karena ketika bercinta, kita justru sering lupa segalanya/
mungkin sebagian orang ingin berendam dalam lautan cinta/
mereguk indah dan nikmatnya cinta/
saya gak../
kalau harus berendam cinta, saya takut terlena/
kalau harus mereguk cinta, saya kuatir kehabisan makna cinta/
saya ingin/
cinta ada sebagai ungkapan nafas semata/
yang menyemangati hati ketika kita melangkahkan kaki/
yang memberi dorongan arti ketika kita terjatuh dan merasa sendiri/
saya ingin/
cinta menuntun kita untuk memperbaiki kualitas diri/
agar semakin dekat dengan rahmat Illahi yang mengucur tiada henti/
adakah itu makna cinta yang hakiki?/
saya ingin/
cinta sejati ada pada setiap hati/
yang tulus tanpa berharap pamrih duniawi/
saya ingin/
cinta/

salam hangat penuh cinta,
ries

Tuesday, April 10, 2007

" Cinta-2 "

Seorang sahabat bertutur-kata tentang cinta. Sayapun cenderung meng-iyakannya, meski dengan cara yang berbeda dan cenderung bercanda. Kita semua memang berharap banyak akan cinta.
-----------------------------------------------------------

cinta/
satu kata yang mengandung jutaan rasa serta makna/
yang membawa hidup penuh duka n gelak tawa/
yang membuat kita pasrah ataupun bergairah/
cinta/
sebenarnya kamu ini milik siapa?/
semua orang mengagungkanmu/
semua orang tertunduk oleh pesonamu/
tapi kamu koq meradang saja, seolah semua orang bisa memilikimu/
cinta/
kamu dimana sih?/
semua orang mencarimu/
semua orang merindukanmu/
tapi koq kamu seolah sembunyi n sekedar menjadi bayang2 semu/
cinta/
kalau aku menghamba padamu/
masihkah kau berikan duka dan kesedihan?/
kalau aku bermohon untuk memilikimu/
masihkah kau sembunyi untuk tidak menghampiriku?/
kenapa kalau mencinta harus siap menderita/
kenapa kalau berharap kebahagiaan kau anggap aku memanfaatkan?/
kenapa ketika memberi kau anggap itu investasi?/
cinta/
kamu koq susah diraba sih/
katanya kamu ini ada pada setiap orang/
orang kaya ataupun miskin, orang cantik atau jelek, orang tua atau muda/
mestinya kamu sederhana saja dong/
jangan mbulet begini/
cinta/
Shakeasper pernah berteriak apalah arti sebuah nama/
seandainya namamu diganti bukan lagi cinta/
masihkah orang2 itu menyanjungmu?/
masihkan orang2 itu tergiur pesonamu?/
cinta/
teman diskusiku marah2/
cinta itu menyangkut makna bukan hanya nama, teriaknya/
digantikan apapun namanya, makna cinta tetap tak berubah selamanya/
wah,.. teman saya ini memang penyanjung cinta/
(saya takut jangan2 nanti dia jadi penjaja cinta juga)
tapi..../
dia tidak bisa mencinta kalau tidak memiliki/
karena itu namanya cuman persahabatan bukan percintaan/
dia juga tidak bisa bercinta kalau ada sahabat/
(hehe...kalau ini jelas ya)/
cinta/
kepalaku jadi pusing mikirin kamu/
koq kamu diam?/
cinta..../
jawab dong../

salam hangat penuh cinta,
ries

Sunday, April 8, 2007

"Semangat Ber-wirausaha"

Seorang teman datang ke rumah dan mengutarakan niatnya untuk segera resign dari pekerjaannya yang sekarang dan bersemangat untuk memulai bisnis sendiri. Ini kali bukan karena alasan klasik seperti misalnya tidak cocok dengan suasana kantor (yang biasanya saling sikut-sikutan), gaji yang kurang memuaskan ataupun karier yang sudah mentok dll. Alasan yang lebih utama adalah ketidak-cocokan pada jenis pekerjaan (yang menurutnya dari tinjauan ibadah; tidak barokah).
Meskipun saya belum melihat ketegaran hati dan bakat dia dalam berwiraswasta, tetapi saya memang sangat meng-iyakan keinginan dia untuk resign itu dan justru berusaha menebar ‘virus’ wirausaha. Biar dia tambah termotivasi (toh untuk jadi wirausaha tidak harus mengandalkan bakat).Biar dia segera memulai bisnis yang tentu saja pilihan itu nantinya dekat dengan ‘barokah’ sesuai yang diinginkannya. Saya bercerita tentang nikmatnya sebagai seorang pengusaha dan mengisahkan beberapa teman yang sukses dalam berwirausaha. Betapa kita sangat flexible dalam mengatur waktu; betapa ternyata hasil yang kita peroleh bisa berlipat beberapa kali dibanding gaji yang kita dapat sebagai seorang karyawan serta betapa kita bisa meraih keinginan kita dengan lebih cepat dan leluasa.
Berhasil! Dia terlecut untuk segera mulai berwirausaha. Tetapi berhubung kurangnya modal, maka terpaksa dia memulai dan berangkat dari dua kuadran. Sehari-hari tetap sebagai karyawan di perusahaan yang lama, kemudian malam harinya + Sabtu dan Minggu; bersama-sama dengan sang istri dia menjalankan usaha baru di bidang makanan. Mudah2-an berhasil!!

Tetapi memang ada yang tidak saya ceritakan kepada teman saya ini, yaitu kesulitan dan beban pikiran yang disangga seorang wirausaha. Seorang pengusaha terkadang merasa betapa sebaiknya sehari itu lebih dari 24 jam, supaya kita lebih banyak waktu untuk belajar dan bekerja. Seorang pengusaha (apalagi di-awal2), haruslah selalu sehat dan tidak boleh cuti, kalau tidak ingin usahanya digilas pesaing lain yang mulutnya selalu menganga. Seorang pengusahapun harus siap merugi atas keputusan2 bisnis yang padahal sudah dibuat dengan hati2. Kalau dulu, pikiran kita tentram karena akhir bulan pasti terima gaji, maka seorang pengusaha harus mikir terus agar bisa menggaji karyawan dulu sebelum mengambil ‘sisa’nya untuk gaji kita. Betapa seorang pengusaha membenci hari Minggu dan justru mencintai hari Senin. Mungkin wajah kita lebih banyak seriusnya dibanding tersenyum dan tanpa sadar rambut kita lebih cepat rontok (seperti yang sudah dan sedang saya alami hehe…). Ngomong singkatnya, berwirausaha itu sebenarnya sangatlah tidak mudah, banyak beban dan sangat mungkin untuk gagal.
Saya memang kuatir; kalau diceritakan tentang resiko kegagalan, maka orang cenderung takut melangkah. Ketika berpikir tentang rumit dan repotnya suatu usaha, maka orang akan cenderung mundur teratur dan lebih suka bergumul dengan bayang2 keberhasilan semata. Padahal, seperti kata orang bijak; keberhasilan adalah akumulasi dari kegagalan2 kita dimasa lalu. Bukankah kita justru sangat paham arti sehat ketika kita sedang sakit; arti senang ketika kita susah; arti kaya ketika kita miskin dan tentu saja arti keberhasilan ketika kita gagal? Jadi kalau ingin sehat, senang, kaya dan keberhasilan, maka kita tidak boleh takut untuk berkenalan dengan yang namanya sakit, susah, miskin ataupun gagal. No gain without pain, guys!!
Saya sendiri sudah dan masih bergumul dengan banyak kegagalan. Tetapi saya belajar banyak dari kegagalan2 itu dan sekarang sedang berusaha membangun bentuk keberhasilan yang saya impikan. Kegagalan memang tidak untuk disesali, yang harus disesali adalah apabila kita merasa sudah gagal padahal kita belum melakukan apa2; ketakutan dan kekuatiran semacam inilah yang harus kita lawan. Langkah pertama memang serba berat, tetapi bukankah untuk sampai pada jarak/ tujuan yang kita impikan kita harus melangkahkan kaki? Sekecil apapun langkah awal kita, itu akan mendekatkan kita pada tujuan!!

Salam sukses,
Ries

Ada lagi pepatah bijak “Kita tidak perlu hebat untuk memulai sesuatu tetapi kita harus memulai sesuatu untuk menjadi hebat ”. Wasn’t it interesting??!!

"Disharmony"

Hari Minggu ini ada undangan konser musik untuk kedua anak saya yang memang tergabung dalam sebuah group-band. Dalam undangan tertera bahwa konser tersebut adalah dalam rangka pembukaan gerai computer di sebuah Plaza (yang juga sebagai penyelenggara acara). Dua hari sebelum konser (Jum’at+Sabtu) anak-anak latihan dengan semangat dan beberapa lagu telah mereka persiapkan.
Sesuai undangan, siang tadi seluruh anggota band hadir di lokasi acara pada jam yang ditentukan. Tetapi semuanya pada terbengong-bengong ketika melihat dekorasi panggung menunjukkan bahwa itu adalah untuk acara peluncuran produk kosmetik – bukan pembukaan gerai computer sesuai undangan untuk anak2 – mekipun acaranya ada di depan gerai computer. Disebelah panggung terkumpul puluhan anak2 berikut orang-tuanya yang ternyata sedang mengikuti lomba melukis/ mewarnai.
Om Rahman yang menjadi manager band jadi sibuk dan berusaha menghubungi panitia plaza untuk mencari kejelasan. Ternyata ada miskomunikasi didalam internal manajemen plaza. Antara bagian marketing dengan pelaksana acara2 internal ternyata komunikasinya tidak nyambung. Saya yang memang mengantar anak2 dan melihat suasana musical di hati anak2 jadi ikut2-an membatin; dalam sebuah orkestra, bilamana tidak ada komunikasi antara pemain gitar, bass, drum maupun keyboard maka hasilnya adalah nada-nada sumbang yang menyakitkan telinga. Terjadi disharmony dalam bermusik.
Demikian pula dalam internal manajemen suatu perusahaan yang bisa diibaratkan sebuah orkestra juga. Bilamana komunikasi tidak nyambung antar bagian yang terkait, maka terjadilah disharmony dalam operasional perusahaan. Padahal pada masa sekarang ini, bukankah servis menjadi salah satu andalan untuk menarik pelanggan? Bukankah banyak usaha yang terfokus pada ‘customer satisfaction’ sekedar untuk mempertahankan pelanggan? Bahkan kadang-kadang perusahaan terpaksa mengorbankan sedikit keuntungan dengan memberikan iming2 diskon. Semuanya untuk pelanggan!!
Lalu bagaimana mungkin usaha dan pengorbanan yang berat seperti itu terpaksa harus pupus hanya karena tidak adanya/ tidak nyambungnya komunikasi ‘internal’ diantara kita/ perusahaan? Sungguh ini patut disayangkan!!
Sementara, Om Rahman juga tidak ingin melihat anak2-nya kecewa sehingga dia minta tanggung-jawab dari manajemen terkait. Setelah berunding hampir 90 menit, disepakati bahwa konser terpaksa dialihkan tempatnya disebuah cafĂ©. Tidak lagi untuk mengisi acara pembukaan gerai computer – yang kelihatanya juga batal – melainkan sekedar memenuhi tuntutan Om Rahman dan agar anak2 tidak kecewa.
Bagi saya (dan mungkin juga bagi anak2);

  • meskipun bukan pertama kali, tetapi bermain di kafe memang serasa lebih representative dan lebih nyaman, mengingat fasilitas dan sound system yang tersedia lebih baik. Anak2 bermain dengan lepas dan memperoleh makanan yang relative lebih enak. Tetapi, satu yang tetap membuat mereka kecewa adalah tidak adanya penonton (selain keluarga dan teman2 mereka), padahal mereka sudah membayangkan banyaknya penonton yang memadati panggung
  • terlihat bahwa manajemen berusaha bertangungjawab untuk tidak membuat (meskipun kami bukan) pelanggan kecewa. Saya jadi ikut berhitung, berapa dana ekstra (alias kerugian) yang harus mereka keluarkan untuk menyewa kafe serta makanan untuk anak2 akibat kesalahan seperti ini. Dijaman sekarang ini sekecil apapun kesalahan itu, kerugian image sangatlah berarti sehingga harus dijaga sebaik mungkin, tetapi ternyata tidak berhenti disitu, karena memang ujung-ujungnya adalah kerugian materi juga

Kita memang perlu belajar untuk bisa lebih mendengar dan memposisikan diri dalam suatu komunitas. Agar tercipta komposisi yang indah. Agar tercipta ritme-ritme kehidupan yang harmonis dan selaras dengan tujuan dan langkah hidup kita.

Salam harmonis,
Ries

Tuesday, April 3, 2007

" Cinta "

anakku yang besar berteriak dan bernyanyi tentang cinta
padahal dia masih SMP
anakku yang kecil berlagu tentang cinta
padahal ia masih SD
adakah mereka tahu makna cinta?

meski tidak teriak, aku berbisik juga tentang cinta
tentang kenikmatan dan kepahitan cinta
tentang rasa bangga serta sepi yang menggoda
di-usiaku yang sudah kepala empat
pasti aku sangat tahu tentang cinta

cinta akan Robb Yang Maha Kuasa
cinta antara pria dan wanita
cinta pada keluarga
cinta atas harta dan juga tahta

kenyataannya

sejauh ini….
ibadahku masih belum juga kencang
sejauh ini…
belum sempat juga membahagiakan wanita yang kucinta
sejauh ini…
masih sekedar semboyan bahwa keluarga adalah yang utama
sejauh ini…
terus mengejar kepuasan ala duniawi semata

aku jadi ragu
diusiaku yang sudah kepala empat
adakah aku tahu makna cinta sesungguhnya?

Salam cinta,
Ries

Monday, April 2, 2007

Prioritaskan Batu Besar

Sore tadi saya ringkes2 dan menata buku2 + catatan2 yang berserakan dan memang sudah agak lama tidak terurus. Tidak sengaja saya menemukan kartu nama dan catatan/ cerita pendek dari seorang teman. Sangat inspirative;

Quote:
Dalam sebuah kuliah tentang manajemen waktu, seorang dosen berdiri didepan kelas dan dengan semangat berkata: “Okay, sekarang saatnya untuk quiz” Kemudian ia membawa dan meletakkan sebuah ember kosong diatas meja. Ia mengisi ember itu dengan batu2 yang besarnya sekepalan tangan. Ia mengisi terus batu itu ke dalam ember sehingga tidak ada lagi ruang yang cukup untuk memasukkan batu sekepalan tangan tersebut. Ia bertanya kepada kelas: “ Apakah menurut kalian ember ini sudah penuh?” Seluruh kelas menjawab serentak: “Ya, penuh”. Sang dosen ini mengerinyitkan dahi dan berkata:”Sungguhkan demikian?” Kemudian dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil2 kecil dan menuangkannya ke dalam ember tersebut serta mengocoknya, sehingga kerikil2 kecil itu turun ke bawah dan mengisi celah2 kosong diantara batu2 itu. Kemudian sekali lagi ia bertanya kepada kelas:” Nah, sekarang apakah ember ini sudah penuh?”. Kali ini para mahasiswa terdiam dan berpikir:”Mungkin belum”. Sang dosen tersenyum:”Bagus sekali”. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya kedalam ember. Pasir itupun berjatuhan dan mengisi ruang2 kosong diantara batu dan kerikil. Sambil tersenyum dosen itu bertanya lagi:”Baiklah, sekarang apakah ember ini sudah penuh?”. “Belum” jawab para mahasiswa dengan serentak. Kini sang dosen tertawa:”Bagus, bagus sekali” Kemudian ia meraih sebotol air dan menuangkannya hingga memenuhi bibir ember.
“Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?” tanya sang dosen. Seorang mahasiswa dengan semangat dan optimis menjawab:” Maksudnya adalah, tidak perduli seberapa padat jadwal kita, tetapi bila kita mau berusaha sekuat kemampuan kita dan mau berpikir, maka kita akan bisa menyelesaikan pekerjaan kita”
Unquote

Sampai disini kalau kita analisa, jawaban si mahasiswa – meskipun tidak tajam - tidaklah terlalu salah terutama dalam kontek manajemen waktu (sesuai judul kuliah). Tetapi, mari kita dengar jawaban sang dosen.

“Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi itu mengajarkan pada kita bahwa; bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu maka anda tidak akan bisa memenuhi dan memasukkan semuanya kedalam ember”
Apa yang dimaksud “batu besar” dalam hidup kita? Anak2 kita; Pasangan kita; Pendidikan kita; Hal-hal yang penting dalam hidup kita; Menolong dan mengajarkan sesuatu kepada orang lain; Kesehatan kita; Hobby kita; Teman kita; dan semuanya yang begitu beharga;

Ingatlah untuk selalu memasukkan “batu besar” pertama kali; atau kita akan kehilangan semuanya. Bila kita mengisinya dengan hal2 kecil semacam pasir dan kerikil terlebih dahulu, maka hidup kita akan dipenuhi dengan hal2 kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian kita tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya kita perlukan untuk melakukan hal-hal yang besar dan penting. Karena itu, setiap malam akan berangkat tidur dan setiap pagi ketika bangun, tanyakanlah pada diri kita sendiri:” Apakah “batu besar” dalam hidup saya?” Lalu kerjakan itu pertama kali!

Salam serba besar,
Ries

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...