Tuesday, July 29, 2008

Pendakian - 2

kuayun langkahku menggebu
menyibak perdu dan menginjak batu
meski hati terkadang ragu
mungkinkah di puncak ada yang menungggu

lukaku sudah rapi terbalut
benang-benang dihatikupun mulai kurajut
kutegarkan langkah kaki
agar tiada satupun yang mendahului

aku tersentak, aku mendongak dengan hati bergetar
ketika keindahan panorama terhampar
kata syukur terucap tiada henti
sungguh, kuasa Illahi tiada batas tepi

semestinya engkau ada disini
ataukah mungkin engkau sudah di puncak tertinggi?
semestinya aku tahu diri
tapi apa daya… kata hati menjerit tiada henti

puncak lawu ternyata masih bisu
kabut putihpun kini malah berubah menjadi ungu
disinipun belum kutemukan hatimu
memang,.. mestinya aku lebih tahu
bahwa….

“ persahabatan dan rasa cinta adalah kesempatan untuk memberi
bukan peluang untuk menerima apalagi mengambil sesuatu “


always me
ries

Pendakian - 1

ketika itu….
lambung lawu berselimut kabut tebal
kurapatkan jaket yang membungkus tubuh yang rapuh
tapi hawa dingin ini masih begitu menyentuh

ketika itu…..
aku membayangkan dirimu
mungkinkah kau sadari arti pendakian ini?
ketika itu, aku ragu, meski akhirnya pasti
bahwa jawabnya adalah ‘tidak’

ketika itu….
leher lawu masih menyisakan rasa duka
kusobek gulita malam dengan senterku
yang terlihat adalah jurang menganga
jalanan licin serta batu padas yang menjanjikan luka

aku meragu….
haruskah kulanjutkan perjalanan ini?
akankah setiba di puncak nanti..
segala yang membelenggu hati dapat terurai rapi?
kucoba bertanya pada rumput yang bergoyang seperti saran ebit
tapi…. aku ditertawakan sang bulan sabit
haruskah aku terus menjerit?

ketika itu….
desau angin menggoyang pucuk-pucuk cemara
mengapa yang kudengar bak suara kereta diarah sana?
ketika itu….
kawah lahar belerang mengamuk membahana
mengapa yang kudengar adalah gemuruh air terjun dihatiku yang terluka?

ketika itu…. aku tahu dan sadar,..

“bahwa ketertarikan seseorang tidaklah selalu pada apa yang dinampakkan, melainkan lebih pada apa yang disembunyikan”

ketika itu….
kutegarkan niat untuk tetap mendaki
siapa tahu, dipuncak nanti akan kutemukan sebuah arti lagi….

ketika itu….
aku sudah dipuncak lawu

dari hamparan rumput yang luas, tercipta indahnya sebuah nuansa
bunga-bunga edelweispun tersenyum dan menyapa mesra
pucuk-pucuk cemara dibawah sana
seakan rangkaian bendera yang menyangga langkah2 kita
kerlip lampu kota nun jauh disana
seakan gugusan-gugusan indah yang sulit dilukiskan dengan kata

aku terharu, meski tak lagi gagu
rasa pedih, letih dan resah
terbayar dengan keindahan yang terhampar

sayang…..
ketika itu… aku pernah berkata
“ paradise is where you are “

tapi, sweet-heart....
disinipun ternyata kutemukan banyak surga

ketika itu…
ternyata hatiku masih mendesah
seandainya engkau ada disisiku saat ini
akan tercipta sebuah kombinasi indah tiada tara
“ the real paradise of the world “

sweet-heart…
i do miss you… too much

from me,
with continued gratitude and sympathy
ries

BSG - BAB.V - AUP - Babak-16

BALADA SWANDARU GENI Bab V: Ajaran Untuk Pulang Babak – 16 Sebenarnyalah, malam hari itu menjadi sebuah malam yang tidak terlup...