Monday, August 27, 2007

" Jalur Prestasi "

Sewaktu remaja saya pernah dan sering sekali mendapat nasehat dari orang-orang terdekat agar focus dan memiliki keahlian/ kelebihan khusus. Tidak masalah, apakah kelebihan khusus itu terkait dengan pelajaran2 di sekolah ataukah kelebihan yang diterapkan diluar jalur pendidikan resmi.

Kini, nasehat itu saya dengungkan kembali di telinga anak2 saya, karena saya yakin bahwa nasehat baik semacam ini sifatnya up to date seiring berubahnya/ perkembangan jaman. Ini terkait dengan kenyataan bahwa dalam pendaftaran siswa/ mahasiswa baru yang saya ikut repot2 bulan kemarin, ternyata system PMDK (oleh PT/ UNAIR) menerapkan dua jalur, yaitu jalur Prestasi dan Umum.

Yang bisa mendaftar melalui jalur prestasi tentu saja mereka2 yang memang telah berprestasi dalam bidangnya. Selain prestasi akademis di sekolah, tercatat kemampuan/ prestasi yang diakui antara lain dalam bidang seni, olahraga, juara olimpiade, science dll.
Saya tidak ingin nulis banyak tentang jalur ini karena memang saya juga tidak tahu banyak tentang system penerimaan siswa/ mahasiswa baru sekarang ini.

Hanya saya memang ‘mengompori’ anak2 saya untuk lebih focus dan tekun pada bidang-bidang yang mereka sukai. Apapun itu, jangka pendek, menengah dan panjang pasti akan membawa manfaat secara langsung maupun tidak langsung.

Alhamdulillah, anak saya yang besar sedikit banyak dapat menangkap dan mencoba menerima setiap kesempatan yang memungkinkan untuk berkembang. Meski pada dasarnya pemalu, tetapi dia sudah bisa dan berani menepis rasa malu atau ragu ketika secara aklamasi terpilih sebagai ketua kelas (dan kemudian juga sebagai pengurus OSIS). Dengan banyaknya kegiatan dan interaksi dengan teman sebaya, tentu perkembangannya lebih positif.

Yang membuat dada saya sedikit menggelembung, adalah peristiwa hari Minggu kemarin (26-8-2007). Dalam “Kompetisi Musik Pelajar Sidoarjo” - dimana keinginan ikut mendaftar adalah dari dirinya sendiri tanpa saya saran apalagi paksa – dia meraih prestasi yang sungguh membanggakan. Terpilih sebagai Best Drummer (juara-1) dan juga sebagai Best Bassist Guitar (juara-3).

“ Pa, besok2 saya bisa ikut jalur prestasi, masuk SMA favourit” desisnya lirih. Oh,… ternyata dia ingat cerita/ nasehat saya dan sudah mulai membangun pondasi masa depannya. Meskipun saya belum tahu apakah prestasi semacam ini bisa secara langsung mendukung keinginannya, tetapi saya tersenyum lebar menyetujui. Terlebih, kegiatan ini salah satu pendukung dan penyelenggaranya (Juri) adalah juga dari Kantor DikNas.

Pokoknya bangga deh…

“ Sibuklah dengan kelebihanmu dan jangan hiraukan kekuranganmu…...”

Saya pernah menanyakan dan mendiskusikan kalimat bijak diatas dengan Bpk. Mario Teguh karena saya mikir kapan kemudian kita memperbaiki kelemahan kita. Ternyata beliau 100% menyetujui. Bahkan beliau mempertegas; ……jangan hiraukan kelemahan, karena kelemahan kita akan tertutup oleh kelebihan2 yang kita bangun setiap hari.

Mari ajak keluarga kita untuk focus pada kelebihan…..

Salam prestasi,
Ries

Thursday, August 16, 2007

" Mimpi "

kemarin malam aku bermimpi
uang 11 digit itu sudah ada direkeningku
rumah maha luas itu sudah kumasuki dengan rasa haru
bisnis dan anak2-kupun bertumbuh dengan pencapaian terbaru

ada bidadari yang tersenyum menyambutku
ada binar terang yang terus mengeilingiku
semua keinginan seolah telah mewujud
dalam bingkai keinginan yang telah tertuang dalam angan dan doa2ku

tadi malam karena tidak mimpi lagi, aku merenung
betapa lemah diri ini dihadapanMu
bersimpuhpun serasa masih terlalu tinggi
disisa umur ini, mampukah kujangkau ampunan dan rahmatMu?

kubungkus doaku dengan niat dan ketulusan
tetapi pikiranku masih digelayuti nafsu belaka
ketika doa masih tercampur pikiran kotor duniawi
masihkan Engkau berkenan mengabulkannya?

mimpiku telanjang, penuh ketidaksadaran
tak terbungkus niat ataupun nafsu duniawi
tetapi kuperoleh apa yang kuminta dalam doa
sayang, hanya di alam mimpi…..bukan kenyataan

“mungkin tindakanku masih belum mencerminkan keinginan seperti dalam angan & doaku
juga niat baik dan ketulusan masih sebatas untuk kepentingan diri dan keluarga”

“mungkin alam bawah sadarku belum tersetting selaras dengan keinginan dan doa2ku
sehingga alam masih enggan merealisasikan mimpi2ku dalam kenyataan”

aku masih mencari
adakah rahasia yang masih tersembunyi?
Ikhlas?

salam ikhlas,
Ries

Wednesday, August 8, 2007

"Leverage"

“Ketika saya menantang Ben Johnson untuk adu lari, tentu saja semua orang tertawa dan akan bilang saya pasti kalah, dan sayangnya itu memang betul! Tetapi sebenarnya saya masih bisa menang, dengan catatan; si Ben berlari dengan sekuat tenaga seperti biasanya (karena dia memang atlit lari) sementara saya meluncur menaiki Ferrari. Mobil Ferrari inilah Leverage Factor saya”

Ilustrasi ini dikemukakan oleh salah seorang pembicara dari Singapore (saya lupa namanya) dalam Seminar Internet Marketing sekitar sebulan lalu.

Leverage, yang dalam bahasa Indonesia biasa kita terjemahkan sebagai “daya-ungkit” begitu menggema akhir-akhir ini. Sederhananya, digambarkan bahwa jika hanya mengandalkan tenaga kita tentu susah atau bahkan tidak mampu untuk menggeser batu seberat 500 kg atau lebih. Tetapi dengan bantuan ‘pengungkit’ – apakah itu terbuat dari sebatang kayu atau sepotong besi - maka batu itu akan dengan mudah tergeser.

Itu semua kita tahu, apalagi saya juga pernah belajar ilmu Mekanika Teknik dimana banyak pembahasan tentang hal2 semacam itu.

Menariknya, sekarang ini prinsip2 semacam itu mulai diterapkan dalam bisnis pemasaran. Saya jadi ingat sewaktu Boss dari McDonald memberi kuliah di sebuah PT ternama dan kemudian memberi pertanyaan:
“Apakah anda tahu, saya menjadi sekaya itu karena bisnis apa?”
Dan para mahasiswa itu semua pada tertawa serta serempak menjawaban seragam; “You’re kidding, tentu saja anda kaya dari bisnis burger, fried-chicken, hotdog dll”

Tetapi boss MD ini justru menggeleng keras, dan para mahasiswa itu jadi mikir.

“Memang, tentu saja bisnis MD ini membuat saya kaya, tetapi sesungguhnya bisnis tanah/ property-lah yang membuat saya lebih cepat kaya”

Belakangan, dia bercerita bahwa seiring dengan bertumbuhnya gerai MD diseluruh Amerika – bahkan dunia – maka dia jauh2 hari sudah mengincar dan ber-investasi tanah/ bangunan di lokasi2 yang strategis. Di lokasi2 inilah kelak akan didirikan gerai MD yang baru. Berikutnya, bisa ditebak, ketika ada calon Franchisee yang berniat membuka gerai MD, dia dengan keyakinan tinggi merekomendasikan lokasi tanah/ bangunannya dan tentu saja menjualnya dengan harga yang sangat2 tinggi.

Ada juga cerita lokal yang menurut pengamatan saya sangat menarik dan unik.

Sekitar dua tahun yang lalu, mungkin masyarakat kita masih belum terbiasa atau bahkan awam dengan yang dinamakan ‘Kebab’. Mungkin hanya sebagian dari kita yang sering pergi ke tanah Arab atau sewaktu berhaji sempat akrab dengan makanan ini (atau mungkin di kampung Arab, semacam Ampel gitu hehe..).

Nah, sekarang ini lihatlah; hampir di setiap sudut kota – khususnya Surabaya - bertebaran gerobak warna kuning yang menjual makanan ‘burger dari Arab’ ini. Harganya juga tidak murah, tetapi bahwa jumlah gerainya terus bertambah itu paling tidak mengindikasikan bahwa penggemarnya cukup banyak. Fenomena ini juga mengilhami makanan/ roti sejenis yang juga berasal dari Arab yaitu Roti Maryam.

Saya memang sedikit banyak mengikuti sepak terjang mas Hendy (pemilik dan pendiri Kebab Turki Baba Rafi) yang luar biasa ini. Profil muda ini juga menambah bukti bahwa meski DO dan tidak menamatkan kuliahnya, tetapi kesuksesannya sungguh layak diacungi jempol. Tidak heran dia kemudian menerima banyak penghargaan (termasuk dari Majalah Business Week sebagai Asia's Best Entrepreneur Under 25 dan juga dari Majalah SWA yang bergengsi itu).

Berbekal semangat dan kejelian, dia mengembangkan makanan Kebab ini mulai dari nol. Dia cukup dekat dengan media sebagai sarana berpromosi. Terlebih lagi kemudian dia mewaralabakan bisnis penjualan Kebab ini dengan system yang sangat mudah dilaksanakan, yaitu dengan menggunakan gerobak (nah ini daya ungkitnya).

Jumlah gerainya melonjak, penjualanpun tentunya meningkat tajam.

Berbekal nama baik seperti itu, dia memanfaatkan untuk merambah gerainya ke seluruh Indonesia (dengar2 kalau tidak salah jumlah gerainya sudah lebih dari 140 buah dan ada di 30 kota2 besar di Indonesia). Hebatnya lagi, Franchise Fee-nya juga tidak murah lho.

Saya juga sedang mikir untuk menciptakan ‘daya ungkit’ dalam bisnis saya. Saya senantiasa ingat nasehat seorang teman;

“Dalam bisnis sekarang ini yang diperlukan adalah revolusi – bukan evolusi. Penjualan naik per-tahun 10-20% itu nothing. Kalau naiknya bisa 500-1000% per tahun itu baru something”

Dia pantas mengatakan itu karena dia sudah membuktikan.

Sekarang ini giliran KITA!


Salam ungkit,
Ries

Tuesday, August 7, 2007

"Berburu Sekolah"

“Maaf pak, bagian pendaftaran sedang tidak ada di tempat”

“Mmm…biayanya masih belum ada keterangan pak, tetapi mungkin masih sama dengan tahun lalu”

“Bapak datang saja kesini sambil melihat kampusnya”


Suara2 dari seberang telpon itu terdengar ramah tetapi kadang ada juga yang serasa datar.

Saya memang sedang mencari-cari kampus swasta untuk keponakan yang kemarin ternyata gagal di SPMB. Setelah berburu di internet, ternyata tetap saja saya harus menelpon ke kampus terkait, karena rata2 data yang ada di internet kurang lengkap dan bahkan “terkesan asal-asalan”.
Macam-macam kekurangan data yang ada di website masing2 Perguruan Tinggi, dan yang terbanyak adalah data atau informasi yang tidak update serta tidak lengkap.

Bulan2 ini adalah masa berburu bagi sebagian besar orangtua dan murid untuk mencari sekolah/ kampus yang sesuai. Saat ini PT Swasta seolah berlomba menjaring mahasiswa baru dengan promosi2 yang lumayan menarik. Sayangnya data/ informasi, persyaratan dan bahkan jadwal pendaftaran yang tersedia di website tidak di update alias masih yang tahun lalu. Dengan terpaksa saya harus telpon ke kampus terkait dan jawaban2 seperti diataslah yang terdengar.

“Begitu pentingkah sekolah/ kuliah saat ini?”

Saya jadi ingat bukunya Robert T. Kiyosaki dalam “Rich Dad Poor Dad”, yang begitu gencar menyerang keburukan sistem pendidikan sekolah yang ada saat ini. Bahwa sekolah cenderung mencetak mahasiswanya mempunyai daya pikir yang terpola gaya-gaya lama dan tidak pernah mengajarkan pola pikir modern yang “think out of the box”. Sukses tidak harus diraih melalui jalur pendidikan formal di sekolah2.

Buktinya;

Bill Gate tidak lulus kuliah, tetapi menjadi orang kaya nomor-1 di dunia

Dan tidak usah jauh2 deh….

Pak Purdi S. Chandra, meski sempat kuliah di UGM tapi DO, dan sekarang malah menjadi milyarder dalam bisnis pendidikan. Dia juga yang dikenal sebagai penyebar virus ke-wirausahaan

Pak Andrei Wongso, kabarnya bahkan tidak lulus SD tetapi sekarang menjadi Motivator nomer -1 di Indonesia

Orangtua teman baik saya, meski dia tidak lulus SD, tetapi sebagai juragan soto ayam, penghasilannya sudah jauh diatas gaji Manager perusahaan bonafid yang saya kenal. Bayangkan, ada banyakkah level Manager yang berpenghasilan hingga 40 jt/ bulan? kalaupun ada saya yakin jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Tetapi teman saya juga membantah; bahwa ciri bangsa yang maju salah satunya ditentukan oleh tingkat pendidikan rakyatnya. Lihatlah Amerika, Jerman juga Jepang, mereka sangat maju karena pendidikan dikelola dengan baik. Apalagi bangsa Jepang - yang dikenal sebagai bangsa inovativ – itu semua karena mereka maju dalam pendidikan. Pendidikan yang baik menciptakan kualitas manusisa2 yang super.

Saya memang tidak menyangkal. Apalagi saat ini saya memang masih yakin bahwa sekolah itu penting.

Kembali ke masalah sekolah, khususnya di Jakarta sekarang ini sudah begitu gencar dengan system baru yang dinamakan ‘Home Schooling’. Hebatnya lagi, yang menerapkan system baru ini justru kalangan2 atas yang notabene sebelumnya punya tingkat pendidikan yang tinggi/baik. Sebutlah para expartriate, pengusaha2 ternama hingga merembet ke para artis.

Saya jadi ikut gelisah.

Ketika saya buka website beberapa Perguruan Tinggi ternama, sebutlah UNAIR, UGM, UI, STAN dll, terlihat websitenya memang dikelola dengan baik dan professional. Semua informasi sudah ada disana dan kalaupun saya telpon lagi itu semata-mata ingin konfirmasi ulang saja atau sekedar tanya detail lokasinya.

Sayang, keponakan saya tidak diterima di PT diatas.

Sementara, saya tidak bisa membayangkan bahwa dijaman sekarang ini dan untuk sebuah institusi pendidikan (Perguruan Tinggi) ternyata banyak juga yang pengelolaan websitenya tidak bisa berjalan dengan baik. Apakah mereka berpikir bahwa asal sudah punya website itu artinya mereka sudah tergolong favourite?. Lalu bagaimana kira2 kualitas/ output mahasiswanya?

Ah, bagaimanapun juga kita harus ber-positif feeling.

Salam super,
Ries

Monday, August 6, 2007

"Kesurupan"

Saya yakin sebagian dari kita paling tidak tahu, atau bahkan pernah mengalami hal2 yang bersifat gaib. Sewaktu kecil, saya ingat sekali pernah beberapa kali ikut ‘permainan’ orang dewasa, yaitu bermain Jailangkung.

Permainannya di tengah ladang terbuka dan diwaktu tengah malam pula. Proses pemanggilan roh dilakukan oleh tetua kampung/ orang yang kita anggap pintar meski bukan Kiai. Layaknya, roh yang dipanggil akan merasuk pada benda bikinan kita yang dibuat menyerupai orang2-an. Tetapi, bila proses pemanggilan roh tidak lancar, alih2 merasuki orang2-an yang kita sediakan, roh ini bisa menyusup pada penonton di sekitarnya.

Akibatnya, penonton yang kesurupan tersebut berteriak-teriak serta meronta-ronta tanpa kendali. Sang tetua kemudian membaca doa2 atau mantra2 yang kemudian ditiupkan dengan keras ke wajah penonton yang kesurupan tadi. Selesai!
Permainan pemanggilan roh dilakukan lagi (yang biasanya bermaksud untuk menanyakan “Nomor Undian” untuk arena berjudi)

Tidak disangka, setelah kurang lebih 25 tahun berlalu, minggu lalu saya menjumpai peristiwa kesurupan ini lagi.

Pagi hari saya berbicara dengan supervisor saya, yang melaporkan bahwa akhir2 ini meski bisnis baik tetapi perasaannya kurang enak, seolah ada yang mengganggunya (tetapi dia juga tidak tahu itu apa). Saya mencoba menenangkannya bahwa semua akan baik2 saja sepanjang dia juga berprasangka baik. Tetapi jika dia terus memikirkan hal2 yang mengganggunya dan tidak baik itu, maka saya jamin hal yang tidak baik itu akan muncul dengan segera. Saya memang mencoba menerangan hukum2 dalam LOA (Law Of Attraction) dengan bahasa sesederhana mungkin. Dia sih kelihatan manggut2, tetapi saya tahu bahwa dia belum bisa menerima nasehat saya dan tetap gelisah. Bahkan dia minta dan berharap kalau bisa dipindahkan ke divisi lain asal tidak disini.

Siangnya sekitar jam 14.00 - ketika saya sedang dijalan – supervisor saya ini telpon dan bicara dengan gugup. Katanya ada karyawan dapur, yang tadinya bekerja tanpa ada keluhan apa2 tiba2 berteriak-teriak keras, meronta-ronta tanpa kendali dan bahkan menyerang siapapun yang mendekat. “Dia kesurupan mas, bagaimana ini?”., kata supervisor saya ini dengan gugup.

“Wah…..ini hukum LOA sedang berlaku” pikir saya.

Sebagai umat muslim, saya memang percaya bahwa hal2 gaib itu ada. Tetapi pada saat yang sama, saya juga meyakini bahwa sepanjang kita mampu menjaga keteguhan iman dan kebersihan pikiran, maka kita tidak akan terganggu.

Memang, setelah kita sadarkan, ketahuan bahwa karyawan ini mempunyai masalah keluarga yang cukup pelik. Akibatnya, meski jarang kita pergoki, tetapi karyawan ini sering melamun dan pikirannya cenderung kosong. Saya sndiri tidak bisa membantu menyelesaikan masalahnya. karena ini terkait dengan orangtuanya.

Subhanallah…kita sedang diuji.

“Makanya, jangan sering berpikiran dan berperasaan negative. Hal2 kecil seperti ini mestinya justru tambah memperkuat iman maupun kemampuan kita dalam mengarungi kehidupan/ pekerjaan. Saya kira kita harus menguatkan bisnis ini dan tidak boleh menghindar serta memilih tempat lain yang sudah nyaman. Bekerja itu harus ikhlas, tidak boleh menghindari masalah dan memilih yang enak2 saja” kata saya kepada supervisor.

Lepas dari apakah si supervisor saya ini memang peka, ataukah memang hukum LOA bekerja dsini; saya memang berperasaan baik. Bahwa Allah sedang menguji kita dengan hal2 baru agar kita lebih kuat.

“Mudah2an semuanya berjalan lebih baik” bisik saya lirih.

Salam ikhlas,
Ries

Thursday, August 2, 2007

"Quantum Ikhlas"

Sudah sekian lama saya mengagumi dan senantiasa mencoba mempraktekkan pemikiran2 yang dikemukakan banyak motivator tentang pengembangan diri dan ‘berpikir positif/ positif thinking’. Betapa mengagumkan tulisan2 (yang berdasarkan pengalaman hidup) dari Anthony Robin, Bradley Sugar serta motivator lokal seperti Tung Desem Waringin, Andrey Wongso, Mario Teguh dll.

Semuanya masuk akal dan terbukti membawa keberhasilan.

Kemudian beberapa bulan yang lalu – seperti juga saya yakin terjadi pada banyak orang di belahan bumi ini – saya terhenyak dengan hukum Law of Attraction yang ditulis Rhonda Byrne dalam bukunya berjudul The Secret. Terlebih kalau kita sempat juga melihat versi film-nya yang begitu heboh.

Saya jadi begitu bersemangat dalam mengelola dan memanfaatkan otak/ daya pikir. Beberapa kejadian saya yakini merupakan hasil dari hukum daya tarik-menarik dan karenanya saya menjadi lebih hati2 dalam hal berprasangka.

Tetapi, betapa tiba2 saya tertunduk dan merenung panjang ketika membaca dan menyelesaikan bukunya pak Erbe Sentanu yang berjudul Quantum Ikhlas. Sangat menyentuh dan lebih membuka simpul2 syaraf spiritual kita. Apa2 yang sudah kita yakini tentang “positif thinking” masih tidak berarti dibanding kalau kita ber”positive feeling”. Target2 yang kita canangkan dalam “Goal Setting” serasa kurang dan kecil dalam pencapaian bilamana kita mau focus pada apa yan dinamakan “Goal Praying”

Semua juga masuk akal, tetapi kelebihan dari cara2 yang diuraikan dan diajarkan Pak Erbe adalah; ada nilai ke-ikhlas-an dan adanya campur tangan Tuhan dalam langkah2 kita. Serasa lebih religius dan sejuk.

Kalau kita cermati lebih dalam, disini tampak sekali bahwa Pak Erbe adalah pendukung dari hukum Law of Attraction. Semua keinginan dan hasil adalah bersumber pada pikiran/ perasaan manusia.

Semua yang ada di alam ini pada awalnya adalah terbuat dari hal/ materi yang sama. Ketika kita belah sebuah benda, maka drajat susunan benda tersebut terdiri dari molekul. Lebih kecil lagi adalah atom, kemudian partikel, quanta dan pada akhirnya ilmu fisika quantum mendapati bahwa semua benda awalnya adalah berupa/ berasal dari Energi Vibrasi.

Bertitik tolak dari sinilah kemudian ilmu fisika quantum menemukan bahwa semua yang menjadi keinginan kita dapat kita arahkan dengan cara menyetel/ mengarahkan energi vibrasi yang ada pada otak/ pikiran kita (sebagaimana tulisan saya sebelumnya tentang hukum LOA). Diyakini bahwa pikiran dan perasaan (kesadaran) manusia memiliki tingkat vibrasi yang paling tinggi.

Bila benar, ini sungguh penemuan yang luar biasa mengingat begitu bayak tokoh2 sukses (termasuk Albert Einstein) yang meyakini kebenaran dan adanya hukum ini…. (makanya baca n lihat filmnya deh, kalau tidak pasti rugi)

Dalam penjelasannya, hukum LOA ini menjadi gamblang dan lebih mudah kita pahami baik dari sudut ilmu pengetahuan yang sederhana maupun dalam applikasinya terkait status kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Bahwa semua langkah-langkah kita haruslah mengacu pada fitrah kita sebagai manusia yang sempurna dan karenanya haruslah melekat pada aturan2 yang Allah (tentang keikhlasan).

Keyakinan kita bahwa untuk sukses diperlukan kerja keras dan variable waktu hampir semua terbantahkan disini (kecuali kerja pintar). Untuk mengejar keinginan kita cukup mengarahkan potensi pikiran dan perasaan kita, dan menariknya dalam ilmu fisika kuantum ini ‘tidak mengenal konsep waktu’ – dengan kata lain, apa yang kita inginkan bisa langsung terwujud.

Bingung ya… makanya baca hehe…

Saya sendiri sudah sempat mengikuti pelatihan Mind Focus-nya pak Erbe Sentanu dan sempat berdiskusi dengan beliau. Sangat menarik!

Ada empat langkah utama dalam mengarahkan pikiran/ perasaan kita ini. Yaitu;
Alphamatic ; pengkondisian pikiran
Affirmasi ; terkait keyakinan diri
Visualisasi ; penguatan dengan cara penggambaran
Syukur ; mempercepat terkabulnya keinginan kita oleh Allah SWT

Lankah2nya bagaimana?

Sekali lagi baca deh…. Buku Pak Erbe ini lebih detail n sangat mencerahkan.

Salam Ikhlas,
Ries

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...