ketika itu….
lambung lawu berselimut kabut tebal
kurapatkan jaket yang membungkus tubuh yang rapuh
tapi hawa dingin ini masih begitu menyentuh
ketika itu…..
aku membayangkan dirimu
mungkinkah kau sadari arti pendakian ini?
ketika itu, aku ragu, meski akhirnya pasti
bahwa jawabnya adalah ‘tidak’
ketika itu….
leher lawu masih menyisakan rasa duka
kusobek gulita malam dengan senterku
yang terlihat adalah jurang menganga
jalanan licin serta batu padas yang menjanjikan luka
aku meragu….
haruskah kulanjutkan perjalanan ini?
akankah setiba di puncak nanti..
segala yang membelenggu hati dapat terurai rapi?
kucoba bertanya pada rumput yang bergoyang seperti saran ebit
tapi…. aku ditertawakan sang bulan sabit
haruskah aku terus menjerit?
ketika itu….
desau angin menggoyang pucuk-pucuk cemara
mengapa yang kudengar bak suara kereta diarah sana?
ketika itu….
kawah lahar belerang mengamuk membahana
mengapa yang kudengar adalah gemuruh air terjun dihatiku yang terluka?
ketika itu…. aku tahu dan sadar,..
“bahwa ketertarikan seseorang tidaklah selalu pada apa yang dinampakkan, melainkan lebih pada apa yang disembunyikan”
ketika itu….
kutegarkan niat untuk tetap mendaki
siapa tahu, dipuncak nanti akan kutemukan sebuah arti lagi….
ketika itu….
aku sudah dipuncak lawu
dari hamparan rumput yang luas, tercipta indahnya sebuah nuansa
bunga-bunga edelweispun tersenyum dan menyapa mesra
pucuk-pucuk cemara dibawah sana
seakan rangkaian bendera yang menyangga langkah2 kita
kerlip lampu kota nun jauh disana
seakan gugusan-gugusan indah yang sulit dilukiskan dengan kata
aku terharu, meski tak lagi gagu
rasa pedih, letih dan resah
terbayar dengan keindahan yang terhampar
sayang…..
ketika itu… aku pernah berkata
“ paradise is where you are “
tapi, sweet-heart....
disinipun ternyata kutemukan banyak surga
ketika itu…
ternyata hatiku masih mendesah
seandainya engkau ada disisiku saat ini
akan tercipta sebuah kombinasi indah tiada tara
“ the real paradise of the world “
sweet-heart…
i do miss you… too much
from me,
with continued gratitude and sympathy
ries
Tuesday, July 29, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
BSG - BAB.V - AUP - Babak-16
BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...
-
“ Aku kira memang ini Glugut Pring Wulung “, - Ki Widura menjawab meskipun dengan sedikit ragu,” – memang gejala yang muncul masih belum n...
-
BALADA SWANDARU GENI Bab IV: Hilangnya Seorang Swandaru Geni Babak – 03 Sementara itu langit di bumi Mataram yang sebenarnya cu...
-
Pagi itu Kademangan Sangkal Putung turun hujan meskipun tidak terlalu lebat, bahkan ketika perlahan-lahan sinar mentari mulai menampakkan ...
No comments:
Post a Comment